Penyelenggaraan International Monetary Fund (IMF) and the World Bank (WB) Annual Meetings yang akan berlangsung di Bali pada Oktober mendatang digadang-gadang akan menjadi pertemuan IMF-WB terbesar sepanjang sejarah. Hal itu dikatakan Sekretaris Jenderal IMF Lin Jianhai, saat melakukan finalisasi kunjungan terakhir di Bali dalam rangka kesiapan Indonesia menjadi tuan rumah Pertemuan IMF-WB 2018, seperti dilansir liputan6.com, Jumat (3/8/2018). Lantas, mampukah Indonesia memanfaatkan momentum pertemuan ekonomi dan keuangan terbesar di dunia tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi?
Dilansir KOMPAS.com, Jumat (26/2/2018), Kepala Unit Kerja Pertemuan IMF-WB 2018 Peter Jacobs menuturkan, perputaran uang selama perhelatan internasional tersebut akan sangat besar. Bahkan, angkanya ditaksir mencapai lebih dari 100 juta dollar AS.
Peter menjelaskan, perputaran uang tersebut bisa terjadi untuk memenuhi beragam kebutuhan selama penyelenggaraan, mulai dari sewa-sewa gedung sebagai lokasi pertemuan, kamar hotel, makanan dan minuman, perjalanan, dan kebutuhan mendasar lainnya.Â
Selain itu, tidak menutup kemungkinan pula akan ada beragam kesepakatan perdagangan yang akan tercipta, sebab pertemuan tersebut juga akan dihadiri oleh para investor, pebisnis, dan sosok-sosok penting di bidang investasi. "Hitung-hitungan kasar 100 juta dollar AS. Itu minimal, belum terjadi dampak multiplier (rentetan)," kata Peter.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, Indonesia akan memaksimalkan posisi sebagai tuan rumah Pertemuan IMF-WB 2018. "Sejumlah inisiatif yang akan dilakukan diantaranya adalah di bidang digital ekonomi keuangan. Salah satu yang kita angkat di dalam pertemuan ini yang kita sebut Bali Financial Technology (Fintech) Agenda.Â
Jadi agenda-agenda bagaimana pengembangan fintech dirumuskan dan jadikan acuan pengembangan fintech di Indonesia tapi di seluruh dunia. Persiapan-persiapan itu terus dilakukan," ujar Perry, seperti dikutip liputan6.com, Jumat (3/8/2018).
Perry melanjutkan, pada pertemuan yang rencananya akan dihadiri 13.000 orang dari 189 negara tersebut, pemerintah juga mengusung inisiatif-inisiatif untuk menunjukkan kemajuan ekonomi Indonesia antara lain terkait pembiayaan infrastruktur, syariah economy finance, women empowerment dan berbagai isu di bidang pembangunan.
Optimis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Ikut TerdorongÂ
Saat ini sebenarnya potensi perkembangan ekonomi Indonesia sudah terlihat dari munculnya banyak perusahaan rintisan atau yang biasa disebut startup, berbasis digital dan teknologi, baru di Indonesia. Hal ini diprediksi karena terinspirasi dari kisah sukses keberhasilan "unicorn startup" di Indonesia seperti Gojek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak.Â
Kemunculan banyak startup tersebut sekaligus menunjukkan potensi pengembangan ekonomi digital di Indonesia akan semakin besar. Selain itu, kemunculan pelaku usaha di bidang fintech seperti CekAja, HaloMoney, Doku, dan perusahaan fintech lainnya juga turut meramaikan perkembangan ekonomi digital dan teknologi. Pemerintah juga kini sedang mengembangkan model perekonomian syariah dengan memaksimalkan potensi pondok pesantren yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia.
Dikutip dari laporan Startup Ranking, Senin (12/2/2018), Indonesia ternyata masuk dalam daftar 5 (lima) besar negara di dunia dengan jumlah startup terbanyak, totalnya mencapai 1.705 startup. Dari jumlah tersebut, harapan akan ada unicorn startup baru dampak dari pertemuan IMF-WB 2018 terbuka lebar.
Pengembangan perekonomian syariah juga telah dilakukan pemerintah melalui Bank Indonesia. Dilansir Republika.co.id, Selasa (1/5/2018), saat ini sudah ada dua pondok pesantren yang digandeng Bank Indonesia, yakni pondok pesantren Al Anwar Sarang, Rembang dan pondok pesantren Roudlotul Mubtadiin Balekambang, Jepara, sebagai pilot project dalam rangka pengembangan ekonomi syariah sebagai alternatif pembiayaan dengan menggali potensi bisnis yang dimiliki pondok pesantren.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo, pondok pesantren memiliki potensi usaha yang bisa dikembangkan, yang dikelola dengan sistem perekonomian syariah. "Target tahun ini tidak muluk-muluk. Yang penting, bagaimana menanamkan pemahaman mengenai entrepreneurship dengan pola ekonomi syariah. Mereka bisa mencoba bisnisnya dengan pola ekonomi syariah," katanya.
Secara umum, pelaku usaha di sektor pariwisata dan penyangganya, yang sebagian di antaranya merupakan sektor Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Bali dan sekitarnya juga berpotensi merasakan dampak positif dari pertemuan IMF-WB 2018. Karena (kemungkinan) para delegasi akan berbelanja dan berlibur singkat pasca pertemuan.
Dikutip Tirto.id, Jumat (9/2/2018), juru bicara World Bank, David Theis, mengklaim pertemuan tahunan kali ini dapat memberikan dampak besar bagi sektor pariwisata Indonesia. "Pariwisata merupakan sektor terbesar kedua di Indonesia. Dengan modal itu, pertemuan yang diadakan dapat memberi manfaat luar biasa untuk Bali dalam mendemonstarsikan kekayaan budaya Indonesia dan demografinya," ujar Theis.
Dengan keterlibatan Indonesia dalam forum ekonomi dunia yang sudah mulai terlihat, seperti menjadi tuan rumah Pertemuan IMF-WB 2018 dan terlibat dalam kelompok ekonomi dunia seperti G-20, serta merujuk pada beberapa sektor perekonomian di Indonesia yang saat ini sedang berkembang, serta pernyataan Gubernur BI Perry Warjiyo perihal inisiatif pihaknya dalam mengagendakan pembahasan isu di bidang digital ekonomi keuangan, bukan mustahil pertemuan IMF-WB 2018 akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Indonesia patut optimis terhadap meningkatnya pertumbuhan ekonomi dampak dari penyelenggaraan pertemuan tersebut. Forum tahunan bergengsi tersebut wajib dimanfaatkan Indonesia dalam berjejaring secara intens dan terutama Indonesia harus memaksimalkan posisi tuan rumah tersebut sebagai pintu masuk untuk secara lebih aktif mengambil peran dalam memberi masukan yang berarti bagi tataran perekonomian global. Dengan keterlibatan Indonesia, diharapkan arah pengembangan ekonomi global dapat dengan mudah diadaptasi Indonesia dan mempersiapkan Indonesia menjadi negara dengan perekonomian yang maju.
Namun demikian, tantangan yang ada saat ini; mampukah pemerintah dan pelaku usaha dimaksud memanfaatkan potensi dari Pertemuan IMF-WB 2018 guna memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia?
Kembali perlu diingat, partisipasi pemerintah yang kini semakin aktif dalam forum-forum perekonomian dunia merupakan sebuah harapan akan kemajuan perekonomian Indonesia.
"Optimism is the faith that leads to achievement. Nothing can be done without hope and confidence," Helen Keller.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H