Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Empat Penyembah

27 April 2016   08:29 Diperbarui: 27 April 2016   09:05 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan ponsel pintarnya Erik menghubungi Boni, seorang rekannya yang nasibnya lebih baik karena Boni telah lulus SMA dan sekarang sedang melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus swasta di Indoensia. Boni di undang untuk datang ke rumah Erik, ternyata hari itu bertempatan dengan tanggal lahir Erik sehingga ia ingin teman-teman terbaiknya datang dang berpesta bersama. Bukan hanya Boni, Kiki juga di undang datang. Kiki adalah mantan tetangga Erik yang sekarang tinggal di Tanggerang tetapi mereka sering bertemu karena tempat kerja Kiki dekat dengan kediaman Erik.

Tak lama berselang Boni datang  tetapi sayang sekali Kiki tidak bisa datang sehingga dia datang pada saat malam hari. Menyambut Boni yang datang, Erik menyuguhkan minuman bersoda kepada Boni, sedangnkan Bokir yang telah mengantuk akibat kekenyangan memakan jengkol buatan ibu Erik yang terkenal enaknya satu kampung itu telah tertidur pulas. Aku juga mengakui masakan ibu Erik, tak jarang ia juga mendapat pesanan dari tetang untuk membuat masakan dalam acara hajatan. Boni mengeluarkan bungkus rokoknya, dengan perlahan tapi pasti dia mulai mengetuk rokok di bagian atas agar tembakau yang ada di dalam rokok tersebut padat. Setelah padat Boni mengambil satu batang rokok perlahan dari dalam bungkus dengan mulutnya. Lalu api dinyalakan untuk membakar rokok itu, seketika asap mengepul di dalam ruangan. Erik memperdengarkan lagu yang berliran rock alternatf untuk menghidupkan suasana yang mendung itu. Mereka banyak bercakap dan tertawa sehingga membangunkan Bokir, Bokir yang kesal merasa terganggu malah menyalakan telephone genggamnya lalu membuat status di BBMnya, “ah sue lagi mimpi bereng britney spirs malah kebangun”.

Tak terasa hari mulai gelap dunia mereka baru di mulai untuk memulai hari. Kiki datang sekitar pukul 20.00 membawa tentengan dari warung yang tadi dikunjunginya. Ternyata di dalam kantung belanjaan itu terdapat jamu yang mampu memabukan. Mereka berempat memang memiliki kebiasaan unik saat berpesta merayakan sesuatu yaitu mereka akan minum dan mabuk hingga pagi. Minuan segera di tuangkan, batu es menjadi teman menemani minuman. Asap rokok semakin banyak mengepul, karena saat ini mereka berempat menghisap rokok secara bersamaan. Kiki tak lupa memboyong kacang serta biskuit dalam kantung belanjaannya untuk menemani minuman yang berasa kecut dan pait di dalam mulut. Minuman di tuangkan kedalam gelas dengan es batu yang sudah di letakan dalam gelas sebelumnya. Prosesi meminum pun di mulai dari orang yang memiliki hajat yaitu Eric lalu gelas itu diberikan kepada Bokir kemudian berpindah ke tangan Boni serta terakhir kepada Kiki, begitulah urutan meminum saat itu. Tak teasa gelas berisi minuman itu telah berputar sebanyak 20 putaran, tetapi minuan itu belum habis. Waktu menunjukan pukul 24.00, Erik mengeluarkan rokok yang di linting dengan asal. Rokok tersebut sangat berbeda dengan rokok pada umumnya, rokok itu lebih kecil dan lebih lusuh dari rokok kretek pada umumnya.

Ternyata rokok itu adalah ganja yang merupakan barang terlarang atau narkoba. Mereka ternyata sangat menggemari narkoba tersebut yang selalu di belinya dari seseorang bandar yang telah lama dikenalnya. Ganja tersebut lalu di bakar dan mereka menghisapnya secara bergiliran sama seperti urutan ketika mereka minum minuman yang memabukan tadi. Seketika mata mereka berubah menjadi mereah dan terlihat seperti orang mengantuk. Rokok tak putus di hisap untuk menyamarkan bau khas yang dikeluarkan oleh ganja. Minuman juga tak luput di minum oleh empat pemuda tadi. Mereka merasa sangat nikmat mengkonsumsi barang-barang tesebut, malamnya terasa indah dan tertawa menemani mereka hingga pukul 02.00.

Kamar Erik berada di lantai dua rumahnya sehingga jarang sekali orang rumahnya untuk naik melihat keadaan di atas sehingga mereka sangat leluasa melakukan apapun di kamar Erik. Itulah alasan mengapa rumah Erik selalu menjadi tempat berkumpulnya mereka melakukan pesta gilanya. Cuaca saat itu sangat sejuk akibat hujan yang terjadi sepanjang hari. Cuaca itu menambah nikmatnya barang yang mereka konsumsi. Asap ganja dan rokok saling beradu dalam ruangan, ruangan menjadi sangat pengap. Satu persatu dari mereka mulai tertidur lemas akibat efek yang di keluarkan oleh ganja. Kesadaran mereka mulai hilang, perkataan mereka mulai kacau. Maklum saja mereka telah menghabiskan 7 linting ganja dan 5 liter minuman beralkohol serta tak ter hitung berpa jumlah puntung rokok yang telah menutupi asbak.

Tiba-tiba seseorang mendobrak masuk kamar mereka, ternyata orang itu adalah polisi yang telah lama mencium gerak-gerik mereka berempat dan polisi datang di waktu yang terpat ketika mereka memang sedang mengkonsumsi dan memegang barang haram tersebut. mereka yang telah malas berbuat apapun akibat efek ganja tidak bisa berbuat apa-apa. Barang bukti ganja yang masih tersisa sebanyak 3 linting dibawa petugas. Kiki meronta-ronta akibat tidak terima dirinya dibawa paksa oleh polisi. Dinda, Ade, dan Galuh menangis melihat adik kesayangannya, Erik, harus dibawa pihak kepolisian.

Ayah Bokir yang sering berkumpul dengan bapak-bapak lainnya termasuk Pak Rt di warkop dekat rumah Erik juga meratapi anak semata wayangnya di bawa oleh polisi. Air mata tumpah dari mata Bokir yang melihat ayahnya terlihat terpukul akibat kejadian memalikan itu. Ekspresi 6 Bapak-Bapak lain yang sedang berkumpul di warkop pendaki itu juga sama, mereka kebingungan melihat cepatnya proses penangkapan. Mereka terdiam melihat generasi muda warganya ada yang tersandung kasus narkoba. Pak Mudi salah satu Bapak yang ada di warkop itu mengelus pundak Ayah bokir yang bernama Bonde untuk menenangkannya. Tetapi tetap saja air mata bercuran dari air mata Pak Bonde.

Ditengah keheningan dan suara jangkrik, Pak Rt terlihat sangat  kebingunagan. Maklum saja, oprasi tangkap tangan ini tak pernah di duga olehnya. Pak Rt yang bernama Nazar itu menoleh ke belakang, melihat keadaan sekeliling. Dengan badan gempalnya dia berjalan menjauhi kerumunan Bapak-            Bapak tadi. Naas, polisi telah melihat tingkah lelaki berumur 47 tahun itu. Polisi dengan sigap mengamankan pria berkulit sawo matang itu, Nazar hanya bisa mengikuti perintah petugas yang menodogkan senjata kearahnya untuk tengkurap. Borgol di kenakan di kedua pergelangan tangan Bapak dua anak tersebut. Dia hanya bisa meminta ampun kepada polisi yang memborgolnya.

Aku yang tinggal di seberang rumah rumah Erik melihat segala prosesi penangkapan mereka karena aku sedang di teras rumah untuk menikmati rokok dan kopi hitam yang pas menemani malam yang tenang ini. Saat rokok yang ku hisap telah tersisa setengah, datang lima mobil polisi tanpa membunyikan sirine dan menyalakan lampu dan berhenti tepat di depan rumah Erik. Aku yang aneh melihat kejadian ini, segera keluar dari rumah dan melihat ada enam polisi yang masuk secara paksa ke rumah Erik. Kaka pertama Erik bernama Dinda segera keluar rumah dan berbicara kepada polisi. Sekitar satu menit polisi masuk dan kurang dari lima menit mereka telah keluar dari dalam rumah Erik dengan membawa empat orang yang telah menyembah kepadea barang haram.

Mata ku sedikit nakal, aku melihat gelagat aneh yang di keluarkan oleh Nazar. Dia berjalan dengan sangat hati-hati dan perlahan menjauhi warkop. Tetapi ada salah seorang polisi yang tadinya berjalan ke arah ku melihat kelakuan Nazar. Polisi itu berlari dan berhasil menangkap Nazar. Nazar yang meminta ampun tanpa perlawanan. Orang yang di kenal garang sepertinya mampu menangis akibat ulahnya sendiri. Aku hanya bisa memandangi yang terjadi pagi ini, pagi yang seharusnya indah bagi Erik dan pagi yang sejuk bagi dunia.

Ternyata Nazar adalah bandar tempat Erik selalu membeli barang haram tersebut. Nazar selalu bertransaksi dengan para pembelinya jauh dari rumah untuk mengelabuh petugas, sehingga mereka berdua sering membuat janji di kebun dekat sekolah untuk melakukan pembelian. Erik dan Bokir sebelumnya telah mencoba barang yang telah di belinya Jumat pagi sehingga mereka tidak masuk sekolah. Mereka tertidur di kebun tempat mereka membeli dan mengkonsumsi ganja itu bersamaan. Nazar selalu bekerja menyalurkan ganjanya kebeberapa orang dan beberapa kurir yang ia percayai sehingga tiap pagi ia tergesa-gesa mengantarkan barang dagangannya. Untuk mengelabuhi orang-orang ia selalu membawa anaknya untuk ikut bersamanya sehingga terlihat dia ingin mengantarkan anaknya sekolah bukan untuk mengantarkan barang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun