Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Melulu Pedulikan Konten Siaran, Ini yang Dilupakan KPI...

21 September 2016   12:34 Diperbarui: 22 September 2016   02:13 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
contoh lingga dan yoni, di pelataran Candi Ceto (dokpri)

Pekerjaan rumah bagi KPI sebenarnya bukan hanya permasalahan tindakan asusila dan kekerasan semata. Pada program acara di Tv sering kita jumpai program-program yang tidak mendidik.

Banyak sekali program tidak mendidik anak yang tercermin dari beberapa tayangan Sinetron, sebuah drama asal Indonesia yang menjadi pujaan bagi Ibu-ibu. Mengapa dikatakan tidak mendidik? Karena banyak dari tayangannya hanya bercerita soal kehidupan sosial yang kurang baik.

Banyak tayangan Sinetron berseting kisah percintaan remaja. Disana ditampilkan pula kesan hedonisme lewat pakaian, gaya hidup, dan kendaraan yang dibawa oleh para pemeran dalam serial tersebut.

Sumber Gambar: www.solopos.com
Sumber Gambar: www.solopos.com
Pertengkarang, perkelahian, dan pakaian sekolah yang "mini" hal yang lumrah dalam tayangan tersebut. Lebih parah lagi tutur kata yang sering diucapkan oleh para tokoh pemeran dalam Sinetron tidak menampilkan tutur kata yang baik.

Semua ini berbanding terbalik dengan budaya timur yang mengedepankan sopan santun serta adab saling menghormati. Lewat setting kehidupan remaja, seharusnya cerita yang di angkat bukanlah kisah pembangkangan terhadap perintah guru maupun orangtua, percintaan, dan gaya hedonis.

Tak jarang karena orangtua dan waktu tayang bertepatan dengan waktunya masyarakat dalam beraktivitas, banyak anak menontonnya. Mereka yang masih kecil dan mencari jati diri serta belum mengetahui mana yang baik dan buruk untuk dikonsumsi, menelan mentah-mantah tayangan ini.

Sinetron merupakan salah satu pendulang uang bagi stasiun Tv sehingga sekuelnya terus di buat seperti Sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang telah mencapai seri ke empat maupun Tersanjung yang dibuat dalam enam seri berbeda!

Walau "gak ada faedahnya" merujuk pada tutur kata rekan kerja saat mendapati sesuatu yang tidak bernilai, nyatanya Sinetron memiliki retting tinggi. Hal ini terjadi karena pemain Sinetron memiliki paras rupawan, inilah yang menarik Anak-anak, remaja, dan Ibu-ibu untuk menontonnya.

Keranjingan masyarakat dalam menonton Sinetron tak lepas dari tingkat pendidikan yang rendah. Sehingga Kebanyakan masyarakat menelan mentah-mentah tayangan yang ada di Tv.

Mari tengok program lain seperti Dahsyat di RCTI. Program ini dulunya adalah program musik, tetapi lambat laun acara ini berubah menjadi banyolan semata. Acara ini tidak mendidik sama sekali.

Sumber Gambar: frekuensimilikpublik.org
Sumber Gambar: frekuensimilikpublik.org
Banyak sekali peraturan KPI yang dilanggar oleh beberapa stasiun Tv, salah satunya adalah konglomerasi media. Tengoklah MNC Group yang membawahi banyak stasiun Tv dan radio.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun