Mohon tunggu...
Diasmanto
Diasmanto Mohon Tunggu... profesional -

i'm journalist

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Requiem "Rindu"

15 Maret 2017   00:49 Diperbarui: 15 Maret 2017   10:00 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

REDAM RINDUKU

sambil tersenyum

kita redam rindu ini

karena inginku kau dekat

seperti jarak antarhuruf

yang tertata

dan, terbacalah cinta

***

SEPERTI PUISI

aku dan kau

seperti puisi

yang sempat tertulis

dan ditinggalkan

penyairnya

***

ESOK

esok hari

aku akan buru-buru

berlari menjumpaimu

sambil kugulung masa lalu

mencampurnya ke dalam secangkir kopi

kuaduk dengan secuil gula batu

lalu menyeruputnya

biar kurasakan lagi manis

seperti kenangan waktu itu

esoknya lagi

aku akan melompat tinggi

menggapai-gapai kaki

langit yang kerap menyembunyikan

bintang dan bulan

biar kudapati terang malam

dan aku tak lagi kesepian

karena tadi

kudengar lagu penyambutan

sembari ada yang menyebut-nyebut

namamu kembali

kau tahu?

hari raya, seolah, datang lebih dini

***

DOA KAMI

#Monas212

karena jutaan orang sudah berkumpul

sambil menangis

maka airmata yang menetes

menyatu

mulut-mulut melantunkan doa

agar pintu langit terbuka

dan setiapnya, langsung menujuNya

"tabrak semua yang jadi penghalang

ditegakkannya keadilan

lumat saja mereka, Tuhan

biar makin tahu

bahwa cinta kami

senyata matahari

yang hadir tiap pagi"

***

PIGORA LUSUH

aku berdiri

menikmati potret

pada satu pigora lusuh

yang nyaris tertutup debu

satu musim terekam

kita berpelukan

jemari saling menggenggam

mata kita ..., mata kita ..., saling pandang

ya, aku memandangmu

waktu itu

dan kini, begitu saja

kukubur namamu

***

SETELAH TAWAMU

setelah tawamu berhenti

yang tertinggal cuma sepi

setelah sepi

ada satu tawa lagi

tapi tetap saja sepi

***

KURSI

setelah pantatku mendudukimu

kau berharap ada pantat lain

menggantikanku

***

SEBIJI WORTEL

sebiji wortel

menyimpan doaku

"ini buat generasiku"

semoga mata mereka benderang

membedakan gelap dan terang

jangan khawatir

masih ada ribuan wortel lain

***

GERIMIS SORE

gerimis sore tadi

seolah tak rela aku pergi

meninggalkan kebun-kebun sayur sendiri

kubilang saja

kujual kebun itu semua

pada para tuan tanah

yang menjanjikanku upah

ya, buat beli motor

telepon genggam

baju dan celana

sisir dan minyak rambut

sepatu dan kaos kaki

aku bergaya, kan?

aku bergaya

jangan kuatir

masih ada yang tersisa;

kebun airmata

***

AKU MENGENANGMU

sejenak saja aku mengenangmu

di antara mendung, gerimis, dan hujan

lewat foto yang kubingkai

dan tak lagi utuh

mataku terpejam

menahan lelehan airnya

dan, memang kutahan

agar tak sampai jatuh

hingga jadi puisi

***

LELAKI TUA

aku lelaki tua

yang tak ada di legenda

inginku bisa membaca

***

"..."

aku mendaki puncak gunung

kudapati "A"

aku mengarungi samudera

kudapati "L"

aku susuri sungai

kudapati lagi "L"

aku masuki hutan

kutemukan juga "A"

hingga lelah

kudapatkan "H"

***

AJARI AKU MEMBACA

ajari aku membaca

ajari

aku membaca

ajari aku

membaca:

Robbi

Robbi

Robbi

ighfirli dzunuubi

***

RSI AT-TIN (NGAWI)

di kantinnya

kutemukan cinta

seorang pedagang kopi

pada segelas seduhannya

yang menjadikanku terjaga

*maturnuwun, kopinya

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun