Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Melulu Pedulikan Konten Siaran, Ini yang Dilupakan KPI...

21 September 2016   12:34 Diperbarui: 22 September 2016   02:13 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: frekuensimilikpublik.org

Padahal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran, terdapat pelarangan konglomerasi pada pasal 36. Tetapi entah mengapa KPI acuh terhadap masalah yang ada di ujung hidungnya tersebut.

Konglomerasi atau monopoli merupakan kepemilikan banyak stasiun Tv dan radio yang sekarang marak terjadi. Adanya konglomerasi ini membuat informasi yang tersedia untuk masyarakat mendapat hambatan lewat kepentingan si pemilik media.

Tayangan semacam silet dan sejenisnya yang menampilkan kehidupan Aktris dan biasa disebut dengan gosip harus disoroti secara serius. Terkadang tayangan ini menjerumus kearah fitnah karena belum diketahui kebenarannya.

Namanya juga "Di Gosok Makin Sip" (gosip), informasi yang di tampilkan berbau negativ. Orang yang mencari berita semacam itu bukan wartawan karena kerjanya tidak sesuai dengan kaidah jurnalistik yang harus memberitakan berita berdasarkan fakta.

Peraturan KPI juga menjadi sorotan, salah satunya tentang pelarangan pria mengenakan aksesoris wanita. Pelarangan ini sontak mendapat respon negatif bagi pelaku seni semacam Didik Nini Thowok.

Pria yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional ini dibuat pusing akibat kebijakan KPI ini. Bagaimana tidak, pria ini berprofesi sebagai seniman tari, tak bisa lepas dari gaya busana wanita.

Sumber Gambar: 1cak.com
Sumber Gambar: 1cak.com
Penayangan kartun seperti Dragon Ball dan Tom and Jerry pun mendapat perlakuan serupa. Para nitizen yang kreatif membuat meme mengecam aksi berlebihan tersebut.

Mereka menilai aksi ini terlalu berlebihan mengingat masih banyak tayangan yang harusnya mendapat perhatian lebih dari KPI dibandingkan kartun. Apalagi kartun mampu merangsang imajinasi anak, sehingga acara ini cocok dan dekat untuk anak-anak dengan dampingan orang tua tentunya.

Saking kecewanya terhadap aksi KPI khususnya materi siaran di Indonesia, beberapa kalangan mengkampanyekan anti menonton Tv. Mereka beranggapan acara Tv tidak mendidik dan menyarankan beralih ke media lain semacam online yang berisi informasi.

Sebenarnya masih banyak acara yang mengedukasi dalam siaran Tv, tetapi jumlahnya sedikit seperti Laptop si Unyil dan Si Bolang. Keduanya mengangkat lehidupan anak-anak yang suka bermain dan menonjolkan sisi tradisional serta inovasi-inovasi di beberapa bidang.

Adalagi tayangan yang cukup menarik namun tidak mendapatkan apresiasi tinggi dari kalangan remaja seperti Mahabarata. Hal ini terjadi lantaran Mahabarata merupakan cerita umat Hindu yang yak bisa lepas dari kehidupan Indonesia tempo dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun