Mohon tunggu...
Travel Story

Kemah Budaya Daerah DIY, Tantangan Pramuka Menjaga dan Membina Budaya Indonesia

18 Mei 2016   21:36 Diperbarui: 18 Mei 2016   22:23 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh Dias Oktri Raka Setiadi

"Dadiya wong kang nyawiji, greget, sengguh, nanging ora mingkuh. Kuwi pitutur aji kang kudu mbok genggem tinggalane Ngarsa Dalem kang kudu di mirengake" ~Rado (2016)

Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan terlahir dari satu unsur pembentuk. Indonesia merupakan gabungan dari berbagai budaya, suku, agama, ras, dan golongan yang bertekad membentuk suatu kesatuan yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Proses pembentukan tersebut tidak terjadi secara instan dan cepat, tetapi melalui proses yang lama dan berkesinambungan. Berawal dari sikap kedaerahan yang ditandai dengan perebutan kekuasan dan wilayah antar kerajaan dan suku, dilanjutkan dengan perlawanan setiap daerah terhadap penjajahan negara Eropa, hingga munculnya kesatuan tekad untuk mencapai kebebasan bersama yang ditandai dengan Pergerakan Nasional Budi Utomo, Sumpah Pemuda, hingga Proklamasi Kemerdekaan sebagai jembatan emas menuju Indonesia baru, Indonesia merdeka, dan Indonesia yang bersatu.

Proses pembentukan kesatuan tidak akan terjadi jika tidak diawali dengan inovasi dan perubahan budaya antar daerah. Sikap budaya bangsa Indonesia yang gotong-royong telah mengantarkan bangsa ini mampu melaksanakan asimilasi budaya, baik tingkat daerah hingga internasional. Perubahan budaya bukan sebagai ancaman budaya yang lama, masyarakat yang dinamis akan selalu mengeksplorasi sumber daya yang dimiliknya.

Jika budaya itu masih dianggap penting dan bermanfaat bagi penganutnya maka kebudayaan tersebut akan tetap dipertahankan dan dilestarikan, tetapi jika budaya tersebut sudah dianggap tidak relevan dengan perkembangan zaman maka akan semakin dijauhi penganutnya dan dirubah oleh kebudayaan yang baru. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang dinamis, hendaknya dapat menjaga dinamika tersebut sehingga tidak menyebabkan permasalah-permasalahan diberbagai tingkat.

Globalisasi sebagai agen pengubah generasi muda Indonesia yang kreatif menjadi konsumtif. Peran generasi muda dalam mengembangkan budayanya di era globalisasi sangat diperlukan. Tetapi fakta di lapangan berkata lain, saat ini generasi muda Indonesia lebih condong kepada sikap konsumtif meniru gaya hidup budaya asing. Perkembangan internet memudahkan akses sosialisasi budaya manca ke dalam negeri. Dalam beberapa dekade terakhir telah menunjukkan tanda-tanda kemorosotan daya kreatifitas generasi muda menjadi sikap konsumtif dan acuh terhadap kelestarian budaya bangsanya sendiri.

Gerakan Pramuka sebagai bagian dari masyarakat secara keseluruhan harus melibatkan diri, baik langsung atau tidak langsung terhadap usaha penyelamatan generasi muda dalam pelestarian kebudayaan bangsa Indonesia. Proses pendidikan merupakan bagian untuk membentuk sikap apresiatif terhadap budaya dan itu perlu terus dilakukan melalui berbagai cara dan media.

Gerakan Pramuka harus menjadi contoh bagi masyarakat umum dan berada di barisan depan dalam gerakan moral menyelamatkan kebudayaan demi kepentingan bangsa secara keseluruhan. Mengapa Pramuka ditantang untuk menjadi motor gerakan ini? Perlu diketahui, bahwa pramuka adalah kelompok cerdik pandai dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Pramuka mempunyai kecerdasan baik dalam segi afektif, kognitif, dan psikomotorik. Oleh karena itu, Gerakan Pramuka ditantang untuk selalu mempunyai komitmen, independen, dan konsisten memberikan kontribusi signifikan dalam upaya pelestarian pusaka budaya bangsa.

Sebagai jawaban dari tantangan di atas Gerakan Pramuka  Kwartir Daerah XII DIY mengadakan Kegiatan Kemah Budaya Daerah setiap tahunnya yang berdasarkan atas pemikiran bahwa,

  • Gerakan Pramuka dalam melaksanakan tugas pokoknya untuk mencapai tujuan, dengan menyelenggarakan pendidikan kepramukaan dalam bentuk kegiatan yang sehat, menarik, terarah, terencana, di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan.
  • Sasaran kepramukaan di Indonesia adalah mempersiapkan kader bangsa yang memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang berjiwa Pancasila, disiplin, sehat mental moral dan fisiknya, berjiwa patriot, berkemampuan untuk berkarya dengan semangat kemandirian, bertanggungjawab, peduli dan komitmen terhadap Kode Kehormatan Pramuka.
  • Kegiatan-kegiatan dalam kepramukaan untuk mencapai sasaran tersebut haruslah kegiatan yang menantang, sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan para Pramuka serta situasi dan kondisi, modern bermanfaat dan taat azas dilaksanakan dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan.
  • Berlomba merupakan sifat anak, remaja, dan kaum muda dalam kegiatannya sehari-hari.
  • Kegiatan yang bersifat lomba merupakan salah satu alat pendidikan yang efektif dalam merangsang dan memotivasi peserta untuk berprestasi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran Gerakan Pramuka. Berlomba dalam Gerakan Pramuka bukan untuk menang tetapi untuk meningkatkan ketahanan spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik.
  • Kemah Budaya merupakan kegiatan perkemahan yang berorientasi pada penanaman dan pemahaman nilai-nilai budaya bangsa sesuai makna Bhinneka Tunggal Ika guna menciptakan ketahanan budaya meliputi aspek spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Secara keseluruhan kegiatan yang dikembangkan dalam Kemah Budaya Tahun 2015 dititikberatkan pada bidang pengembangan diri Pramuka yang terdiri atas bidang mental, fisik, intelektual, spiritual, dan sosial sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat dalam upaya pengenalan, penguatan dan pengembangan kebudayaan di kalangan generasi muda. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk kegiatan outdoor dan indoor untuk mendorong terbentuknya apresiasi dan toleransi atas keragaman budaya bangsa serta dipadukan dengan kegiatan prestasi yang berbentuk lomba guna menambah khasanah dan motivasi berkegiatan.

 Kegiatan dalam Kemah Budaya  dibagi ke dalam beberapa bidang, diantaranya :

1.   Kegiatan Umum

a) Upacara Pembukaan; b) Keagamaan; c) Apel; d)  Olah-raga;  e) Anjangsana; f)           Sosial dan Bina Lingkungan; g) Api Unggun; h)  Upacara Penutupan.

2.   Kegiatan Cinta Tanah Air dan Bela Negara (Patriotisme)

a)  Pemutaran Film Sejarah dan Kepurbakalaan; b) Renungan Kebangsaan; c) Kunjungan Museum; d) Kunjungan Situs dan Praktik Exkavasi serta Konservasi; e)    Sarasehan Budaya “Rebranding Jogja Istimewa” bagi Anggota Dewasa; f) Dialog dan Diskusi Pendidikan Kepramukaan; g) Talk Show Kesejarahan, Permuseuman dan Kepurbakalaan; h) Giat Prestasi Pembuatan Majalah Dinding; i) Giat Prestasi Menyanyi Bersama; j) Giat Prestasi Baca Puisi Perjuangan

3.    Kegiatan Keterampilan Hidup dan Seni Tradisi

a) Kunjungan Sanggar Seni dan Kerajinan; b) Giat Prestasi Masakan Tradisional; c) Giat Prestasi Dekorasi Temanten Tradisional Jawa (Penjor); d) Giat Prestasi Merangkai Peningset Pengantin; e) Giat Prestasi Macapat; f) Giat Prestasi Mendongeng; g) Pentas Budaya; h) Giat Prestasi Fotografi: i) Giat Prestasi Permainan Tradisional

4.    Kegiatan Pengamalan Pancasila dan Adat Istiadat Bangsa

a) Giat Prestasi Karnaval Budaya; b) Giat Prestasi Mengenal dan Memakai Pakaian Adat Jogja Beserta Peragaan Pakaian Adat; c) Giat Prestasi AsahTerampil Budaya dan Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta; d) Giat Prestasi Menulis dan Membaca Aksara Jawa; e) Giat Prestasi Pidato Bahasa Jawa

Penyelenggaraan kegiatan dalam Kemah Budaya menggunakan metode yang beragam, sehingga peserta lebih dapat merasakan, mempelajari, menghayati, dan mendalami materi-materi yang disampaikan. Kegiatan dibagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan muatan materi yang terkandung di dalamnya, dengan harapan peserta mendapatkan beragam kegiatan sebagai penambah bekal dalam proses pembentukan jati dirinya dan setelah mengikuti kegiatan peserta akan mendapatkan wawasan, pengetahuan dan pengalaman baru serta dapat meningkatkan rasa percaya dirinya terhadap pusaka budaya bangsa Indonesia.

Pusaka budaya lokal kita pada dasarnya juga dapat mempunyai arti atau nilai penting bagi kepentingan nasional bahkan internasional. Terkait eksistensi budaya lokal, ada pepatah mengatakan bahwa kita semua harus berperilaku dan berkepribadian lokal tetapi dapat berpikir global (act locally think globally). Lebih baik menyelamatkan budaya lokal untuk global daripada mementingkan kepentingan global tetapi membahayakan kepentingan lokal. Kita patut merenungkan kata-kata ajakan Learning the past to improve the future. Kita semua terlebih kaum intelektual harus mampu belajar dari apa yang telah terjadi pada masa lalu, untuk menyongsong dan mengolah masa depan untuk kehidupan lebih baik. Sekecil apapun daya upaya kalau hal itu dilakukan secara sungguh-sungguh dan konsisten akan mempunyai arti penting bagi masyarakat luas. Relevan dengan permasalahan tersebut, kata-kata bijak Mahatma Gandhi perlu kita renungkan bersama, What you do is of little significance. But it is very important that you do it.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun