Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyelami Hakikat Kemanusiaan Teroris yang Primitif bin Zalim

15 Mei 2018   13:15 Diperbarui: 15 Mei 2018   13:30 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para teroris boleh disandingkan dengan martir Tuhan menurut versi mereka. Ia akan membela Tuhan sampai mati, menjalankan perintahnya sehingga membuat mereka menjadi fanatik karena didasari pada keinginan keselamatan di alam barzah nanti.

Begitulah pola perekrutan mereka, menurut mantan teroris yang pernah saya wawancarai. Dalil-dalil tentang kematian dan hari akhir selalu disebut berikut cara menjadi orang baik menurut agama yaitu berjihad. Jihad secara tekstual. Jihad dalam pengertian (mungkin) Ibu Rusyd, masa kelam umat manusia yang masih suka berperang.

Biar saya bisikan sedikit pada mereka yang sedang atau telah masuk dalam dunia terorisme, cobalalah Anda renungkan lagi musabab Al Quran ini. Anda pasti tahu bahwa kitab umat muslim ini tidak datang dalam bentuk buku.

Risalah lisan tersebut baru diperintahkan untuk dibukukan oleh khilafah ketiga, Utsman bin Affan, dan dikenal sebagai Mushaf. Mushaf yang kita kenal sekarang telah melalui perjalanan panjang sampai sebelum Surat-surat suci ini dibukukan. Sehingga banyak kritikus Al Quran mengatakan bahwa pemaknaan Al Quran semata-mata merupakan problem linguistik,  semiotik, dan hermeneutik.

Berkat pemahaman tekstual mereka terhadap Mushaf, jihad dengan mengangkat senjata menjadi pilihan hidupnya dalam memaknai esensi kemanusiaan. Beda sengan kita, warga Indonesia pada umumnya, esensi kemanusiaan kita didasari oleh cinta, tentu cinta dengan logika, cinta santun, bukan cinta karena fanatisme semu terhadap agama tanpa analisis mendalam terhadap objek, objek beriman dan mengimani.

Cinta yang para teroris tunjukan dan bermuara pada fanatisme merupakan produk kuno dalam kehidupan manusia. Yang paling anayar tentu saja cara penyebaran ajaran Kristus oleh para penjajah. Niatan mulia sebelum digantikan oleh ketamakan menghasilkan profit.

Apakah degradasi ideologi ini pula yang melanda para pelaku penyebar teror? Mungkin saja, sambil menyuarakan jihad serta pembentukan khilafah, ada maksud mengeruk keuntungan dengan mengambil kekayaan alam Indonesia seperti negara-negara yang sukses mereka bumi hanguskan bersama negara "sahabat" dari barat.

Esensi kemanusiaan yang dipahami oleh para pelaku teror merupakan tindakan kuno dan zalim menurut kita, komunitas yang lekat dengan esensi kemanusiaan berdasarkan cinta yang santun ---bila mengambil istilah Floyd Dell--- untuk memaknai kemanusiaan. Cinta adalah penyatuan terhadap sesuatu di luar dirinya.

Cinta menurut Erich Fromm hadir dalam pengalaman solidaritas manusia dengan manusia lain. Karena itulah muncil cinta antar anggota keluarga. Anak akan bergantung pada ibunya sampai ia siap untuk berpisah sehingga disebut hubungan paradoks.

Hubungan paradoksial ini yang mendasari pelaku teror di Kota Surabaya kemarin. Sang ibu harus rela berpisah dengan anaknya ---karena dalam Agama Islam, ketika jasad manusia dihidupkan, semua orang tak akan saling kenal lagi--- dengan melakukan jihad yang zalim dan kuno menurut kita.

Menyelami kemanusiaan memang tak akan habisnya dan akan mencapai hasil berbeda pada masing-masing individu, tergantung seberapa banyak serta unsur konflik apa saja yang menguji batin manusia. Ditanbah perpaduan dengan karakteristik lingkungan tempat tinggal kita, tentu saja.

D.A

14 Mei 2018

Dalam semangkuk bubur kacang hijau, Palmerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun