Mohon tunggu...
Dias Ashari
Dias Ashari Mohon Tunggu... Penulis - Wanita yang bermimpi GILA, itu akuuu..

Mantan Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Seorang Diri "Pantai Sayang Heulang Pamengpeuk"

21 Oktober 2020   13:04 Diperbarui: 21 Oktober 2020   13:07 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu penulis coba bertanya. Ternyata bapak itu memiliki riwayat penyakit batu empedu. Beliau tadinya akan pergi ke bandung, namun karena penyakitnya kambuh di tengah jalan, ia lebih memilih pulang lagi ke pamengpeuk. Yang lebih membuat penulis sedih adalah obat beliau tertinggal dirumahnya. Saat itu hanya bisa diam, karena penulis tak membawa persediaan obat nyeri. Sebagai tenaga kesehatan rasanya penulis tidak berguna hari itu.

Melihat kondisi elf, sepertinya keberangkatan tidak mungkin dipercepat. Penulis hanya bisa berdoa dalam hati, semoga allah memberikan kemudahan dalam perjalanan ini. Tak lama kemudian kenek menyuruh untuk pindah ke kursi belakang. Saat ditanyakan alasannya. Ia menjawab ada keluarga TNI yang suka mabuk perjalanan, untuk itu mereka harus duduk di kursi depan. Awalnya kesal sih, namun demi elf cepat penuh, penulis mengalah dan pindah ke belakang.

Sekitar pukul 14:00 elf kemudian berjalan diiringi dengan rintikan air hujan. Beberapa kali elf berhenti untuk menaikan penumpang dan mengambil titipan paket warga garut. Di tengah perjalanan penulis bertemu dengan seorang ibu yang diturunkan dari elf lain. Kemudian duduk di samping sambil bertanya kemana tujuan penulis pergi. Saat penulis bilang mau ke pantai sendirian, ibu itu cukup khawatir dan menawarkan untuk berkunjung saja di rumahnya yang berada di cisompet. Namun penulis menolaknya dengan halus agar tidak tersinggung.

Tak berselang lama muncul kejadian unik. Ada seorang nenek yang meminta ongkos kepada penumpang lain. Beliau beralasan kehabisan uang, saat penulis mau memberinya uang. Seorang ibu yang duduk disebelah berbisik untuk tidak memberikan uang, katanya itu mah modus memang profesinya seperti itu. Akhirnya penulis mengurungkan niat untuk memberi uang.

Selama perjalanan menuju pamengpeuk penulis disuguhkan dengan pemandangan gunung yang sangat indah luar biasa. Warna hijaunya memanjakan mata, warna langit di sore hari semakin menambah keeksotisannya. Seperti biasa elf melaju dengan kecepatan yang tinggi. Sempat was-was juga soalnya kiri jalan adalah jurang tanpa pembatas.

Penulis berharap elf ini bisa sampai pantai saat matahari terbenam. Namun itulah perjalanan kadang tidak sesuai dengan ekspektasi. Elf itu berhenti di rest area untuk makan. Bagaimana lagi selaku penumpang hanya bisa menunggu mereka hingga selesai. Sekitar pukul lima sore, elf kembali melaju. Hari sudah semakin gelap. Saat itu tinggal tersisa penulis dan keluarga TNI. Dan sang sopir harus mengantarkan keluarga TNI itu sampai depan rumahnya, padahal jalur jalannya berbeda. Penulis hanya bisa pasrah mengikuti elf itu saja. Disanalah letak keunikan sebuah perjalanan.

Setelah selesai mengantar mereka, kini di elf tinggal tersisa penulis dan dua orang kenek. Sang sopir memilih turun karena ada keperluan sejenak dengan seseorang. Hingga tinggal penulis dan paket yang tersisa yang akan diantarkan ke pantai sayang heulang. Selama perjalanan penulis sempat merasa risih karena para kenek itu selalu menanyakan nomor ponsel dan kehidupan pribadi. Namun penulis berusaha mengatasi hal itu dengan menjawab pertanyaan tersebut dengan santai. Saat itu hanya meminta perlindungan kepada sebaik-baik pemberi perlindungan yaitu Allah SWT.

Disisi lain penulis beruntung karena elf itu mengantarkan paket ke salah satu penginapan yang ada di pantai. Soalnya biasanya elf hanya lewat sampai depan gerbang saja. Hari itu sudah gelap, jadi penulis tidak tau seberapa jauh jarak dari gerbang menuju pantai. Sesampainya di pantai, penulis di titipkan oleh kenek tadi di sebuah penginapan, mereka bilang bahwasannya penulis adalah sodaranya dari Bandung.

Sebenarnya saat itu penulis berniat untuk tidur di mesjid atau di pantai( ala-ala di film Thailand gitu) hahahah lagi --lagi teracuni film. Saat penulis menanyakan dimana mesjidnya kepada pemilik penginapan. Mereka bilang tidak boleh jika tidur di mesjid, disana selalu di kunci. Sepertinya bapak itu sudah menebak jalan pikiran. Penulis dengan keras kepala ingin ke masjid saja, namun saat itu argumennya kalah. Akhirnya penulis memutuskan untuk tidur di penginapan itu saja.

Karena belum makan dari pagi. Penulis memesan semangkuk mie dan telur. Saat itu sekaligus dibombardir sejumlah pertanyaan. Dengan siapa ke sini? Mau kesiapa? Dan mau apa. Penulis menjelaskan satu persatu. Dengan polosnya penulis menjawab pergi ke pantai ini sendirian untuk berwisata. Sontak bapak itu kaget melihat keberanian dari seorang anak remaja. Oh iya ada tips buat kalian yang solo backpacker jika ditanya hal itu bilang saja kalian sedang menunggu teman. Hal ini dilakukan demi keselamatan kalian ya guys.

Saat penulis makan, tiba-tiba dihampiri oleh wanita berbusana seksi. Kemudian wanita itu pun sama mengajukan beberapa pertanyaan yang sama. Wanita itu bilang sedang mengontrak di penginapan itu. Saat itu penulis belum curiga apapun kepadanya. Awalnya penulis senang karena bisa mendapatkan teman, setidaknya saat besok jalan tidak seorang diri lagi. Saat selesai makan, wanita itu mengajak untuk melihat kamar yang akan penulis sewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun