Sebetulnya sangat disayangkan jika keluarga Mbah Parno ini tidak masuk dalam daftar penerima manfaat dana PKH. Bahkan untuk bantuan-bantuan sosial lainnya baik dari pemerintah desa maupun yang lain, keluarga ini sangat jarang kecipratan bantuan.Â
Yah, setidaknya ada pemerataan bantuan sosial bagi warga kurang mampu. Namun apalah daya, yang mendapat program-program bansos kebanyakan malah orang-orang yang secara fisik maupun materi tercukupi. Harapan beliau ingin segera merenovasi rumah jika ada rezeki dan bantuan lebih, namun hingga kini keluarganya tidak kunjung mendapat jatah program bedah rumah.Â
Sedangkan kondisi rumahnya memang masih bisa digunakan sebagai tempat meneduh dari panas dan hujan, namun karena sering dibongkar dan diubah tata letaknya rumah tersebut lebih kelihatan sebagai gudang. Dari depan rumah sampai ruangan pertama saja sudah banyak dipenuhi kayu sisa pengerjaan mebel dan alat-alat penggilingan yang memenuhi teras hingga ruang tamu.
Hal menarik dan patut untuk dicontoh dari kisah Mbah Parno ini adalah semangat pantang menyerah dan terus bekerja keras. Tidak peduli bagaimana orang memandangnya miskin, tidak mau berbaur, bahkan dianggap tidak tau tetangga-tetangganya, beliau tetap fokus mengejar apa yang menjadi tujuan hidupnya.Â
Uang bukan lagi sebuah masalah yang perlu dipermasalahkan, selama itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga, beliau terus memotivasi diri untuk tetap bekerja keras apapun keadaannnya. Diam bukan berarti tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan, tetapi adakalanya mengerjakan sesuatu lebih baik jika tidak diketahui orang banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H