Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah “Tradisi” Anak Muda di Bulan Ramadan yang Tergerus Zaman

9 Juni 2016   14:22 Diperbarui: 9 Juni 2016   14:34 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
uniknyaberitaku.blogspot.com

Hal ini telah di amini oleh seorang kompasianer bernama Syaiful W. Harahap. Dalam artikelnya yang berjudul “Pemerkosa di Manado Mengaku Tiru Cara Pemerkosa di Tangerang dari Berita TV” dia menerangkan bahwa pemerkosa Menado melakukan tindakan kejinya karena menonton televisi. Hal ini tak lepas dari vuruknya pengawasan oleh para orang tua.

Terlihat jelas pengawasan menjadi hal utama dalam perkembangan zaman, jangan sampai zaman menggilas semua kebaikan yang ada dalam Ramadan maupun kearifan budaya Indonesia yang berbudi.

Walau guru memiliki tanggung jawab untuk membantu perkembangan anak, tetapi guru bukan kelompok utama yang di salahkan dalam menurunnya moral anak. Orang Tua seharusnya menjadi yang utama dalam  membangun karakter anak.  Sebagai orang yang sering bertemu dengan anak serta kelompok pertama dalam pengenalan anak kepada lingkungan, orang tua memiliki posisi vital dalam pengembangan karakter anak.

Banyak keluarga yang kedua orang tuanya bekerja sehingga, waktu untuk mengawasi anak menjadi terbatas. Anak mencari sendiri jati dirinya tanpa ada pengawasan jelas dari orang dewasa. Anak yang belum mengenal mana baik dan buruk dengan emosi labil masih mudah di pengarusi hal-hal negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun