Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika DPR Layaknya Prasasti yang Ditinggalkan Sang Raja

21 Maret 2017   21:18 Diperbarui: 21 Maret 2017   21:19 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Blog kroyokan seperti Kompasiana juga memiliki kekuatan. Para penulisnya banyak membuat laporan dari berbagai wilayah karena tak terpantau oleh pemerintah dan media, lalu tulisan itu tersebar di lini masa sehingga beberapa pemangku kebijakan atau otoritas terkait membacanya lalu memproses laporan tersebut.

Beberapa warga kadang melaporkan pengalamannya tentang sebuah fenomena, pengalaman itu diunggah ke dunia maya sehingga warga lain yang membaca paham bagaimana keadaan dan cara penanggulangan jika sewaktu-waktu mereka menerima kenyataan yang sama.  Begitulah organisme ini bekerja dengan amat baik.

Warga telah melek terhadap teknologi, perkataan BJ Habibie tentang pentingnya sebuah kebebasan untuk Indonesia terbukti. Warga kini punya saluran baru untuk bersuara tanpa harus melewati proses berbelit di DPR, atau bahkan tak pernah terpantau mata para wakinya.

Kemunculan portal-portal media abal yang saya sebut sebagai "portal hantu" menjadi kenyataan lainnya. Media ini amat masif membuat informasi hoax. Saya tidak berani menyebutkan berita karena informasinya ngawur dan melenceng jauh dari kaidah sebuah berita.

Redaksionalnya pun tidak jelas, struktur organisasi dan alamatnya kadang tidak ada. Namun banyak warga mempercayai informasi dari media-media tersebut dan mereka yang kelewat keblinger ini menyebarkannya di lini masa, sekan setan yang mengajak manusia kedalam neraka.

Mereka hidup dengan memanfaatkan kebencian masyarakat terhadap satu tokoh. Warga dengan pemahaman yang sama pasti senang membaca artikel tersebut dan menyebarkannya ke lini masa.

Blognyakrisniy - WordPress.com
Blognyakrisniy - WordPress.com
Ada lagi model media yang menggunakan judul bombastis untuk menarik pembaca. Lagi-lagi pengguna sosial media banyak mempercayai berita tersebut tanpa membaca isinya.

Inilah realita penggunaan kebebasan oleh masyarakat, mereka kreatif membuat konten mengerikan untuk menjatuhkan satu pihak. Dengan sendirinya artikel tersebut disebarkan oleh mereka yang mempercayai, informasi semakin mudah diterima masyarakat khusnya para pengguna media sosial, karena disanalah palagan baru itu hadir.

Lewat konten yang menyesatkan, semakin banyak kebencian dalam media sosial. Kebencian itu makin nyata ketika melihat polah tingkah para elite politik yang menyuarakan ketidak sukaan terhadap golongan tertentu dan mensuport golongan lain dengan kesamaan pahamnya walaupun secara tersirat, pandangan itu memiliki banyak kepentingan.

Kini kita harus bangga melihat kenyataan bahwa masyarakat semakin kreatif memaknai kebebasan. Indonesia harus bangga melihat warganya amat ingin tahu dan perhatian pada negara. Kini tinggal menunggu andil pemerintah untuk membenahi informasi dan memberangus hoax karena semua ini terjadi karena tidak adanya campur tangan pemerintah termasuk DPR.

DPR seakan tak memiliki kepercayaan dan mulai ditinggalkan para raja, seperti bangunan berpenghuni tapi tak dirawat akhirnya terbengkalai dan roboh layaknya nisan yang dijadikan tempat bermain para bocah Pasar Minggu. Mayat didalamnya tidak bisa melakukan apapun melihat rumahnya dipermainkan. Layaknya Situs Kerajaan Majapahit di Trowulan yang menjadi simbol supremasi kerajaan tersebut. Kebebasan membawa masyarakat membuat jalannya sendiri untuk bersuara, seperti cita-cita Habibie yang ingin melihat majunya SDM dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun