Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Melulu Pedulikan Konten Siaran, Ini yang Dilupakan KPI...

21 September 2016   12:34 Diperbarui: 22 September 2016   02:13 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: frekuensimilikpublik.org

Baru-baru ini publik geger saat beredar cuplikan atlet renang dalam pagelaran PON Jabar di blur. Sontak cuplikan yang menjadi viral di dunia maya itu terus di hujat oleh nitizen.

Para nitizen menghujat keberadaan KPI yang dinilai sebagai otak dari kebijakan bredel ini. KPI merupakan otoritas pengawas siaran di  Tv maupun radio, tak heran nitizen menyalahkannya.

Terlebih, banyak sekali kebijakan-kebijakan yang dianggap terlalu berlebihan dan tidak berpihak pada rakyat mengakibatkan pandangan negativ selalu menyertai institusi ini. Akibatnya, tingkat kepercayaan publik terhadap institusi ini semakin kecil.

KPI dalam beberapa tahun belakangan memang sangat ketat menjaga kenyamanan  khalayak. Beberapa program yang menjadi tulang punggung stasiun Tv sering mendapatkan teguran, bahkan dipaksa untuk tutup.

Talkshow Empat Mata contohnya, acara yang di pandu oleh pelawak kawakan Tukul Arwana tersebut terkadang melanggar norma susila. Banyolan-banyolan khas Tukul yang menjurus ke arah asusila semakin membuat geram anggota KPI.

Acara tersebut akhrinya mendapat sanksi berupa pemberhentian acara. Tetapi acara tersebut terlahir kembali hanya dengan mengubah namanya menjadi (Bukan)Empat Mata. Tetapi acara ini sudah tak tayang lagi sekarang.

Lain lagi dengan acara hiburan yang menjadi daya tarik stasiun Tv trans 7, Opera Van Java. Acara ini juga di berhentikan penayangannya akibat banyolan yang dilakukan para wayangnya menjurus pada tindakan arogansi. Mereka memukulkan steriofom yang berbentuk barang-barang replika ke bagian tubuh lawan dalam lakon mereka.

Sumber Gambar: superdroiddemoblogorder.blogspot.com
Sumber Gambar: superdroiddemoblogorder.blogspot.com
Acara hiburan di Trans Tv seperti bioskop Trans Tv menjadi salah satu program yang di soroti KPI. Acara yang menampilkan film di bioskop ketika setting ceritanya  memperagakan kekerasan, sering didapati penayangannya di blur atau dipotong untuk beberapa bagian. Hal ini membuat penonton merasa jengah karena keasikannya menonton harus diganggu akibat blur dan beberapa alur cerita yang terpotong.  

Walau pemberlakuan kebijakan ini bisa jadi karena lembaga penyiaran di stasiun Tv tersebut yang melakukannya, seperti perkataan Koordinator bidang Pengawasan Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia, Hardly Stefano Pariela, dalam kasus perenang PON wanita yang di blur,  tetapi stasiun Tv hanya melakukan regulasi yang ada. Mereka tidak ingin salah satu program unggulannya harus di berhentikan karena program yang di berhentikan itu adalah program unggulan yang memberikan banyak pemasukan. 

KPI bukan hanya melakukan teguran atau memberikan sanksi pemberhentian siaran, sebenarnya KPI sudah menerapkan pemberlakuan kode penggolongan program siaran beberapa tahun lalu. Ketika itu kode tersebut di sisipkan pada pojok kiri tayangan.

Kode itu dibagi dalam beberapa golongan A untuk anak, BO berarti bimbigan orang tua, SU semua umur, dan D berarti dewasa.Tetapi sekarang saya jarang melihat kode tersebut terpampang dalam tayangan Tv.

Pekerjaan rumah bagi KPI sebenarnya bukan hanya permasalahan tindakan asusila dan kekerasan semata. Pada program acara di Tv sering kita jumpai program-program yang tidak mendidik.

Banyak sekali program tidak mendidik anak yang tercermin dari beberapa tayangan Sinetron, sebuah drama asal Indonesia yang menjadi pujaan bagi Ibu-ibu. Mengapa dikatakan tidak mendidik? Karena banyak dari tayangannya hanya bercerita soal kehidupan sosial yang kurang baik.

Banyak tayangan Sinetron berseting kisah percintaan remaja. Disana ditampilkan pula kesan hedonisme lewat pakaian, gaya hidup, dan kendaraan yang dibawa oleh para pemeran dalam serial tersebut.

Sumber Gambar: www.solopos.com
Sumber Gambar: www.solopos.com
Pertengkarang, perkelahian, dan pakaian sekolah yang "mini" hal yang lumrah dalam tayangan tersebut. Lebih parah lagi tutur kata yang sering diucapkan oleh para tokoh pemeran dalam Sinetron tidak menampilkan tutur kata yang baik.

Semua ini berbanding terbalik dengan budaya timur yang mengedepankan sopan santun serta adab saling menghormati. Lewat setting kehidupan remaja, seharusnya cerita yang di angkat bukanlah kisah pembangkangan terhadap perintah guru maupun orangtua, percintaan, dan gaya hedonis.

Tak jarang karena orangtua dan waktu tayang bertepatan dengan waktunya masyarakat dalam beraktivitas, banyak anak menontonnya. Mereka yang masih kecil dan mencari jati diri serta belum mengetahui mana yang baik dan buruk untuk dikonsumsi, menelan mentah-mantah tayangan ini.

Sinetron merupakan salah satu pendulang uang bagi stasiun Tv sehingga sekuelnya terus di buat seperti Sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang telah mencapai seri ke empat maupun Tersanjung yang dibuat dalam enam seri berbeda!

Walau "gak ada faedahnya" merujuk pada tutur kata rekan kerja saat mendapati sesuatu yang tidak bernilai, nyatanya Sinetron memiliki retting tinggi. Hal ini terjadi karena pemain Sinetron memiliki paras rupawan, inilah yang menarik Anak-anak, remaja, dan Ibu-ibu untuk menontonnya.

Keranjingan masyarakat dalam menonton Sinetron tak lepas dari tingkat pendidikan yang rendah. Sehingga Kebanyakan masyarakat menelan mentah-mentah tayangan yang ada di Tv.

Mari tengok program lain seperti Dahsyat di RCTI. Program ini dulunya adalah program musik, tetapi lambat laun acara ini berubah menjadi banyolan semata. Acara ini tidak mendidik sama sekali.

Sumber Gambar: frekuensimilikpublik.org
Sumber Gambar: frekuensimilikpublik.org
Banyak sekali peraturan KPI yang dilanggar oleh beberapa stasiun Tv, salah satunya adalah konglomerasi media. Tengoklah MNC Group yang membawahi banyak stasiun Tv dan radio.

Padahal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran, terdapat pelarangan konglomerasi pada pasal 36. Tetapi entah mengapa KPI acuh terhadap masalah yang ada di ujung hidungnya tersebut.

Konglomerasi atau monopoli merupakan kepemilikan banyak stasiun Tv dan radio yang sekarang marak terjadi. Adanya konglomerasi ini membuat informasi yang tersedia untuk masyarakat mendapat hambatan lewat kepentingan si pemilik media.

Tayangan semacam silet dan sejenisnya yang menampilkan kehidupan Aktris dan biasa disebut dengan gosip harus disoroti secara serius. Terkadang tayangan ini menjerumus kearah fitnah karena belum diketahui kebenarannya.

Namanya juga "Di Gosok Makin Sip" (gosip), informasi yang di tampilkan berbau negativ. Orang yang mencari berita semacam itu bukan wartawan karena kerjanya tidak sesuai dengan kaidah jurnalistik yang harus memberitakan berita berdasarkan fakta.

Peraturan KPI juga menjadi sorotan, salah satunya tentang pelarangan pria mengenakan aksesoris wanita. Pelarangan ini sontak mendapat respon negatif bagi pelaku seni semacam Didik Nini Thowok.

Pria yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional ini dibuat pusing akibat kebijakan KPI ini. Bagaimana tidak, pria ini berprofesi sebagai seniman tari, tak bisa lepas dari gaya busana wanita.

Sumber Gambar: 1cak.com
Sumber Gambar: 1cak.com
Penayangan kartun seperti Dragon Ball dan Tom and Jerry pun mendapat perlakuan serupa. Para nitizen yang kreatif membuat meme mengecam aksi berlebihan tersebut.

Mereka menilai aksi ini terlalu berlebihan mengingat masih banyak tayangan yang harusnya mendapat perhatian lebih dari KPI dibandingkan kartun. Apalagi kartun mampu merangsang imajinasi anak, sehingga acara ini cocok dan dekat untuk anak-anak dengan dampingan orang tua tentunya.

Saking kecewanya terhadap aksi KPI khususnya materi siaran di Indonesia, beberapa kalangan mengkampanyekan anti menonton Tv. Mereka beranggapan acara Tv tidak mendidik dan menyarankan beralih ke media lain semacam online yang berisi informasi.

Sebenarnya masih banyak acara yang mengedukasi dalam siaran Tv, tetapi jumlahnya sedikit seperti Laptop si Unyil dan Si Bolang. Keduanya mengangkat lehidupan anak-anak yang suka bermain dan menonjolkan sisi tradisional serta inovasi-inovasi di beberapa bidang.

Adalagi tayangan yang cukup menarik namun tidak mendapatkan apresiasi tinggi dari kalangan remaja seperti Mahabarata. Hal ini terjadi lantaran Mahabarata merupakan cerita umat Hindu yang yak bisa lepas dari kehidupan Indonesia tempo dulu.

Karena kemasan yang bisa dibilang kuno dan terlalu norak, banyak orang khususnya anak muda yang tidak menyukainya. Padahal serial itu adalah salah satu cerita sejarah. Jujur saja saya juga tidak suka sih, maklum masih muda :p.

Berbicara soal erotisme, budaya Indonesia tak lepas dari hal itu. Banyak tarian dan bangunan yang menonjolkan sisi erotisme seperti Tari Ronggeng dari Jawa dan Janger Bumbung dari Bali.

Seni lukis juga tak lepas dari erotisme. Banyak sekali lukisan tempo dulu yang menampilkan lekuk tubuh wanita yang sedang mandi di sungai bertelanjang dada. Basuki Abdullah menjadi salah satu elukis Indonesia yang terkenal sering melukis dengan tema erotisme.

Lebih jauh lagi ketika masa kerajaan Hindu berkuasa di Indonesia. Ketika membuat candi beserta reliefnya tak pernah lepas dari hal-hal erotis.

Pada bangunan candi terdapat arca yang salah satunya menggambarkan Siwa. Dewa Siwa merupakan dewa kehidupan, penggambaran dewa itu sering ditunjukan lewat Lingga.

Lingga merupakan alat kelamin laki-laki dan Yoni sebagai kelamin perempuan. Keduanya merupakan perlambang kehidupan, tanpa keduanya tak akan ada manusia yang hidup dan tidak mungkin ada kehidupan dikemudian hari.

contoh lingga dan yoni, di pelataran Candi Ceto (dokpri)
contoh lingga dan yoni, di pelataran Candi Ceto (dokpri)
Yoni digambarkan seperti tatakan untuk Lingga. Karena hal tersebut juga banyak orang menilai design Monumen Nasional merupakan representasi dari Lingga dan Yoni (Bawah Monas sebagai Yoni dan tongkat yang diatasnya ada emas merupakan Lingga).

Seharusnya KPI berdiskusi kepada seluruh elemen yang terlibat dalam acara program dan memberikan penyuluhan kepada seluruh pemilik stasiun siaran untuk mengikuti peraturan yang ada. Memberikan contoh-contoh tayangan yang mendidik dan tentu saja mendulang rupiah untuk stasiun Tv tersebut.

KPI hatus melakukan tindakan tegas untuk stasiun tv yang masih saja membandel dalam penyiarannya. Memberhentikan seluruh tayangan yang tidak memiliki manfaat sama sekali seperti Sinetron dengan model yang sudah di sebutkan di atas dan tayangan gosip.

Kembali memberlakukan kode penggolongan acara selama penayangan acara tersebut. Agar orangtua bisa memilah dan memilih tayangan yang tepat untuk buah hatinya. Sebenarnya yang paling penting untuk menegakkan penayangan sehat untuk keluarga Indonesia adalah kesadaran penggunanya. Pengguna merupakan penentu apa yang baik dan tidak untuk di konsumsi.

Walaupun kode penggolongan acara maupun blur di berlakukan secara ketat, karena penontonnya banyak pastilah stasiun tv tetap menayangkannya. Seluruh stasiun tv nyatanya butuh uang untuk tetap hidup, uang itu hanya ada jika acaranya di tonton orang banyak.

Dengan kata lain penonton atau khalayak merupakan pangsa pasar bagi stasiun tv. Jika khalayak itu cerdas dan tidak menonton acara yang abal-abal, seluruh stasiun tv tidak akan berani membuat program serupa karena dianggap tidak menguntungkan karena tidak ada yang menikmatinya.

Jadi ancaman terbesar sebenarnya ada di ujung jari Anda sebagai penikmat tayangan. Seberapa posesifnya KPI menjaga Anda, jika Anda membandel tetap saja semua itu sia-sia.

Seharusnya KPI gencar melakukan penyuluhan dan iklan untuk membuat gerakan yang mampu memberikan kecerdasan khalayak dalam memilah dan memilih acara cerdas. Sehingga di kemudian hari stasiun Tv berlomba untuk menayangkan konten yang mencerdaskan bukan konten yang hanya mendapat perhatian lebih khalayak tanpa ada manfaat di dalamnya.

Sumber Gambar: blogtipshidupsehat.blogspot.com
Sumber Gambar: blogtipshidupsehat.blogspot.com
Lakukan saja iklan secara masif di stasiun Tv dan radio untuk penyuluhannya. Atau melakukan seminar dengan audiance yang besar. Sasarlah ibu rumah tangga dan mahasiswa karena keduanya menjadi penentu generasi penerus Indonesia.

Ibu rumah tangga yang mengasuh anak tiap hari pasti sedikit banyak mampu mempengaruhi pola pikir anak, jika mereka memberikan edukasi anak sejak dini tentang konten yang baik, niscahya kedepannya sang anak akan terbiasa mengkonsumsi konten yang sehat. Mahasiswa sebagai motor penggerak Indonesia di masa mendatang bisa mengkampanyekan budaya penayangan sehat ini.

Walaupun keberhasilan membangun gerakan semacam ini tidak bisa cepat di rasakan setidaknya kita telah melakukan yang terbaik. Karena tidak ada yang terlambat untuk membuat kebaikan.

Marilah kita semua melek dalam mengkonsumsi konten yang segar. Karena masa depan penyiaran yang sehat bukan hanya di tentukan oleh KPI tetapi kita sebagai penikmatnya punya peran penting dalam mensukseskan siaran sehat itu.

KPI harus cepat mewujudkan tayangan yang baik untuk masyarakat dan tegas dalam memberikan sanksi untuk stasiun Tv maupun radio yang membandel. Jangan seperti saat ini, KPI yang terlihat hanya lembaga dagelan yang tak becus menindak pelanggaran yang tiap hari kita konsumsi. Bahkan KPI terlihat mengurusi hal sepele macam kartun.

KA Bogor - Palmerah

19 September 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun