Aku kembali memperhatikan sekeliling dan aku mendapati seorang wanita berjalan kearah gerbong yang aku tumpangi. Rambut hitam terurainya mulai berterbangan ditiup angin di siang itu. Kilaunya matahari terlihat tak mematahkan semangatnya kali ini. Langkahnya terarah namun pasti semakin dekat menuju gerbong ini.
Tetapi di tengah perjalanan itu dia berhenti, dia berjongkok dan meletakkan tempat beklas cat beserta sikat giginya. Wanita berbaju biru itu menoleh kearah kanan dan tangannya menyambar tali yang ada disana. Ditariknya secara cepat tali itu, ternyata tali itu adalah tali untuk mengambil air di sumur. Setelah ku perhatikan lagi ternyata memang benar di tanah itu terdapat sebuah lubang yang sangat berbahaya unutk anak-anak karena tidak ada penutup dari lunbang besar menganga itu. Mulut lubang sama rata dengan tanah dan itu sangat mengecohkan mata, bisa jadi ada korban jiwa yang terjerembab dalam sumur tersebut.
Ember di ujung tali itu mulai muncul di permukaan, wanita dengan kisaran umur 29 tahun itu langsung menyiram sekujur tubuhnya dengan ait yang di dapat. Seluruh tubuhnya seketika basah, rambutnya pun tak lagi melayang mengikuti tiupan angin yang cukup kencang. Ember itu mulai di buang kedalam lubang dan ditarik kembali, sekali lagi dia membasahi sekujur tubuhnya dfengan air.
Guyuran air kedua, membuat bentuk tubuhnya terlihat. Buah dada mulai nampak dibalik baju tipisnya. Aku kemudian memperhatikan situasi di dalam kereta, ternyata mereka juga melihat kejadian yang sama dengan ku. Bahkan ada seorang penumpang yang memotret kejadian tersebut dengan telepon pintarnya.
Mereka samar-samar mengatakan bahwa wanita itu adalah korban dari penggusuran yang belum pindah. Sehingga wanita itu mandi di bekas kamar mandinya itu. Ada pula yang mengomentari bagian tubuh yang muncul dari balutan baju yang dipakainya. Lainnya mengatakan keprihatinan yang terjadi.
Aku kembali mengamati wanita tadi, kali ini dia mulai mencari sesuatu di dalam saku celananya, ternyata dia meraih sebuah sampo. Seketika itu bungkusan shampo di gigit untuk membuka segel. Dia memencet sampo dan mengeluarkannya dari bungkusan berwarna hitam tersebut, sampo itu di lumurinya ke telapk tangannya. Shampo itu lalu di balurkan ke rambut panjangnya. Seketika rambut hitamnya berubah putih tertutup busa shampo.
Dia mengambil sabun yang ada di dalam gayung tadi. Kemudian dia berdiri dan mulai membasuh sekujur tubuhnya tangannya mulai masuk kedalam kaos basahnya kemudian turun kealam celananya sambil tangan lainnya mencoba melonggarkan celanya demi akses tangan dengan sabun menjangkau bagian-bagian tubuhnya.
Tanpa rasa malu dia terus membasuh tubuhnya. Dia kemudian mengambil sikat gigi dan odol untuk menyikat gigi coklatnya. Kemudian dia melempar ember di ujung tali kedalam sumur. Diambilnya air dan langsung menyiramkannya ke tubuhnya. Dia memandang keatas, menikmati guyuran air. Matahari yang terik membuat warna sang air berubah kuning akibat bias matahari.
Dalam kenikmatannya itu mungkin dia sedang bingung demi menemukan kamar mandi layak baginya dan keluarga. Hal ini juga menampar aku yang memiliki kamar mandi layak namun tidak digunakan dengan baik, padahal ada orang yang butuh itu. Ini tamparan keras bagi kita yang sering mengabaikain sekeliling kita yang kekurangan.
Kereta tiba-tiba mengeluarkan bunyi seperti suara rem bus. Putaran roda kembali berjalan meneruskan perjalanan yang terbengkalai. Perjalanan ini juga memisahkan ku dari pemandangan nikmat sekaligus ironi. Putaran roda memberikan tanya, kapan roda berputar bagi orang seperti wanita tadi. Bayi tadi akhirnya berhenti menangis, akibat sang Ibu memberinya ASI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H