Mohon tunggu...
Diat Anugrah
Diat Anugrah Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Kata-kata

Suami Mutami Matul Istiqomah dan Ayah Filo Dewari Anugrah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Keluarga dengan Meneladani Kisah Nabi Ibrahim AS

16 Juli 2024   11:55 Diperbarui: 17 Juli 2024   06:41 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap Muslim memiliki kewajiban untuk menegakkan agama Islam. Tentu saja tidak harus melalui perang fisik seperti perjuangan di zaman Nabi dan para sahabat, melainkan dengan berbagai cara yang mampu dilakukan. Apabila memiliki ilmu, maka berjuang dengan ilmu, apabila memiliki harta, maka berjuang dengan harta, apabila memiliki tenaga maka berjuang dengan tenaga, serta masih banyak cara lain tergantung kemampuan masing-masing. Tidak ada alasan untuk tidak berjuang menegakkan agama Islam.

Salah satu cara untuk menegakkan agama Islam adalah dengan membangun keluarga. Dimulai dari keluarga sendiri, maka umat Islam bisa meraih kejayaan. 

Kenapa harus keluarga? Kenapa tidak diri sendiri saja? Karena keluarga memiliki pengaruh yang besar dalam diri masing-masing anggota keluarga. Apabila suami beriman namun istri tidak, maka hal itu tidak baik, begitu juga apabila istri beriman namun suami tidak. Suami dan istri sama-sama beriman namun anak tidak, maka juga tidak baik. Maka seharusnya adalah suami beriman, istri beriman, anak juga beriman dan berbakti.

Dalam membangun keluarga ini kita bisa mengambil teladan dari kehidupan nabi Ibrahim AS beserta keluarganya.

Nabi Ibrahim merupakan nabi yang keimanannya begitu kuat. Bahkan beliau dijuluki sebagai Bapak Tauhid. Hal ini karena sejak kecil beliau sudah mencari dan mempertanyakan siapa tuhannya.

Mulai dari menganggap bintang sebagai tuhan, hingga pada akhirnya menemukan dan mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Ilah yang haq disembah.

Nabi Ibrahim adalah nabi yang begitu jujur. Seumur hidupnya, beliau hanya pernah berbohong sebanyak 3 kali, itupun dilakukan demi kepentingan dakwah.

Nabi Ibrahim hidup di lingkungan kafir, dimana raja dan masyarakatnya menyembah banyak berhala berbentuk patung. Suatu hari, raja mengadakan acara dan mengajak seluruh masyarakat untuk ikut. Namun Nabi Ibrahim berbohong mengatakan dirinya sakit agar tidak perlu ikut dalam acara tersebut. Hal ini dilakukan karena beliau berencana menghancurkan berhala-berhala selagi semua orang pergi. Inilah kebohongannya yang pertama.

Kebohongan kedua dilakukan setelah beliau menghancurkan berhala dan hanya menyisakan satu berhala yang paling besar. Ketika dimintai pertanggungjawaban atas rusaknya berhala, beliau menjawab bahwa berhala yang paling besarlah pelakunya. Maka orang-orang mengatakan mana mungkin patung bisa bergerak dan menghancurkan patung yang lain. Inilah cara nabi Ibrahim menyadarkan bahwa patung yang disembah tidak bisa melakukan apapun.

Kebohongan ketiga, ketika beliau masuk sebuah kampung yang dipimpin seorang raja, beliau mengatakan bahwa dirinya adalah saudara Sarah. Hal ini dilakukan karena apabila raja tersebut mengetahui bahwa Sarah adalah istrinya, kemungkinan beliau akan dibunuh dan Sarah akan diambil. Ini untuk kelancaran dakwah nabi Ibrahim di kampung tersebut.

Meski hanya melakukan 3 kali kebohongan sepanjang hidupnya, itupun dilakukan untuk kepentingan dakwah Islam, namun nabi Ibrahim tetap khawatir akan hukuman dari Allah. Inilah tauladan yang harus kita contoh sebagai seorang Muslim.

Lalu, nabi Ibrahim juga selalu patuh terhadap perintah Allah. Meskipun perintah tersebut seringkali berat untuk dilakukan. Pertama ketika Allah memerintahkan untuk meninggalkan istrinya Hajar dan anak bayinya Ismail AS di tengah padang yang tandus dan tidak ada manusia lain. Lalu ketika beliau diperintah untuk menyembelih anaknya Ismail AS yang begitu beliau cintai. Meskipun sangat berat, namun beliau tetap melakukannya dengan niat mengharap ridho Allah SWT.

Tidak hanya diri Nabi Ibrahim sendiri, istri-istri beliau juga merupakan istri yang shalihah. Sarah tetap setia menemani dakwah beliau. Bahkan, Sarah rela nabi Ibrahim menikah lagi demi mendapat keturunan anak yang shaleh. Begitu juga Hajar, ia rela ditinggal bersama bayi Ismail di padang tandus agar nabi Ibrahim bisa melaksanakan perintah dari Allah. 

Keimanan yang kokoh kepada Allah sebagai satu-satunya Ilah yang haq, disertai pengabdian kepada suami yang ingin mematuhi perintah Allah, memberi Sarah dan Hajar balasan yang baik. Beliau berdua mendapat keturunan yang shaleh pula bahkan menjadi Nabi penerus nabi Ibrahim. Sarah melahirkan Ishaq dan Hajar melahirkan Ismail. 

Suami-istri yang beriman beserta anak yang shaleh dan berbakti, membuat keluarga nabi Ibrahim bisa menjadi keluarga yang menegakkan agama Allah di muka bumi ini.

Hal ini harus kita contoh dalam membangun keluarga kita. Dengan keluarga yang baik, maka kita akan menciptakan masyarakat Islam yang diridhoi oleh Allah SWT.

*Ringkasan pengajian dari Al Ustadz Drs. M. Sunhaji (PDM Banyumas) pada pengajian selapanan ahad pahing PCM Ajibarang di PRM Sawangan. Ahad, 8 Muharram 1446 H bertepatan dengan 14 Juli 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun