Tiap pertandingan di 3 musim belakangan jadi ujian bagi para fan Manchester United. Mereka tak kuasa menenangkan jantungnya yang berdetak kencang mengetahui waktu peniupan peluit pertama tanda pertandingan dimulai makin dekat.Â
Mungkin pelatih United, Ole Gunnar Solskjaer dan dewan direksi yang ada dibalik layar Manchester United, memang bertujuan melakukannya. Bukan karena rentetan kemenangan, tarian indah para pemain, maupun taktik tak masuk akal yang dihadirkan pelatih untuk merengkuh kemenangan seperti era Sir Alex Ferguson, tapi kebalikannya.Â
Bisakah permainan bagus ditampilkan, mampukah para pemain bekerja sebagai tim, adakah taktik baru untuk membongkar pertahanan lawan, serta hasil pertandingan. Kalah, seri, atau menang. Begitulah kegundahan fan MU saat ini. United yang dulu miliki filosofi menyerang bak orang kesetanan kini layaknya pesakitan.Â
Pertandingan terakhir menjadi bukti bagaimana debar jantung para fan MU dipermainkan oleh pemain dan stafnya sendiri. Aura frustasi, marah, dan tak percaya terpancar dari sorot mata para penonton di tribun yang menatap dingin para pemain MU.Â
Tatapan mereka amat gamblang sampai para pemain yang berjalan menuju ruang ganti dengan mudah menafsirkannya. Balasan paling umum para pemain MU untuk menjawab sorot mata tajam fan di tribun hanyalah tertunduk lesu.Â
Bertanding di Old Trafford pada (21/10/2021) United sudah tertinggal 0-2 dari tamunya asal Italia, Atalanta. Beruntung babak kedua berjalan lebih baik, sang pelatih Ole Gunnar Solskjaer berani bermain lebih menyerang dengan memasukan nama seperti Paul Pogba dan Edison Cavani untuk menambah dimensi serangan.Â
Beruntung keputusan ole kali ini tepat. Dewi Fortuna memihak tuan rumah pada malam itu, Setan Merah berhasil membalikan keadaan menjadi 3-2 berkat gol dari Marcus Rashford, Harry Maguire, dan Cristiano Ronaldo. Tatapan disertai sorakan kekecewaan, makian, hingga seruan Ole out yang tadinya menggema kala tim berjalan ke lorong ganti di tengah babak pertama, berubah menjadi pujian dan nyanyian merdu para penonton untuk beberapa pemain dan sang pelatih.Â
Menonton pertandingan MU di bawah kepemimpinan Ole layaknya menyaksikan film dongeng anak yang menampilkan banyak keberuntungan dan keajaiban. Setan Merah tidak kesetanan lagi dalam bermain. Beberapa individu kurang mempuni menjalani perannya dalam tim. Minimnya variasi serangan dan taktik dari sang pelatih menambah berat perjalanan mereka merebut trofi di akhir musim.Â
Thomas Alva Edison pernah berkata "Unfortunately, there seems to be far more opportunity out there than ability. We should remember that good fortune often happens when opportunity meets with preparation"
"Sayangnya, tampaknya ada lebih banyak peluang di luar sana dari pada kemampuan. Kita harus ingat bahwa nasib baik sering terjadi ketika kesempatan bertemu dengan persiapan."