Mari kita bergembira sukaria bersama
Hilangkan sedih dan duka mari nyanyi bersama
Lenyapkan duka lara bergembira semua
Lalalaa lalala lalaaaala mari bersuka ria
Tukang sayur nama si salim
Menjualnya ke jalan lembang
Indonesia anti nekolim
Para seniman turut berjuang
Jalan-jalan ke Surabaya
Lebih cantik memakai pita
Janganlah sering memandang saya
Nanti bisa jatuh cinta
Mari kita bergembira suka ria bersama
Hilangkan sedih dan duka mari nyanyi bersama
Lenyapkan duka lara bergembira semua
Lalalalala lalaaala mari bersuka ria
Pagar kawat pagar berduri
Cat basah jatuh di kabel
Kalau niat mencari istri
saya pilih yang pinter nyambel
Mari kita bergembira suka ria bersama
Hilangkan sedih dan duka mari nyanyi bersama
Lenyapkan duka lara bergembira semua
Lalalalala lalaaala mari bersuka ria
Dari lirik tersebut kita bisa melihat bahwa Soekarno mengajak rakyatnya yang saat itu masih di bawah bayang kemiskinan dan kebodohan untuk bergembira menghadapi semua persoalan. Dirinya juga seperti biasa memberikan sedikit pelajaran politik dengan gayanya yang khas.
Dengan gaya bahasa merakyat, mengingat masyarakat pada saat itu masih sedikit yang mengenyam bangku pendidikan, Soekarno berhasil memberikan kesadaran berpolitik bagi rakyat. Tak lupa Bung Karno yang sering di cap sebagai playboy, beda sama anak zaman sekarang yang capnya cuman sampe cap kuda jingkrak, menyisipkan kesukaannya dalam dunia percintaan.
Lagu ini cukup dikenal di masanya, mungkin Mbah, Eyang, atau Oma-Opa kita jika diperdengarkan lagu ini memiliki kenangannya tersendiri dengan lagu tersebut. Atau bisa jadi mereka bertemu pasangannya ketika mendengarkan lagu ini di rumah tetangga lewat siaran radio RRI? Bisa saja kan.
Berbeda dengan gaya lagu Presiden SBY yang beberapa kali dibuatnya, Soekarno mampu membuat genre musiknya sendiri yaitu digali dari perut bumi Ibu Pertiwi yaitu Irama Lenso. Soekarno saat itu memang sangat melarang keras anak muda memaikan atau memperdengarkan lagu rock n roll yang sedang nge-hits pada zamannya. Beliau berpendapat bahwa lagu itu bisa merusak generasi bangsa dan dinilai sebagai lagu cengeng atau biasa dia bilang lagu “ngak ngik ngok”.
![baranews.co](https://assets.kompasiana.com/statics/crawl/5797e0f024a9d53e668b4568.jpeg?t=o&v=555)