Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Bunga Api Merekah di Timur Eropa

25 Februari 2022   18:27 Diperbarui: 28 Februari 2022   06:19 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prajurit Ukraina duduk di atas kendaraan lapis baja pengangkut personel yang mengemudi di jalan di wilayah Donetsk, Ukraina timur, Kamis (24/2/2022). Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Kamis mengumumkan operasi militer di Ukraina.| Sumber: AP PHOTO/VADIM GHIRDA via Kompas.com

Dalam perang ini Vladimir Putin bukanlah orang tua yang hanya bisa duduk di singgasana. Otaknya pasti sudah menganalisis untung rugi menyerang Ukraina yang rumornya dibantu kekuatan NATO melawan kendaraan lapis baja miliknya. Namun seperti yang dunia lihat, negara yang masuk dalam aliansi NATO hanya mengutuk dan memberi sanksi ekonomi tegas kepada mereka. 

Sumber: CNBC Indonesia
Sumber: CNBC Indonesia

Padahal dampak embargo ekonomi bagi Rusia mungkin tidak terlalu besar, sebab mereka adalah negara kaya dan mampu mengelola kelebihan tersebut dengan baik. Sekitar 24,7 persen minyak Eropa berasal dari negara ini. Utang Rusia hanya 33 persen dari PDB mereka, bandingkan dengan Paman Sam yang mencapai 133 persen. Kelebihan atas sumber daya alam dan teknologi membuat mereka bisa bertahan dari pembatasan tersebut. 

Dewan Keamanan PBB langsung melakukan rapat darurat membahas status invasi Rusia, seakan mereka lupa status Beruang Merah sebagai dewan tetap PBB membuat mereka memiliki hak veto untuk membatalkan sebuah putusan sidang. 

Saat ini Putin dengan segala siasatnya dalam percaturan politik yang ada dalam kepalanya, sedang menunggu langkah kongkret dari NATO dalam perang ini. Ia pasti paham betul betapa kerugian yang bisa mereka terima akibat mengeluarkan banyak uang hanya untuk berperang. Belum lagi merosotnya harga saham negaranya yang bisa menjadi bumerang. 

Naas, angin sejuk yang tadinya bertiup untuk Ukraina dari negara dalam keanggotaan NATO tidak benar-benar terjadi. Washington sudah buka suara untuk tidak menerjunkan pasukannya dalam perang dua tetangga yang sedang bersitegang. 

Padahal sejak jauh-jauh hari, kapal laut dan kapal selam sudah disediakan Putin untuk mengepung dan menghalau bantuan dari dunia. Senjata nuklir yang mereka miliki dan siap mengudara susai perintah sang panglima tertinggi, di darat maupun laut telah dipersiapkan. 

Wilayah sekitar Ukraina yang masih berafiliasi dengan salah satu negara super power tersebut pasti siap membantu. Rusia kali ini selangkah lebih maju dalam membaca tiap skema yang dapat terjadi dalam peperangan. Strategi mereka berhasil membuat Amerika diam tak bergeming. 

Pemerintah Amerika terlihat masih menahan diri untuk membawa pasukannya dalam palagan tersebut. Banyak biaya perang yang dibayar jika meladeni supremasi Rusia di tanahnya sendiri. Lagipula menggebuk Rusia sejak dini tak bisa membuat mereka benar-benar merangsek masuk ke jantung pertahanan Beruang Merah, sebab Paman harus memberi contoh baik pada seluruh keponakannya soal tatakrama. 

Jadi lebih baik membiarkan Ukraina jatuh dan militernya dilucuti, barulah mereka datang, taktik yang sama ketika sukses di beberapa negara Timur Tengah seperti Iran dan Afganistan. Membiarkan milisi lokal berkeliaran turut menjadi cara lainnya, sehingga perang tak berkesudahan terjadi. Ceperan penjualan senjata otomatis mereka dapatkan. 

Menerjunkan tentara Amerika melawan negara super power lain seperti Rusia bukanlah perkara mudah. Tak ada yang dapat meramalkan betapa besar eskalasi konflik yang bakal terjadi jika kedua negara kuat dunia mengangkat senjata. Langkah Amerika benar-benar sangat waspada mengingat lawan mereka bukanlah negara ketiga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun