Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ransomware dan Dur Angkara yang Musti Dimusnahkan

17 Mei 2017   14:49 Diperbarui: 17 Mei 2017   15:24 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dunia sedang digegerkan dengan fenomena menyebarnya virus Runsomwere berjenis WannaCry. Virus jenis ini mampu mengunci komputer sehingga beberapa file penting Anda tidak dapat diakses. Untuk mengembalikan komputer Anda seperti sedia kala, pelaku meminta sejumlah uang pada korban. 

Masalah ini menjadi perhatian dunia karena para pelaku tak segan menyebarkan virusnya ke komputer-komputer yang ada di tempat vital termasuk rumah sakit. Betapa bahayanya jika perangkat keras ini tidak bisa digunakan, nyawa seseorang jadi taruhannya. Bahkan pemerintah Indonesia sampai harus menyebarkan informasi soal cara mencegah virus ini agar tidak menjangkiti komputer Anda. 

Namun saya harus berkata jujur, menurut saya kepanikan ini hanya periodik karena beberapa waktu yang akan datang masyarakat akan lupa soal bahaya virus ini sampai nantinya hacker lain menyebarkan malware yang lebih ganas daripada wannaCry. Padahal ada virus yang lebih ganas dibanding malwre ini. 

Dur angkara alias perbuatan jahat adalah virus itu, dialah yang sering menjangkiti hati manusia dan amat merugikan pelaku dan orang di sekitarnya. Virus ini sangat buruk dampaknya bagi manusia sehingga menurut saya lebih buruk dibanding malwere yang hanya menyerang teknologi, sebuah alat untuk membantu pekerjaan manusia agar lebih ringan. 

Jadi jelas posisi teknologi yang diperuntukan sebagai alat pembantu pekerjaan manusia, lantas jika alat ini tidak ada maka manusia akan tetap hidup. Namun mengapa ancaman malware membuat penduduk dunia kebakaran jenggot? 

Digitalisasi sebagai dampak modernisasi dan globalisasi adalah jawaban sederhanyanya sedang hedonisme menjadi turunannya. Sebagai masyarakat modern, manusia di dunia tak bisa lepas dari teknologi bahkan kalian harus jujur pada diri sendiri, ketika datang ke Familly Mart atau toko yang menghadapi denjakala yaitu Sevel alias "warung rokok hedon" -- umpatan yang sering saya gunakan untuk produk sejenis-- salah satu hal yang pasti dicari sehingga Anda betah kongkow disana adalah WIFInya. 

Penumpang KRL Commuter menjadi contoh lain, banyak dari mereka yang menundukan kepala. Bukan untuk mengheningkan cipta atau berdoa, tapi memandangi gawai pintarnya dan sesekali diselingi senyum tipis layaknya dua sejoli yang dimabuk tinja, eh cinta. 

Teknologi yang diperuntukan untuk meringankan kerja manusia berubah fungsi menjadi tuan dari manusia-manusia itu sendiri. Kalimat yang biasa dijadikan penjabaran tentang kemampuan teknologi  informasi adalah menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh memang benar adanya. Manusia terbuai dengan teknologi dan semakin jauh dengan sesuatu yang paling dekat dengannya, yaitu peribadinya. 

Menjauhnya manusia dari sifatnya sebagai mahluk sosial yang memiliki perangainya tersendiri dalam bersosialisasi semakin hilang. Tetangga kanan kiri bisa jadi saling tidak kenal atau diantaranya saling tak peduli dengan keadaan sekitar, bahkan terjadi konflik antara tetangga berkat sifat-sifat buruk yang pasti dimiliki oleh setiap manusia.

Banyak manusia yang tidak introspeksi diri untuk menghilangkan sifat buruknya. Virus iri, dengki, dan sifat jahat lainnya agaknya menjadi ketakutan bagi diri manusia agar perbuatan jahat tidak timbul, bukan malware yang hanya menyerang alat pembantu manusia. 

Namun saya bukanlah Nabi Muhammad yang menurut cerita dalam Agama Islam telah diambil sifat buruknya sehingga dijadikan rahmat bagi seluruh manusia di muka bumi, bukan untuk agamanya saja. Saya percaya musuh terberat adalah melawan diri sendiri tapi sebisa mungkin manusia harus mencoba menekan dur angkara agar menjadi pribadi yang berguna bagi orang di sekelilingnya. 

Dunia mungkin lupa, penjelajahan menuju Timur jauh oleh Colombus maupun Da Gama melupakan contoh dari virus iri yang menjangkiti kerajaan-kerajaan Eropa saat itu kepada pedagang dari Arab, Gujarat, dan Venesia. Lalu virus itu berubah menjadi ketamakan karena mereka ingin mendapatkan semua rempah sehingga melakukan segala macam cara seperti Kerajaan Portugal saat itu meluluh lantakan Malabar, India demi mendapat kekuasaan atas rempah di sana. 

Keserakahan itu pula yang membawa janda kembang milik Ajie Masaid, Angelina Sondakh harus menutupi kemolekan tubuhnya serta kecantikan parasnya karena terhalang jeruji besi akibat tersandung kasus korupsi. Lagi-lagi saya akan memberikan contoh lainnya dari "monster" KRL comuter line, sering kita temukan virus acuh terhadap orang yang lebih tua. Banyak diantara penumpang yang tidak ingin memberi tempat duduknya, padahal bukankan norma yang berkembang mengajarkan kita untuk menghormati orang yang lebih tua? 

Semoga saja dengan artikel ini kita bisa instropeksi diri sehingga menjadi pribadi yang lebih baik dan menundukan dur angkara dan ingat bahwa teknologi bukanlah segalanya dan kita masih bisa hidup walau minim dukungan teknologi. 

 

D.A

17 Mei 2017

KA Palmerah-Bogor

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun