Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Suporter, Propagandis yang Humanis

24 Agustus 2016   22:01 Diperbarui: 25 Agustus 2016   10:46 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman itu pernah saya alami sendiri. Memasuki kompleks olahraga GBK sangat sulit ketika ada event sepak bola, karena puluhan ribu masuk menuju satu titik. Parkiran dimanapun penuh dan macet mengular disekitaran kompleks olah raga di bilangan Senayan itu.

Beruntung pada waktu itu saya dan 12 orang rekan saya sudah membeli tiket dari seorang rekan yang kenal dengan penjual tiketnya sehingga kami dengan mudah memesan tiket pertandingan timnas U-19 tapi saya tidak ingat siapa lawannya.

Kami semua berjalan menyusuri pohon-pohon di kompleks stadion sepak bola Gelora Bung Karno menuju pintu masuk stadion, sambil melihat-lihat barang-barang yang dijajakan oleh penjual di sisi jalanan. Sesekali kami memperhatikan angka yang tertera di pintu masuk lorong stadion karena kami ingin masuk di tribun 19-20.

Sumber Gambar: Detik
Sumber Gambar: Detik
Banner dengan panjang 7 meter dengan lebar 1,5 meter dengan tulisan "We Still Here Indonesia" harus kami simpan hati-hati karena aparat alergi terhadap banner. Termasuk banner kecil yang ada di tangan saya, jika Anda melifat foto yang dijepret oleh fotografer detik.

Semuanya sudah kami persiapkan dengan rapih sehingga semuanya lolos termasuk gagang yang berada di kedua sisi banner kecil bertuliskan "Kami Rindu Juara" itu sangat dilarang, termasuk juga smoke bomb di tangan rekan saya yang berwarna oranye. Semuanya sudah kami perhitungkan, korek karena kami semua perokok, kami sisipkan di bawah kaki, banner kami sisipkan ke dalam sela gerbang menuju tribun, bagaimana dengan gagang dan smoke bomb? Masukan saja ke celana.

Beruntung lah saya saat itu membawa jaket, karena baju yang saya kenakan ini merupakan baju yang sangat menyindir aparat. Baju berwarna hitam dengan logo A.C.A.B merupakan simbol saya yang sudah muak dengan arogansi dan kesewenang-wenangan aparat yang terjadi. Tidak hanya dalam kerusuhan dan membubarkan masa, tetapi ketika berada di jalanan. Terkadang ada oknum yang mau di suap dan bertingkah ugal-ugalan dengan memasuki Busway.

Ketika masuk, atribut tadi langsung kami jembreng untuk memberikan tambahan motivasi ke pemain. Kemudian datanglah para pemain yang akan melakoni laga. Sebelumnya mereka akan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lagu yang selalu membuat kami berdua belas menitihkan air mata. Ada semacam irama dan tak bisa digambarkan dengan sebuah kata indah sekalipun.

Atribut yang kami bawa merupakan cara propaganda yang kami lakukan untuk menambah semangat para pemain dilapangan. Saya yang mengenakan celana abu-abu dan sepatu abu-abu di foto itu berdiri diatas besi pembatas.

Hal itu merupakan sebuah anugerah sekaligus masalah. Tak jarang polisi harus menurunkan kami, tapi saya tak ingin melewatkan kesempatan tersebut. Berdiri diatas pembatas itu mengasikan.

Karena saya bisa mempersatukan satu sektor tribun dengan keinginan saya, mengajak mereka bernyanyi dan membuat koreo ombak misalnya. Semua itu saya lakukan untuk menyemangati pemain, bukan karena uang, tapi karena saya suporter dan memberikan semangat dengan pendekatan yang humanis.

Biasanya, apa yang dibawa kedalam stadion merupakan cara propaganda dengan keresahan hati yang mendera. Banner kecil yang bertuliskan "Kami Rindu Juara" merupakan representasi dari prestasi Tim Nasional Indonesia yang minim prestasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun