Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kudeta Turki: Kenapa Kantor Media Massa Harus Ditaklukkan?

21 Juli 2016   21:28 Diperbarui: 23 Juli 2016   10:13 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: aktual.com

Baru-baru ini kita digegerkan oleh isu kudeta militer yang terjadi di Turki. Militer Turki menilai pemerintahan Recep Tayyip Erdogan telah gagal dalam menjalankan konstitusi. Walau kudeta itu gagal dan Erdogan masih berkuasa, persoalan tersebut masih menyisakan banyak tanda tanya. Permasalahan utamanya adalah belum tertangkapnya otak kudeta militer di Turki.

Pemerintah menuding ulama terkemuka Fathullah Gulen menjadi dalang pemberontakan militer ini, tetapi Gulen menyangkal tudingan tersebut. Dia bahkan menyerang balik Erdogan, teman seperjuangan sekaligus musuhnya. Gulen meyakini kudeta tersebut merupakan akal-akalan Erdogan yang ingin memperkukuh kekuasaannya di Turki. Aksi gagalnya kudeta menurutnya sudah setting-an pemerintah.

Tetapi di balik peristiwa bersejarah bagi Turki, bahkan dunia, terselip peristiwa yang luput dari pantauan kita, yaitu pendudukan kantor berita di Turki. Beberapa tempat memang dikuasai, seperti kantor parlemen, tetapi kantor parlemen jelas sekali memiliki nilai tinggi untuk perpolitikan sebuah bangsa, lalu apa rencana mereka menduduki kantor berita? Apa urgensinya?

Kalau berbicara di Indonesia, mari tengok ke kebelakang, tepatnya tahun 1965 saat peristiwa G30S terjadi. Para pemberontak juga menduduki kantor media massa nasional, yaitu RRI. 

Kedua otak kudeta terlihat sudah tahu kekuatan lain dari media massa. Dengan prinsip utamanya sebagai penyampai pesan, media massa mampu menyebarkan informasi dengan cepat karena dalam waktu bersamaan, khalayak atau penikmat media tersebut menikmati sajian media tanpa mengenal batasan jarak.

Media massa dengan kata lain, mampu menjadi corong propaganda yang baik. Bukan hanya propaganda yang dinilai negatif, tetapi hal-hal positif seperti sebuah gerakan atau ajakan, bahkan gerakan para pahlawan sejak dahulu juga menggunakan media massa sebagai medium menyebarkan informasi kepada khalayak.

Sumber Gambar: kalw.org
Sumber Gambar: kalw.org
Merujuk pada KBBI, propaganda merupakan pro·pa·gan·da n 1 penerangan (paham, pendapat, dsb) yg benar atau salah yg dikembangkan dng tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu: -- biasanya disertai dng janji yg muluk-muluk; 2 cak reklame (spt menawarkan obat, barang dagangan, dsb): perusahaan itu giat melakukan -- produknya;

-- terbuka propaganda yg mengungkapkan sumber, kegiatan, dan tujuannya secara terbuka; -- terselubung propaganda yg menyembunyikan sumber kegiatan dan tujuannya;

ber·pro·pa·gan·da v mengadakan propaganda: dipilihnya beberapa orang yg pandai ~;

mem·pro·pa·gan·da·kan v 1 menyiarkan pendapat (paham politik dsb) dng maksud mencari pengikut atau dukungan: mereka ~ program kerjanya; 2 cak mereklamekan (barang dagangan dsb): tidak sedikit ongkos dikeluarkan untuk ~ obat-obatan itu;

pem·ro·pa·gan·da n propagandis. Itulah propaganda menurut KBBI offline di telepon gengam pintar milik saya yang langsung saya salin ke note.

Propaganda merupakan hal menakutkan di media massa mengingat efeknya bagi khalayak. Bahkan, saking menakutkannya efek propaganda, sewaktu saya mengambil jurusan komunikasi sewaktu menyandang sarjana strata satu propaganda menjadi satu mata kuliah khusus.

Nilai media masa yang memiliki penyebaran informasi tak mengenal batasan ruang dan waktu pasti memiliki efek yang amat besar. Masyarakat yang tidak berdaya dengan propaganda tadi dengan latar belakang pendidikan minim, pastilah menelan mentah-mentah propaganda tadi.

Lihatlah iklan yang setiap hari hilir mudik di media massa kita, masyarakat dengan melihat iklan dengan kemasan menarik pasti tertarik mencoba atau bahkan menjadikan produk dagangan iklan itu sebagai sebuah keharusan untuk dimiliki. Contohnya saja keberhasilan branding oleh perusahaan mi instan asal Indonesia, yaitu Indomie, apa yang Anda cari bukan mi dari jenis lain di warung tapi pasti membeli Indomie atau contoh yang lebih hebat adalah Aqua.

Bagaimana brand ini selalu terngiang di telinga kita warga Indonesia yang setiap membeli air mineral kemasan pasti menyebut, "Bang, beli aqua," walau yang dibeli nyatanya adalah air mineral kemasan dan terkadang yang tersedia adalah air kemasan dari merek lain tapi kita tetap membelinya. Karena apa? Karena yang kita cari adalah air mineral kemasan, bukan Aqua.

Kembali ke kasus kudeta militer Turki, mereka menduduki kantor berita CNN Turki karena mereka tahu kekuatan media tersebut di kancah Internasional. Mereka tidak menginginkan dunia tahu aksi kudeta tersebut. Karena jika masyarakat dunia mengetahuinya, hujatan akan dilayangkan masyarakat dunia terhadap aksi pendongkelan presiden tersebut. Ini dapat dilihat jika kita memantau layar kaca yang mengatakan bahwa militer pelaku kudeta memberhentikan siaran CNN Turki dengan paksa.

Dampak lainnya adalah kisruh tadi dapat mengancam kestabilan ekonomi, dalam hal ini tersendatnya modal asing yang masuk. Para pengusaha takut menamkan modalnya karena keamanan tidak bisa dikuasai.

Salah satu kemajuan ekonomi sebuah bangsa tidak bisa lepas dari peranan modal asing di dalamnya. Pemodal mau menanamkan modalnya salah satu acuannya adalah kestabilan keamanan di samping politik dan ekonomi negara tersebut. Jika keamanan tidak stabil, akan berisiko terhadap gelombang massa yang ramai-ramai melakukan aksi demo dan berakibat pada penurunan produktivitas perusahaan. Di samping itu, aksi kekerasan dan penghancuran sebuah objek bisa terjadi kemudian mengakibatkan perusahaan merugi.

Sumber Gambar: foto.okezone.com
Sumber Gambar: foto.okezone.com
Beda turki beda kudeta G30S, para pengkudeta tadi menduduki kantor Radio RRI karena ingin menyebarkan kebencian kepada masyarakat terhadap PKI. Kenapa saya katakan demikian? Karena pengkudeta mengatasnamakan dirinya sebagai golongan PKI yang menginisiasi aksi pemberontakan berujung genosida tersebut.

Rakayat yang marah serta dorongan militer melakukan tindakan cepat dengan menangkap para pelaku serta membumihanguskan PKI. Orang yang dituduh sebagai penganut komunis dibunuh secara keji. Dan itulah pesan propaganda tadi sehingga kudeta sekaligus penghilangan komunis dari tanah Indonesia sukses.

Menurut saya, kita sebagai masyarakat yang telah melek media massa seharusnya mau tak mau, suka tidak suka, mampu menyeleksi setiap informasi yang akan diterima secara mentah-mentah. Lakukanlah verifikasi terlebih dahulu sebelum bersikap terhadap sebuah informasi.

Karena hari-hari kita di penuhi oleh propaganda baik tersirat maupun tersurat. Karena apa? Ya tengoklah wajah media massa hari ini, siapa pemilik mereka? Pemiliknya tidak lain adalah pengusaha dan politisi yang memiliki niatan mengembangkan usahanya.

Lirik lah Trans Tv yabg di miliki oleh Si Anak Singkong, Chairul Tanjung, dia mempublikasikan usahanya secara masif di media yang di pegang olehnya. Sampai ada sitkom bertema Trans Mart, sebuah pasar modern miliknya.

Sumber Gambar: cision.com
Sumber Gambar: cision.com
Tengok pula berita di ANTV, Tv One, dan MNC Group, lalu bandingkan dengan berita di Metro Tv. Lihat lah betapa mereka menyajikan sisi berbeda yang di tekankan dalam setiap pemberitaannya. ANTV, Tv One dan media lainnya dalam naungan VIVA News pasti meminimalisir setiap pemberitaan negativ soal partai golkar atau kroninya.

Sama halnya dengan MNC Group, dan Metro Tv pasti mereka akan meminimalisir berita negatif soal Perindo milik Hary Tanoesoedibjo pemilik MNC Gropup serta Surya Paloh ketum Nasdem pemilik Metro Tv. Kesemua kantor berita tersebut akan saling serang jika lawan politiknya memiliki skandal.

Menyerang lawan politik dan meminimalisir berita negativ soal sebuah peristiwa yang menimpa partai-partai yang di naungi pemilik media tersebut adalah propaganda yang di lakukan oleh media massa. Sehingga masyarakat bisa menilai negatif lawan politik maupun menilai positif partai yang berafiliasi, jika boleh di katakan seperti itu, dengan media massa.

Apa lagi tahun depan pemilu serentak akan di lakukan. Propaganda pasti akan sangat gencar terjadi. Bahkan di Kota Jakarta dengan iklim politik yang kental, gonjang ganjing soal propaganda tadi sudah di rasakan jauh-jauh hari.

Marilah kita menjadi masyarakat melek media massa dan berubah kearah masyarakat yang cerdas media. Sehingga kita bisa menjadi pemilih cerdas dan masyarakat demokratis yang menjunjung tinggi perbedaan serta aspirasi.

KA Bogor-Palmerah, 20 Juli 2016

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun