Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Semar Mendem" yang Tidak Kenal Zaman

12 Maret 2017   23:24 Diperbarui: 7 April 2017   00:00 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semar tidak asing dalam cerita wayang, ada beberapa versi tentang silsilah tokoh ini tetapi semar merupakan keturunan dewa. Sehingga tak heran jika Soeharto disandingkan dengan dewa karena kekuatannya mampu mengontrol negara tanpa ada yang mampu menjegal keinginannya.

Harga kebutuhan bahan pokok waktu itu melambung tinggi dan kedatangan Jenderal Bintang Lima ini mampu menurunkannya dengan sekejab. Tetapi dalam lirik lanjutan lagu ini, harga kembali naik sesaat setelah semar tidak terlihat lagi oleh pedagang.

Iwan lantas kecewa karena mendapati harga tidak sesuai dengan yang dibuat oleh para pewarta sehingga ia bertanya kepada para penjual di pasar. Mereka hanya meminta kepadanya untuk kembali bertanya pada "semar ubanan".

Pria bernama asli Virgiawan Listanto ini kini mendapat kecaman luas dari masyarakat dan para fansnya sendiri. Para pembencinya menilai bahwa dia berpihak pada penguasa sekarang sehingga tidak berani menghasilkan kritik-kritik pedas pada pemerintah. Bahkan menurut kabar yang berdedar, ada salah satu fansnya yang membuat seluruh koleksi kaset Iwan Fals yang dimiliki akbiat kesal dengan kelakuan idolanya ini.

Sebenarnya sebagai seorang manusia yang berprofesi sebagai seniman, ia tak bisa melulu mengkritik sebuah rezim. Satu sisi ia akan memainkan peranannya sebagai warga negara untuk bersikap dan memandang segala persoalan tanpa adanya tekanan dari berbagai pihak, begitupun dengan Iwan Fals yang selalu menjunjung tinggi hati nuraninya.

Bagi seorang fans berat Iwan Fals, pasti kita mengingat peristiwa dimana Om Iwan tidak dipilih oleh para fansnya dalam Munas Ormas OI. Ia kalah dalam pemilihan sekjen saat itu, padahal Ormas OI merupakan basis fans Iwan Fals. Kedewasaan berpolitik yang ada di tubuh OI dan Iwan nampaknya tidak dimengerti oleh banyak pecintanya dewasa ini.

Penurunan kualitas karya menjadi satu hal yang juga di hembuskan oleh para pembencinya. Sebenarnya apa yang dilakukan Iwan bukanlah buah dari penurunan kualitas, ia hanya mencoba menyesuaikan tren pasar Indonesia yang didominasi oleh musik band beraliran pop dengan lirik mendayu. Keduanya bukanlah kebiasaan pria kelahiran Jakarta, 3 September 1961.

Iwan adalah musisi yang multi talenta, awalnya ia muncul dengan gendre balada, kemudian berganti country, rock, dan kini pop. Perubahan ini tak lepas dari pergeseran bentuk suaranya. Sebagai seorang seniman jalanan, ia memiliki warna suara melengking dan lama kelamaan menjadi “bulat” akibat dipoles pengalaman manggung dan kini berubah lagi mengikuti umur yang tidak muda lagi sehingga cocok untuk memainkan lagu-lagu bergendre pop. Semua ini tercermin dalam album barunya bertajuk “Satu” dengan empat band terkemuka tanah air.

Seharusnya sebagai pecinta, kita harus sadar bahwa Iwan juga manusia dengan hati nurani serta pikiran untuk bersikap. Percayalah, manusia segarang Fidel Castro maupun Soeharto tak akan berdaya ditelan usia termasuk Iwan Fals.  

(D.A)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun