Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Nisan di Tribun Stadion Kanjuruhan

3 Oktober 2022   14:34 Diperbarui: 4 Oktober 2022   20:16 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ketika semuanya sudah lebih tenang, ada darah, sepatu kets, pakaian di seluruh aula stadion. Ketika kami meninggalkan bus, ada mobil sipil dan polisi yang terbakar," ujarnya.

Suporter yang sudah tersulut amarahnya karena kekalahan makin jengkel dengan perlakuan penegak keamanan. Mereka yang berhasil keluar dengan tenaga lebih banyak, menghancurkan fasilitas keamanan dan mengambil dua nyawa aparat sebagai tumbal.

Sementara suporter yang kelelahan, mencari tempat bersandar. Sementara lainnya, membopong korban yang terkulai tak berdaya. Seorang ayah berteriak, menangis histeris mendapati kematian dua anaknya yang diboyong ke tribun kematian, bersumpah mencari pelaku penembakan.

aksi lilin bonek (trends.tribunnews.com)
aksi lilin bonek (trends.tribunnews.com)

Dunia berduka atas tragedi yang sementara menelan korban jiwa ketiga terbanyak dalam sejarah sepakbola. Bonek yang ingin membuat konvoi penyambutan datangnya para pahlawan setelah mendapat tiga poin, mengurungkan niatnya.

Mereka membubarkan diri setelah mengetahui tragedi yang terjadi. Bonek yang bersinggungan langsung dengan sepakbola lebih paham tentang arti moralitas dan kemanusiaan ketimbang rivalitas, gengsi, dan keuntungan itu sendiri.

Penghormatan tak berheenti di sana, keesokan harinya mereka berkumpul mengenang korban yang berjatuhan. Rivalitas telah tenggelam di bawah batu nisan.

Sekitar 123 Aremania dan Aremanita yang tewas sudah berada di tribun baru dengan nama yang terpatri di tiap kursi. Mereka melantuntan chats tentang persatuan dan kesetiaan pada Arema di dunia indah tanpa rasa sakit, sesak nafas, dan kepungan gas air mata.

"Bersatu dalam jiwa bersatu dalam nyawa janji sumpah setia Arema selamanya,"  bunyi chants berjudul 'Arema Selamanya'.

Kini, tak perlu lagi mencari siapa yang salah sebab kursi stadion telah berganti nisan. Sudah terlambat untuk membaca semua risalah untuk menyelamatkan nama-nama korban yang tertera pada batu nisan.

Sepakbola jadi wisata baru diakhir pekan untuk para korban, sebuah perjalanan menuju keharibaan. Mereka terus bernyanyi, menabuh gendang, sambil menunggu kedatangan keluarganya dan saudara Aremania serta  Aremanita lain di sisiNya.

Panjang umur kemanusiaan, panjang umur persaudaraan. Salam satu jiwa, Aremania.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun