Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Politik Abu-abu

8 Februari 2024   18:25 Diperbarui: 8 Februari 2024   18:30 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abu-abu adalah warna yang samar, warna yang tidak tegas. Warna yang berada di tengah. Tidak putih juga hitam. Namun warna ini bisa tercipta dari percampuran keduanya. Abu-abu berada di tengah, dia menjadi bagian integral dari hitam dan putih.

Sedangkan hitam dan putih tercipta karena percampuran dari tiga warna dasar biru, merah, dan kuning. Saat ketiganya dipadukan, kita akan menemukan warna tegas yang diberi label hitam dan putih. Namun seperti yang saya bilang sebelumnya, warna ini tak lepas dari abu-abu. Bisa dibilang abu-abu adalah konsep yang samar menuju sesuatu yang pasti, sebuah warna yang tegas bernama hitam dan putih. Namun untuk mengurusi sebuah bangsa, perlu sesuatu yang tegas, bukan?

Warna abu-abu ini yang saya lihat dalam perpolitikan Tanah Air belakangan. Kita sudah tahu kalau sebentar lagi pesta demokrasi akan terlaksana. Sudah menjadi rahasia umum selama prosesnya ada kecurangan. Dalam tulisan ini, saya tidak membahas kecurangan yang ditutupi. Bisa dibilang ranah kecurangan ini bermain di area abu-abu karena sulit dilacak atau mampu mengangkangi sistem perpolitikan. Tulisan ini mengalir karena posisi, ketegasan, dan arah bangsa.

Sampai saat ini saya masih menggunakan gawai keluaran pabrikan asal Tiongkok, Redmi namanya. Produk Redmi sudah saya gunakan sejak 2016. Pilihan ini menunjukan putih atau hitam, bukan samar selayaknya abu-abu.

Redmi merupakan anak dari Xiomi, sebuah merek dagang besar. Satu perusahaan lain yang berada di bawah Xiomi adalah Poco. Ketiganya masuk ke pasar perdagangan gawai Tanah Air. Meski berasal dari inang yang sama, mereka memiliki posisi tegas.

Xiomi selalu meluncurkan produk super dengan mesin, otak, hingga kamera jempolan. Design gawai keluaran Xiomi lebih indah ketimbang dua anaknya. Bisa dibilang Xiomi adalah primadona dari dua perusahaan dibawahnya. Namun harganya cukup mahal dibanding dua anaknya. Xiomi dibuat untuk orang-orang berkantung tebal.

Sedangkan Redmi adalah anak pertama Xiomi. Gawai yang mereka keluarkan memiliki mesin bandel dengan otak cukup cerdas. Ingat, cukup, bukan yang paling cerdas. Designnya juga biasa saja. Kameranya lumayan, bukan yang terbaik di kelasnya. Seri terpowerful Redmi biasa diberi kode Pro. Harga peluncurannya biasanya di angka Rp 4 juta. Kehadiran Redmi memang ditunjukan menyasar pasar menengah ke bawah. Selain tidak memiliki banyak uang, orang-orang yang membeli Redmi biasanya mencari gawai terbaik dengan banyak kelebihan di berbagai sektor. Posisi inilah yang banyak dihuni orang Indonesia, kaum mendang mending. Kaum yang suka membanding-bandingkan. Kaum yang biasa menggunakan gawainya untuk seluruh aktifitas, tak hanya komunikasi tapi bekerja, main gim, nonton, bermain media sosial, dan berselancar di dunia maya. Hebatnya Redmi sering menjadi juara di ranah ini dengan segala kelebihan dan harga ekonomis yang diberi.

Bisa dibilang Redmi adalah kepanjangan tangan dari Xiomi terdahulu. Perusahaan ini berhasil mendobrak pasar Indonesia karena harganya murah tapi memiliki mesin bandel dengan segala fitur canggih. Kehadiran Redmi membuat Xiomi mengalah dan mulai membuat personanya sendiri sebagai produk mahal nan elegan. Harganya yang mahal ditutupi dengan berbagai perangkat pendukung yang lebih baik dari anaknya mulai dari kamera, audio, visual, animasi, perekaman. Xiomi bisa dibilang menjadi gawai lengkap dan siap bertarung di level menengah atas merek dagang gawai Tanah Air. Posisinya tidak lagi sebagai perusak kenyamanan merek beken sebelumnya seperti Samsung juga iPhone.

Terakhir ada  Poco. Produk ini datang setelah Redmi. Awalnya, saya melihat posisi Poco ingin memangsa pasar Redmi. Namun lama kelamaan mereka mulai membangun persona yang lebih jelas. Poco mengedepankan mesin dan otak gawainya. Sehingga Poco cocok untuk orang-orang yang suka bermain gim. Gawai keluaran Poco dikenal tahan banting. Kapasitas baterai dan kecepatan mengisi dayanya sangat tinggi. Dari segi kamera, gawai ini berani memberikan tangkapan gambar yang lebih bagus di kamera utama maupun depan. Harga Poco di varian teratas akan lebih tinggi dari versi paling tinggi dari Redmi.

Posisi ketiganya tegas. Xiomi untuk menengah ke atas, Redmi diciptakan kepada masyarakat menengah ke bawah, sedangkan Poco hadir bagi para penggila gim. Ketiganya tidak bermain di ranah abu-abu yang bisa saling membunuh tapi saling sayang. Ada ketegasan posisi dari ketiganya sehingga kue yang mereka dapat juga jelas. Pengguna ketiganya bisa dianalisis dengan mudah. Tujuan terciptanya mereka sudah direncanakan dengan arah yang tegas.

Sialnya politik kita tidak memperhatikan hal ini. Saya coba analiogikan tiga produk tadi menjadi tiga paselon yang bertanding dalam konstelasi politik hari ini. Mereka semua masih ada di ranah abu-abu. Saya coba menganalisisnya dengan kaca mata paling objektif yang bisa saya buat.

Pasangan satu menggembar gemborkan perubahan. Keduanya melihat banyak hal yang tidak beres dalam pemerintahan sebelumnya. Mereka secara garis besar berjanji untuk memberikan perubahan dengan landasan keberpihakan pada masyarakat papa. Narasi ini begitu indah, apalagi banyak warga yang hidup di tengah garis kemiskinan juga berada di tingkat ekonomi menengah kebawah. Paselon satu menekankan pada kesetaraan ekonomi dan keberpihakan pemerintahannya kelak kepada kaum bawah.

Bisa dibilang posisi Anis Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau biasa disapa Cak Imin jelas. Mereka menjadi oposisi. Narasi kesetaraan selalu mereka gaungkan. Namun begini, saya penduduk Jakarta yang sebelumnya dipimpin Anis Baswedan. Sialnya tingkat kesenjangan di Jakarta meningkat tahun 2022. Pada 2017 indeks gini ratio berada di angka 0,409 sedangkan September 2022 menjadi 0,411. Meningkatnya indeks ini menampilkan tingkat kesenjangan yang lebih tinggi.

Dalam sektor pertanian Cak Imin pernah mengkritisi belanja alutsista di Indonesia. Menurutnya angka yang sebegitu besar dapat dialihkan ke sektor pertanian. Lagi, narasi yang dibangun begitu indah. Namun pernyataan ini bisa jadi belunder besar. Bangsa Indonesia berada di lokasi strategis dalam perdagangan maupun jalur laut dunia. Berbatasan dengan dua samudera dan laut yang kaya akan mineral. Alam di Indonesia sangat kaya. Logika sederhananya begini, semua orang butuh makan dan tempat tinggal, sedangkan penduduk bumi terus meningkat. Mereka butuh tanah untuk memenuhi dua kebutuhan utama tersebut. Indonesia dengan kekayaan alam dan lokasi strategisnya sebagai jalur produksi bisa menjadi target perang selanjutnya. Sialnya negara ini belum memiliki armada tempur yang kuat. Indeks pertahanan kita memang berada di nomor 13 dunia, tapi indikatornya apa?

Jika indikaornya hanya jumlah alat tempur dan personel aktif, ini bisa dibanggakan. Namun pernahkah kita berpikir jumlah tersebut bisa mengakomodir luasnya wilayah dan masyarakat sipil yang perlu dilindungi? Luas wilayah Indonesia bukan hanya dihitung di darat, tapi dasar laut, permukaan laut, udara, dan antariksa. Dengan kekuatan pertahanan, Indonesia punya nilai tukar lebih di mata dunia. Cara ini bisa memenangkan posisi Indonesia saat diplomasi dengan negara lain. Selain itu kehadiran militer yang kuat membuat negara lain berpikir ulang jika berniat menyerang Indonesia. Saat pertahanan kuat, petani aman dan jalur distribusi pangan dunia lebih kondusif. Harga pangan global bisa dikendalikan dengan baik, termasuk pangan dalam negeri. Selama penguatan militer, penguatan pertanian jadi fokus selanjutnya. Karena bisa dilihat sekarang, meski pertanian kita masih kurang tapi masyarakat masih bisa makan, meski dengan persoalan yang ada. Jujur saja saya lebih menghargai pendapat influencer tanaman yang meminta keluarga menanam bahan makanan pokok sendiri di rumah menggunakan media tanam ketimbang megalihkan dana pinjaman luar negeri untuk kebutuhan militer yang hendak diperuntukan untuk pertanian. Ajakan influencer itu lebih masuk akal bagi saya, seorang pengguna Redmi.

Posisi paselon satu di atas kertas sangat jelas. Mereka ingin memberi perubahan dan kesetaraan. Tapi itu semua terlihat hanya di atas kertas. Tak ada gagasan baru dan cemerlang untuk menjalankan ide indah itu. jika dilihat partai pengusung paselon ini berada di pemerintahan. Mereka juga yang mengesahkan kebijakan pemerintah tapi sekarang menciderai keputusan yang diambil. Mereka mengkritisi sendiri kerja yang mereka buat, bahkan sampai hari ini belum keluar dari kabinet sebagai penegas dari sikap mereka sebagai oposisi. Jadi menurut saya paselon satu itu masih abu-abu. Mereka masih bermain di aera abu-abu. Benci tapi sayang.

Paselon dua memiliki sikap tegas untuk melanjutkan kinerja pemerintahan sebelumnya. Mereka berjanji memperbaiki beberapa kekurangan yang masih dirasakan. Sikap mereka tegas. Karena ketegasan ini, mereka selalu diserang. Anehnya dua paselon lain menyerang bukan karena gagasan mereka tapi menyerang pemerintahan sebelumnya. Beberapa catatan yang mereka buat sering kali terabaikan. Debat yang sering dimunculkan di televisi seperti talkshow anatara oposisi dan petahana semata. Tidak lebih. Namun posisi paselon dua dipilih demi meraup suara presiden sebelumnya, Joko Widodo. Banyak orang yang menyukai pemerintahannya. Dan terlebih dalam kalkulasi politik, suara Prabowo sebagai capres nomor urut dua jika digabung dengan Jokowi sebagai rivalnya di Pilpres 2019 membuatnya bisa melenggang tenang ke Istana Negara. Jadi pilihan untuk meneruskan dalam mendulang suara lebih masuk akal bagi paselon 2.

Paselon 2 didukung oleh elit pemerintahan saat ini. Mereka masuk dalam kabinet dan menguasai suara di DPR. Bisa dibilang mereka adalah kepanjangan tangan dari elit pemerintahan. Narasi ini yang dibuat oleh paselon 1 untuk meruntuhkan hegemoni pasangan Prabowo dan Gibran melalui narasi keberpihakan dan kesetaraan. Namun narasi itu juga yang membuat mereka terlihat abu-abu, karena partai pendukungnya adalah pendukung pemerintahan sebelumnya.

Posisi paling abu-abu dari narasi yang dibangun oleh paselon dua adalah persona yang dibangun. Mereka ingin menampilkan Prabowo yang gemoy. Namun dalam beberapa debat, Prabowo kerap terpancing emosinya. Gibran juga begitu. Dia tidak menampilkan anak kecil yang datang dari budaya timur dengan kesantunan dan ketakziman kepada orang yang lebih tua. Beruntungnya dalam bedat terakhir keduanya memberikan kata penutup yang sarat makna untuk kerukunan dengan permintaan maaf. Masyarakat memang haus akan permintaan maaf pemerintah. Kata-kata pamungkas itu yang bisa mengembalikan pesona gemoy yang mereka tampilkan, meski terasa terlambat.

Posisi tiga yang paling bingung dan berada di lokasi paling jelas abu-abunya. Pasangan ini tidak menyerang pemerintah juga tidak berpihak pada pemerintah. Mereka seakan tidak memiliki arah dan tujuan jelas. Mereka pasangan paling abu-abu yang saya lihat.

Begitulah perpolitikan saat ini. Buat saya, Pemilu kali ini tidak seru, minim gagasan, dan ide. Pemilu kali ini hanya ajang untuk memenangkan pasangan dengan ukuran angka. Padahal bangsa ini butuh nilai yang lebih luhur dari sekadar angka. Nilai itu hanya bisa diberikan oleh negarawan yang selalu memikirkan perkembangan sebuah bangsa, bukan memikirkan cara untuk memenangkan sebuah laga.

Di atas sebuah balkon

Pasar Minggu

DA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun