Kini semangat ini biasa disebut sebagai moderasi beragama. Moderasi merupakan kata sifat, dalam KBBI berarti pengurangan kekerasan atau penghindaran keekstreman. Moderasi beragama dibentuk untuk mencari titik temu antara pandangan ekstremis dan ultrakonservatif yang mendewakan akal.
Sikap ini penting apalagi sebentarlagi konstelasi politik akan memanas pada Pilpres 2024 mendatang. Beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo menyampaikan pesan dalam pidatonya untuk menghindari politik identitas dalam meraup suara rakyat.
Sebaiknya pemerintah termasuk KEMENAG mulai mengkampanyekan pentingnya moderasi beragama untuk merawat persatuan dan kesatuan bangsa menuju Pilpres nanti. Tindakan ini juga dilakukan untuk mengurangi paham ekstrimisme dan ultrakonservatif melalui segala platform yang ada.
Memunculkan tokoh-tokoh beragama yang menjunjung toleransi antar umat serta jiwa kebangsaan yang tinggi juga menjadi cara lainnya sedangkan masyarakat dapat mencari sumber pengetahuan dari mereka demi mendapat pemahaman baru untuk menciptakan satu titik tengah yang bisa diterima demi merawat toleransi.
Makin banyak pemahaman keagaman akan memberi keragaman pola pikir seseorang. Hal ini lama kelamaan akan mempertebal toleransi tiap individu dan menambah pemahaman mengenai esensi dari nilai kemanusiaan yang harus dijunjung berbarengan dengan ketuhanan.
Seperti kata-kata Gus Dur yang sering berleweran di lini masa.
"Memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya,".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H