Perlu di ingat bahwa kudeta yang di dalangi oleh Militer telah terjadi sebanyak lima kali sampai saat ini. Kudeta militer pertama Turki terjadi pada tahun 1960.
Tepat tanggal 27 Mei 1960 militer akhirnya mengikuti keinginan masyarakat untuk menggulingkan kekuasaan Perdana Menteri Adnan Menderes. Pandangan sekuler yang saat itu sangat mengakar di kalangan masyarakat menolak Menderes untuk memberikan keleluasaan bagi Umat Islam dalam mengenakan jilbab dan memperdengarkan suara adzan dengan pengeras suara.
Tahun 1971 menjadi aksi kudeta militer jilid II. Kali ini masalah yang di hadapi oleh Turki lebih pelik yaitu kenaikan inflasi yang berujung pada lapangan pekerjaan yang semakin sulit. Perdana Menteri Suleyman Demirel dianggap tidak becus dalam mengatasi goncangan ekonomi pada saat itu.
Lanjut di tahun 1980 karena perpolitikan yang tak menentu di dalam negeri membuat sebelas kali pergantian PM antara tahun 1970-1980. Militer yang melihat kejadian ini mengambil sikap untuk mengkudeta PM Bulend Ulusu.
Kudeta militer jilid IV ketika PM Necmettin Erbakan di gulingkan dan akhirnya dia mundur tahun 1998. Erdogan pada waktu itu menjadi anggota partai islam sejahtera yang mengususng Erbakan. Lalu kemarin pada 16 Juli 2016 kudeta terakhir dilakukan militer Turki.
Lalu mengapa warga turun ke jalan padahal tak sepaham dengan kebijakan-kebijakan yang di buat oleh Erdogan? Masyarakat Turki tentusaja sudah paham betul dengan dampak dari kudeta militer.
Supremasi militer pasti akan terjadi kemudian, tidak bisa si sangkal lagi jika model otoriter akan kembali menghantui Turki seperti sebelum sebelumnya. Masyarakat Turki nyatanya telah lebih cerdas dalam menyikapi demokrasi yang mengkultuskan supremasi sipil sebagai pemegang kekuasaan.
Lantas apa pula hubungannya dengan Amerika? Ternyata jika di lihat dari kebijakan Erdogan yang terpilih pertama kali lewat pemilihan umum tahun 2002, wajah Turki dari pemaparan yang telah di uraikan sebelumnya dibawanya lebih Islami.
Amerika seperti yang kita tau bersama merupakan negara dengan tingkat islam phobia cukup tinggi. Phobia itu datang lantaran terjadinya teror di menara kembar, saat itu pesawat sipil di tabrakan oleh teroris yang membawa agama sebagai tamengnya.
Ditambah lagi dengan pemberitaan di media luar soal Islam dan teror, membuat masyarakat eropa khususnya Amerika sangat anti terhadap agama tersebut. Sehingga seperti di negara Timteng lainnya, Amerika berniat menghancurkan paham tersebut.