Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Derita Peranakan Tiongkok Sebagai "Minoritas Perantara"

6 Februari 2017   22:55 Diperbarui: 14 Agustus 2017   10:10 2148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menggalakan karnaval budaya juga amat penting untuk membuka kesadaran masyarakat bahwa negara ini tidak dibuat untuk suku bangsa tersebut, bangsa ini dibentuk sebagai wadah perjuangan masyarakat Indonesia yang berbeda suku bangsa, warna kulit, bahasa daerah, dan agama. itulah mengapa Pancasila dibentuk sebagai pedoman kita sebagai kesatuan mencoba membawa bahtera ini menuju tanah tanpa penindasan seperti impian Bung Karno. 

Jika situasi ini terus berkembang bagaimana bisa kita warga pribumi masih bersekongkol dengan masa lalu untuk memerangi kaum minoritas, padahal dia punya kerjaan yang memberikan manfaat untuk kemajuan bangsa? Mulailah berfikir luas untuk mengambil etos kerja mereka dan jauhi sifat buruknya karena kejelekan tersebut pasti ada pada diri setiap insan.

Daripada kita dibuat limbung dengan situasi Indonesia, lebih baik kita mendengarkan bagian reff lagu Gesha, Cinta dan Benci.

Sungguh aku tak bisa, sampai kapanpun tak bisa
Membenci dirimu, sesungguhnya aku tak mampu
Sulit untuk ku bisa, sangat sulit ku tak bisa
Memisahkan segala cinta dan benci yang ku rasa

Maaf jika tulisan ini teramat panjang karena masalah sosial tak bisa diselesaikan dengan satu atau dua buah buku. Tak lupa saya ingatkan untuk kita menyegarkan pikiran dengan video 3GP buatan Tiongkok yang sedap betul dinikmati sambil meluk guling...

"Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji, dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," Pram.

D.A

Jakarta 03 Februari 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun