Mohon tunggu...
Ferry Prasetyo
Ferry Prasetyo Mohon Tunggu... -

Just say FUCK\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bluestar dan Bidadari Neraka

27 Maret 2013   01:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:09 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13643239831762159848

BLUESTAR dan Bidadari Neraka

Ferry Prasetyo aka Jasad Terlupakan

Maret

2013

[caption id="attachment_244373" align="alignnone" width="300" caption="Ilustrasi oleh @FerryPrasetyo/Jasad Terlupakan @Darkartcreativedesign/Kill me from behind"][/caption]

Pada malam itu, malam dimana para petualang cinta mesum dari kobaran api pembicaraan hangat tentang sex dan hawa nafsu segera terjawab. Alvin, Reva dan Gerald memasuki sebuah ruangan gelap berisikan lampu-lampu redup dengan cahaya warna-warni mengitari sudut ruangan. Lorong. Lorong pintu masuk itu terlihat sangat gelap dan sisi setiap ruangan terdapat beberapa kanvas yang berisi lukisan-lukisan para wanita sempurna tidak berbusana, yang seakan melirik dan mengawasi langkah-langkah berani 3 begundal konyol tersebut.

Aldy yang memutuskan untuk tidak ikut dalam perburuan wanita lebih memilih menunggu diluar, tepatnya di Circle-K. Aldy memang tidak terlalu suka hal seperti ini. Sohib-sohibnya terus berharap jika Aldy bisa ikut bersama mereka, tapi apa daya, Aldy memang memiliki jiwa dan keras sifatnya. Mereka berjalan dengan perlahan, nafas mereka bertiga terdikte tertahan, mereka antusias dan penasaran dengan apa yang akan terjadi. Reva memimpin barisan, dia berjalan paling depan, dengan busungan dada layak pahlawan pulang dari tanah perang hindia biru, ia berjalan penuh keyakinan. Bagi Reva ini sudah seperti taman bermainya. Sudah lama ia mengenal dan mengendus keberadaan tempat maksiat ini. Sepertinya dia tahu dari seorang yg sudah lama bermain didalam hitamnya malam kota Jakarta. Dalam ingatanya, Reva sudah hampir 10-12 kali menghampiri tempat ini, sudah dianggap sekolah baginya, mungkin saja. Ia mencintai tempat ini. Sungguh ia mencintainya. Ia terlihat sangat percaya diri akan itu. Wajahnya memerah seakan telah meminum segalon ukuran besar berisikan Alkohol kuat dari dataran Eropa. Ia akan menikmatinya. Pasti. Mereka bertiga terus berjalan hingga ujung lorong, disebelah kanan ada sebuah 2 pintu besar yang menjadi satu dengan 2 gagang ditengahnya. Disamping pintu besar tersebut ada 2 orang bertubuh besar, orang pertama berbadan gemuk dan berambut cepak berkulit kuning hampir putih, yang satunya berkulit coklat dengan perawakan yg sangar. Mereka seperti para pemakan daging manusia, sepertinya !? Kedua penjaga itu terus menatap serius ketiga pemuda konyol tersebut, kedua penjaga itu akhirnya memasang badan tegap dengan mempergalak wajah mereka. Kedua penjaga pintu tersebut harus memperlihatkan ketegasanya atau harus menonjolkan kesangaranya untuk memberikan serangan mental kepada para tamu untuk tidak bertingkah laku sembarangan di klub yg mereka jaga. Mereka akan menjadi baik jika para tamu juga memperlakukan mereka baik, jika tamu mengesalkan dan cenderung berbuat onar, jangan mempersalahkan dunia didalam neraka jika bokong anda ditendang keluar dari area klub tersebut. Alvin dan Gerald yang baru pertama kali ke tempat itu terlihat sangat lucu dengan memperhatikan setiap sudut lorong. Gerald bergumam sendiri dan karena itu ia terlihat norak. Seorang Alvin yang kaya raya itu pun hampir sama dengan tingkah laku Gerald yang kampung, hanya saja Alvin lebih profesional dengan menyembunyikan rasa penasaran dan deg-deganya dengan sering mengusap bagian leher dengan sapu tangan biru miliknya. Yah, Kedua orang itu memang norak adanya Akhirnya mereka bertiga sampai dipenghujung lorong lalu bertatap muka dengan 2 lelaki bertubuh besar yang berotot dan menyeramkan. Alvin dan Gerald secara otomatis terdiam membisu, sementara Reva tersenyum dan mulai menyapa. Reva: Hei bung !! Pa kabar neh? Masih juga lu bedua yg jaga kaya biji ngatung, HAHAHAHAHA !! Penjaga 1: Hei Va, mulut lu tuh masih aja sama ya, ga pernah bisa dijaga !! Hehehe, pa kabar kawan? Hei, lu bawa kawan nih? Penjaga 2: Revaaaa, pa kabar dang?? su lama kita nda bakudapa heh? Darimana jo? Udah 2 minggu sto tak bersua? Reva: Eh, gua ini orang sibuk. Sesibuknya selebritis masih sibukan gua bro. Gua ga ada waktu kemaren-kemaren, sibuk kuliah neh, HAHAHAHAHA (Reva tertawa seperti orang yang sedang menang poker) Penjaga 1: Gaya lu kaya mak-mak penjual daging yg tiap hari sibuk. Sibuk apaan? Sibuk masturbasi ato sibuk urusin anak neh? (penjaga itu tersenyum dan menepuk bahu reva) Reva: Yeee boss, gua ga level klo masturbasi sama onani-an, gua selevel sama kerang berbulu yg biasa nempel dibagian bawah cewek itu tuh, WWKWKWKWKWKWK. Hussss, gua mana mau punya anak skarang !! Ga seru, yg ada gua ga bisa main-main lagi donk (Reva menggaruk blakang kepala dengan jidat yg mengkerut) Penjaga 2: Va kenalkan tamang-tamang ngana jo kwa!! Biar dorang datang, pas torang lagi jaga, torang so kenal jo !! Jadi so nda repot-repot. Kalo tamang dorang datang bisa torang jaga, jadi aman disini. Penjaga 1: Iyaa Va, lu mesti kenalin ke kita. Bener tuh, kita harus kenal sama temen lu, jadi klo ada apa-apa bisa kita jaga disini. Reva pun memperkenalkan sohib nya dengan menunjuk satu-satu wajah mereka dan menyebutkan namanya. Reva: Ni yang tinggi, doi anak Jendral, barangsiapa yg ngusik dia bakal dikirim ke markas ABRI biar digebukin, HAHAHAHA, namanya Alvin. Klo yang ini-nih (sambil menunjuk-nunjuk muka Gerald) Si gondrong jengkol ini namanya Gerald, si belalang sembah cupu !! Alvin: Hadooooh, kadang mulut lu tuh lebay kaya banci ya Va? (Iya sambil

mengusap wajahnya dengan tangan dari jidat hingga ke dagu)

Gerald: Lu ngenalin apa ngajak ribut Va, HAH?? Reva: WKWKWKWKWKWK, becanda-becanda Penjaga 1: Yasudah, kalian berdua masuk saja, terlalu lama kalian ngobrol diluar.. (ia membukakan pintu tersebut) Welcome to Party Guys !! Pintu besar yang letaknya pas diujung lorong itu perlahan terbuka. Musik-musik dari tembang ternama Amerika terdengar hingga ke kuping mereka bertiga. Lagu-lagu itu sering terdengar familiar dan kali ini suara itu semakin keras di pendengaran panca indera mereka. Reva, Gerald dan Alvin berdiri di sebuah anak tangga yang tidak terlalu tinggi dari dasarnya, mungkin hanya 4-5 anak tangga menuju ke dasar. Didalam penglihatan mereka, tempat itu memang berisikan para pemuda-pemuda hidung belang sedang asik bersama beberapa wanita berpakaian sexy yang seakan siap untuk disantap. Di arah pandangan lurus penglihatan mereka bertiga, ada sebuah panggung besar yang penuh dengan alat musik, dan 5 orang berpakaian rapih membawakan lagu "All Summer Long" dari Kid Rock. Lagu tersebut menghantarkan mereka kelantai dasar dengan keringat banjir ditubuh mereka, itu bukan karena panasnya ruangan tersebut, atau bukan karena AC yang mati ataupun kurang pendingin, tetapi dikarenakan melihat para wanita-wanita sexy yang hanya menutup tubuhnya dengan sehelai, dua atau tiga helai kain yang menempel dibadan mereka. Entah untuk menggoda atau sebagai pertunjukan seni, tapi kali ini mereka mempertotonkan tubuhnya memang untuk menggoda dan mendapatkan uang. Tembang dari Rocker, Kid Rock, membuat suasana tempat itu semakin panas dan semakin panas. Suhunya pun meningkat dengan atraksi para wanita di ujung kiri dari panggung yang sedang menari sexi menggoda, dan beberapa wanita yang berciuman dengan tamu yang tidak malu dipertotonkan di muka umum. Secara jujur Alvin dan Gerald tercengang akan hal itu, mereka tidak percaya dengan pemandangan luarbiasa yang tidak pernah mereka dapatkan di dataran kota. Hembusan udara siang hari membuat kadar kehidupan malam kota ini seakan tertutup kabut tebal tanpa celah yang tidak dapat tertembus oleh mata dan telinga. Ini sudah seperti tempat rahasia, dimana hal tabu sudah menjadi hal yang biasa. Reva sepertinya sudah terlalu semangat untuk mencari mangsa, ia segera berjalan menuju bar disebelah kananya dan segera mengambil tempat duduk, Alvin dan Gerald pun menyusul dimana Reva berada lalu duduk disebelahnya. Bartender: Lama ga kemari boss (sambil menyeka sebuah gelas kaca dengan kain pembersih) Reva: Eh elu, pas lu yg jaga.. Gua minta biasa ya sob.. Eh, lu bedua mau apaan? Vin, Rald? Alvin: Mmmm, gua yamazaki deh, gua minta satu botol aja sekalian minta gelasnya.. Rald lu apa?? Reva: WHAAAAT ?? Anjeeer lu, lu kaga tau klo itu mahal cuy?? Sarap lu !! Alvin: Yaudah, gua minta 1 yamazaki, 1 Dry Gin dan 1 Jose Cuervo.. Masing-masing 1 botol yah Reva: Wah, gila lu?? Ngelunjak apa gimana nih? Mo bikin kita semua pada mati hah? MAHAL LAGI!! LU TAU KATA MAHAL GA? Alvin: Relax, relax!! Just enjoy Va, just enjoy. Here, is good and nice place to burning some money. Santai Va. Gua ada kredit card kok. Gerald: Yeaaaah, itu baru Alvin !! Reva: Mmmmm, okey boss. Siaaaap.. Bartender: Va, itu temen lu? Dia siapa? Heh? orang kaya yah?? (Tercengang hebat karena dia pikir Alvin begitu muda untuk membeli minuman keras sebanyak itu dan mahal) ............... Gerald memang mencintai minuman, dia senang menghabiskan waktu untuk minum-minum setelah selese kampus. Memang bukan minuman mahal tapi setidaknya perut buncitnya itu sudah terbiasa dengan minuman keras. Tapi kali ini berbeda, ia akan mencicipi betapa dahsyat minuman ala luar negri yang akan menimbulkan sensasi mendalam di setiap mulut dan lidahnya yang akan menghantarkanya menjadi seorang yg gila. Malam ini akan menjadi malam indah bagi mereka bertiga. Setelah melakukan toast bersama di atas meja bartender, akhirnya mereka memutuskan untuk mencari wanita malam yang kebetulan ramai disana. Hampir semua wanita itu memakai pakaian sexy dan sepertinya mereka memang bekerja untuk klub tersebut. Alvin membagi rata minuman keras atau disebut liquor tersebut kepada sohib-sohibnya. Alvin kebagian membawa botol Yamazaki, sementara Reva Jose Cuervo yang panas di tenggorkan, lalu yang terakhir Dry Gin yang kebetulan Gerald menyukainya.

Dikarenakan klub itu begitu luas, Mereka memutuskan untuk berpencar dan mencari wanita yang mereka sukai sendirian. Alvin tidak membutuhkan waktu lama untuk observasi. Dalam hal cewek, Alvin tidak pernah kalah. Apalagi sekarang, ia hanya tinggal mencari kupu-kupu malam yang tertebar diseluruh ruangan. Ia tinggal memaksimalkan sensor dan sinyal kepekaanya untuk mendapatkan wanita idaman. Dengan sebotol Yamazaki ditangan kirinya dan rokok Marlboro favorit ditangan kananya ia melesat seperti peluru mencari mangsa untuk santapan nafsu birahinya.. Reva terlihat semangat dengan celingak-celinguk sana kemari mencari wanita semok yang cocok untuk bercinta. Reva menyukai tipe cewek berdada besar dan tidak terlalu banyak basa-basi. Ia hanya mengidamkan cewek berbody sempurna untuk menemani malamnya kali ini. Sementara Gerald, ia tidak terlalu memiliki kriteria wanita, ia menyukai wanita jika hatinya berkata iya, jika tidak ia akan menarik mundur niatnya untuk mengejar wanita tersebut. Kali ini Gerald berhadapan dengan sesuatu diluar kebiasaanya. Jika ia tidak mendapatkan wanita, uang traktiran dari Alvin akan terbuang percuma. Karena untuk jasa sohib baiknya, Alvin, ia mau mencari wanita pada malam ini. Disaat waktu semakin berputar cepat, akhirnya Reva mendapatkan seorang wanita cantik berparas oriental yang ia kenal didekat sofa bagian tengah ruangan itu. Tidak lama "sepak, sepik" akhirnya Reva pun berhasil menggandeng wanita tersebut. Wanita itu terlihat montok dengan payudara besar berukuran 32dd yang membuat Reva terklepek-klepek kehabisan darah di otaknya untuk menahan rasa gairah luarbiasa yang timbul di benaknya. Dalam tempo waktu tidak cukup lama, Reva membawanya ke lantai 2 yang menjadi tempat pembuangan "nafsu" terjadi. Ruangan ini memiliki 3 tingkat keatas dan masing-masing lantai mulai dari lantai 2 berisikan kamar-kamar yang memang sudah disediakan untuk melakukan hal intim disana. Di lantai 2 telah disediakan receptionist pemesanan kamar, dan jika ingin menggunakan kamar tersebut para tamu harus membayar sesuai tarif yang ditentukan pihak klub. Reva yang telah hangus dibakar hawa nafsu bergegas naik ke lantai 2, dengan dipengaruhi pemikiran cabul tidak terkendali, Reva ingin melakukan hal "itu" kepada wanita tersebut. Ia tidak lagi mempedulikan apa yang terjadi, ia akan membuat wanita itu lemas terkapar. Setelah sampai dilantai 2 dengan menggunakan tangga yang letaknya persis disamping bar, ia bersama wanita malam itu memesan kamar tepat disebelah kanan tangga. Disitu ia membayar kepada pihak receptionist yg letaknya tidak jauh dari tangga, sebelum memasuki kamar ia ditegur oleh Alvin yang saat itu sudah setengah mabok. Alvin: Cuuuuy !!! Liat doooonk !!! Lu satu (gaya jari menunjukan angka 1) HIIIKSS, gua?? DUAAAA !! (gaya jari menunjukan angka 2) HAHHAHAHAHA Reva: Lu mabok Vin? Minuman lu abis? Serius lu main 2 cewe? Alvin: Iyaaaa.. Gua main sama 2 cewe ini kawan. Iya kan sayang, Cuuuuuuuuuppppppp (ciuman mesra mendarat di bibir salah satu wanita yang dirangkul Alvin) Reva: Mateeee gua, kayanya gua bakal dikirim ke markas ABRI nih kalo bapaknya tau gua ngajak anaknya kesini. Mati gua !! (sambil menyender di bahu wanita gandenganya) Alvin: Santai, santai Va, gua belom mabok, cuman agak pusing. Yaudah, gua mo cari kamar dulu. Yang mana honey kamar yang enak? (Alvin berbicara dengan kedua wanita gandenganya) Reva: Bakal panjang ni cerita klo begini, smoga aja Alvin ga mabok parah.. Tapi kok? SH*T !! Tuh anak kok bisa dapet 2 yak? Tai banget dia !! Lain cerita, Gerald masih saja berkutat di lantai dasar. Ia berusaha keras untuk mendapatkan seorang wanita untuk dijadikan teman main malam ini. Ia sudah berputar-putar seorang diri dan berusaha mendapatkan apa yg dia cari, ternyata tidak ada, Nihil. Akhirnya dengan nafas panjang ia terduduk di pinggir ruangan dengan sofa empuk diatas bokongnya. Ia melihat sekeliling, tetapi tidak ada yang srek dihatinya, tetapi saat itu juga ada seorang wanita yang menegurnya.

Wanita: Hei, sendirian nih? Ga nyari cewek? semua cowok diruangan ini mempunyai pasangan mungkin lebih dari 1 loh.. Lu kenapa sendirian?

Gerald: Hahaha, iyaa.. Gua beda dari mereka.. Ga ada yg srek dihati gua cewek-cewek disini. Wanita: Nama gw Clara, biasanya orang sini manggil gw Rara. (ia menjulurkan tanganya ke Gerald) Gerald: Yup, gua gerald, panggilnya aja Geral.. Trus lu ngapain disini? (Gerald merasakan sebuah getaran di hatinya) Rara: Pertanyaan bodoh, Kikikikik.. Lu ga tau klo seluruh wanita disini kerja nyari uang? Mereka kerja disini buat cari makan. Mo halal apa engga mereka ga peduli. Gerald: Sorry, lu juga? (Getaran di dalam hatinya semakin kuat) Rara: Menurut lu gimana? Apa gw masuk dikategori itu? Gerald: Mmmmmm, enggak sih, baju lu terlalu rapih untuk ukuran perek. (Ya, Rara memang canti) Rara: Husss, jangan panggil perek sembarangan, panggil saja wanita malam. Lu jangan merendahkan martabat orang seenaknya begitu. Klo gw emang salah satu dari kata yg lu sebutin itu gmana? Gerald: Maav.. Ooooh, mungkin gua mau lu nemenin gua malam ini (Pipi gerald tiba-tiba memerah, bukan karena alkohol yang dia pegang tapi karena godaan maut dari Rara) Rara: Fuuuh, lu masih terlalu polos untuk hal ini. Gimana klo kita naik ke atas? Lu mo ditemenin kan? Mo melakukan permainan orang dewasa kan? Gerald: AAAAAAHHHHHHH?? (Nyees, Nyees, Isi kepala Gerald mo pecah berkeping-keping karena perkataan Rara) Iy..Iy..Iyaa, mau Ra !! Ayo Raa.. (dengan cepat ia meneguk minuman Dry Gin lalu tiba-tiba saja Rara mengambil minuman itu dari tangan Gerald) Rara: Fuuuuuuuhhhhh, minuman ini masih keras seperti biasa.. AAAAAAAAhhhhhhh, ini bikin gw makin panas.. Yuk kita keatas.. (Rara menggandeng tangan Gerald dan menariknya ke atas) Rara adalah salah satu kupu-kupu malam di klub ini. Ia cantik dengan tubuh mungilnya, dan manis dengan kemeja serta hot pants hitam yang dia kenakan. Walau kecil ia tetep montok dan aura wanita penggodanya pun cukup kental ia miliki. Bahasa tubuhnya seperti memanggil setiap pria berotak dekil dan jorok untuk pelarian hawa nafsu. Dalam hingar bingar pusaran lagu "i'm yours" Jason Mraz, Rara cantik nan putih itu menggandeng seorang pria gondrong berkulit coklat yg sedang menaiki tangga bersamanya. Setelah sampai dilantai 2, Gerald dan Rara segera mencari kamar setelah membayar tarif kamar di receptionist, untuk melakukan kegiatan sexual antara pria dan wanita. Pintu deretan 5 ke kiri dari tangga di lantai 2 menjadi kamar Rara dan Gerald. Ditempat itu, kamar itu, akan menjadi saksi biksu perjalanan seorang Gerald yang polos nan plagmatis. Disinilah semua berasal, akhirnya Gerald keluar dari alam pikiranya, menuju sebuah tempat dimana sensasi dunia tidak akan pernah mati, tempat itu adalah Kenikmatan. Gerald pernah indehoy saat SMA akhir sebelum kuliah bersama pacarnya. Tetapi itu sudah sangat lama. Setelah kuliah dan tidak memiliki pacar, Gerald tidak lagi pernah melakukan hal tersebut terhadap wanita. Padahal ia telah berasa kekeringan. Setelah masuk kamar, Gerald duduk dipinggir kasur dan Rara berdiri didepanya. Tanpa basa-basi Rara menanggalkan kemeja dan hot pants nya. Buah dada berukuran 34c terlihat jelas didepan mata Gerald. Ia kaget dan tidak percaya akan hal tersebut. Ia hanya bisa menarik napas, tarik napas, mejemin mata, buka mata, lalu tanpa sadar memegang buah dadanya. Payudara Rara terlihat besar dan gemuk, itu dikarenekan ukuran badanya yg kecil. Bulu selangkangan nya pun terlihat mulus seperti habis dicukur oleh pisau setajam silet. Ia benar-benar mulus. Tidak ada satupun yang lecet. Dalam hati Gerald, hanya satu kata yang terkuak SEMPURNA. Rara menawarkan sebuah tablet, dimana tablet itu dapat menimbulkan rasa senang tanpa henti. Menurut Rara tablet itu mampu melupakan masalah bagi penggunanya, jelas Rara. Lalu dengan cepat Rara mengambil celana hot pantsnya dan mengeluarkan sebuah ampel plastik transparan dari kantongnya. Didalam kantong plastik transparan itu terdapat 3 buah tablet berwarna biru dan diatas tablet tersebut dihiasi sebuah gambar, gambar itu adalah gambar sebuah bintang. kalau di langit dinamakan starlight, kalau di dalam dunia kejahatan khususnya narkoba itu bernama BLUESTAR. Ya jelas, itu adalah ecstasy. Dimalam yg dingin ini, ketiga begundal tersebut masih menikmati kehangatan didalam pelukan para bidadari neraka. Mereka betul-betul menikmatinya, seakan berada didalam Surga. Alvin, Reva dan Gerald terjebak didalam suasana panas yang dipenuhi dengan sensasi tanpa batas. Dengan campuran Alkohol kelas berat dan belaian halus para wanita penjajak cinta high class, mereka dibetahkan oleh hawa nafsu yang tidak kunjung padam. Nyanyian-nyanyian merdu penyanyi klub tersebut menghantarkan kenikmatan dan gerombolan para iblis dari neraka melantunkan lagu menuju sebuah kebinasaan.

Dikamar yang penuh dengan basuhan panasnya api didalam hati yang terealisasi kedalam bentuk perbuatan nafsu diluar kontrol, Gerald beserta Rara terus melakukan kegiatan olah badan menguras keringat diatas empuknya sandaran tubuh berupa kumpulan-kumpulan kapuk yang dijadikan satu, membuat dua insan ini merasakan kenikmatan luarbiasa yang seraya mengacuhkan pekiknya udara akibat nafas dari rongga-rongga hidungnya. Mereka seakan puas dan terhanyut masuk didalam sebuah tekanan didalam hati yang membuat mereka sulit untuk berhenti. Keringat bercucuran disetiap kulit-kulit yang bersentuhan, mulai dari kening hingga ujung jemari kaki, jelas itu kenikmatan sejati.

Gerald terus memacu tubuhnya untuk terus berbuat, setiap gesekan yang terjadi didalam palung wanita mungil tersebut membuat ia terus mendesahkan suara-suara membangkitkan gelora hawa nafsu sang lawan tidur. Kegiatan itu menyita banyak energi, setelah melakukan beberapa ereksi, Gerald dan Rara tersender lemas di ujung kasur sambil menghela nafas panjang. Rara: Haaaaaaaah !!! Sadis lu Rald ! Itu enak banget !! Sueer, itu enak !! Lu emang dah pengalaman soal beginian Rald? Gerald: Hah? Engga juga, gua tadi kebawa hati aja, jadi gua nikmatin banget, hehehe. Thanx Ra !! (Gerald menjawab dengan nada suara rendah terperangah karena lemas) Rara: Ga, gw kira lu anaknya polos tapi ternyata permainan lu jago juga, jadi gw cuman bisa bilang, TASTE IS SO GOOD RALD !! Gerald: Ra, gua boleh nanya ga? Kenapa sih cewek secantik lu mau berbuat begini? Lu bisa nyari kerjaan lain kan? Sunyi.......... Sekali lagi hanya suara mesin Air Conditioner yang terdengar di kamar itu. Lalu Rara meraih remote kontrol yang letaknya di meja persis disamping kananya. Ia mengambil remote it didalem laci meja lalu menyalakan TV yang letaknya tinggi disudut kiri kamar. ZzzzzzzzzTrrrrrrr.... Saat itu channel televisi swasta sedang memutar sebuah tembang, tembang yang akan menjadi lagu yg selalu diinget Gerald semasa ia hidup. Tembang itu dinyanyikan oleh band asal

Bandung, lagu tersebut menghenyakan perasaan Rara, ia terdiam dengan kaki tertekuk menempel didadanya, lenganya melipat didepan lututnya dan kepalanya ditaruh ditengah-tengah lututnya yang mungil. Dengan tubuh lemas tanpa busana, ia menangis mencucurkan air mata, ketika lirik band itu terdengar sangat menyakitkan.

Bantu aku membencimu Ku terlalu mencintaimu Dirimu begitu berarti untukku Kau telah mencinta Dan dicintai kekasihmu Ini tak adil bagiku Hilanglah damba tinggalah hampa Ya, Laluna dengan hits nya yang terkenal "selepas kamu pergi", lagu itu sangatlah menyiksa Rara hingga menusuk pikiran dan hatinya. Pikiranya serasa menghilang dari kenyataan. Dimensi berbeda antara fiktif dan realita yang meluapkan titik emosi kesedihan dari dalam hati kecilnya yang halus dalam kesucian. Seorang malaikat kecil yang salah arah menuju tangga merah darah ketamakan para penghuni neraka yang ingin meng-anak tirikan dirinya didalam kerajaan seribu taun kesengsaraan yang akhirnya membuatnya menjelma menjadi salah satu hawa dimensi kegelapan, yang menjadikan dirinya 10% malaikat 90% setan wanita, Malaikat bersayap patah. Rara tertegun sedih hingga lagu hits dari band Bandung mencapai titik penghabisan. Ia terdiam membatu, sementara pertanyaan Gerald yang belum terjawab, ia melihatnya dengan tatapan sedih seraya memanggil meminta bantuan. Dalam hatinya berkata, "Tolong aku" Gerald: Lu kenapa Ra? Lu kenapa? Kenapa lu nangis? Apa karena lagu itu? Kenapa Ra? Gerald yang pada awalnya berniat mencari "teman" untuk have fun akhirnya jatuh didalam lubang dalam yang penuh dengan tekanan. Disitu ia berdiri seorang diri menghadapi suasanya hatinya yang tidak menentu. Hatinya penuh dengan perhatian, hatinya penuh simpati, hatinya penuh belas kasih, ditempat maksiat tempat iblis-iblis permukaan bumi berdiri, Gerald merundukan hati dan menyambut hati seorang dara mungil yang menjerit sakit didalam hatinya. Gerald, sang pangeran berjubah putih datang menjemput sang tuan putri. Rara: Gw ga apa-apa Rald, ga apa-apa gw. Gw terlalu berlebihan, terlalu berlebihan. Gw terbawa emosi Rald !! Gw ga tau lagi !! Gerald: Lu kenapa? Lu bisa kok cerita ke gua, gua mau dengerin cerita lu. Ayolah Ra, lu kenapa? Rara: Ga Rald, mending lu ga usah nanya, gw ga apa-apa, sangat ga apa-apa. Hiks, hiks, hiks. Gw ga apaaaa-apaaaa Raaalddd, HWAAAAAAAAA !!! Air mata segar Rara jatuh mengalir melalui kulit-kulitnya yang halus. Air mata itu menandakan ketidak kuatan hati wanita itu menahan rasa beban didalam pundaknya yang begitu berat. Ia memang butuh

pertolongan. Ucapanya berbohong menutupi kegelisahanya, ia tetap bersikokoh mempertahankan tembok dirinya agar orang lain tidak tahu apa perasaanya. Tetapi Gerald tau, dia tau, bahwa Rara memang butuh pertolongan. Ia kehilangan sebuah cinta. Ya, karena cinta Rara menghilang dari permukaan dunia.

Gerald: Ra, sedikit aja lu cerita, gua bakal seneng dengerin. Gua ga bisa liat cewek cantik seperti lu nangis didepan gua. Ra, lu denger gua kan?? Rara: Iy, iy, iyaaa Rald.. Gw denger.. Apa yg mau lu denger dari gw?? (parau suaranya). Lu mau denger gua? Perempuan najis, kotor dan hina seperti gw? HAH? Gerald: Jujur Ra, gua mau denger. Gua mau denger semuanya, soal lu, tentang diri lu, apapun itu ! Lu nangis didepan gua seperti ada beban berat. Gua ga ngeliat dari status dan apa pekerjaan lu. Gua ga peduli lu najis, ga peduli juga lu wanita malam, gua peduli kaaa....kare....karee...karena hati gua bilang begitu.. Jadi pliss hargai gua, hargai perasaan gua juga Ra !! Rara: Lu kenapa sih baik sama gw Rald? Gw bukan siapa-siapa? kita aja baru kenal, dan gw wanita pekerja sex disini, lu ga jijik? Gw aja jijik sama diri gw sendiri !! .................... Rara: Lu tau kenapa gw nawarin lu obat ecstasy itu? Karena gw stress, gw stress sama kehidupan gw, gw pgn mati !! Gw pgn lari dari kehidupan ini !! Gw pgn hidup bukan sebagai Rara atau Clara, gw pengen hidup sebagai manusia yang bahagia dan ga seperti hidup gw yang F*CK seperti ini !! Gw jahat Rald, karena gua nawarin tablet itu, gw nawarin itu untuk ngajak lu sebagai orang baru untuk masuk kedalam kehidupan gelap sama seperti gw, tapi gw sadar gw salah, gw salah Rald !! Suara Rara terdengar jelas di pendengaran Gerald, ia pun tertunduk dan menatap kosong dinding diujung pandangannya. Ia seperti menatap dirinya sendiri, sebuah kekosongan setelah ayah kandungnya meninggalkan dirinya serta ibunya seorang diri. Ia menatap wanita itu seperti melihat dirinya sendiri. Ia bukan lagi iba, tetapi merasakan sebuah magnet kuat didalamnya. Ia menjadi seperti Rara, ia merasakan pahit hidupnya di dalam diri Rara

Gerald: Ra, lu tau ga klo gua ini hampir sama kaya lu?? Rasa pahit yg lu rasa sama seperti apa yg gua rasain selama ini... Gua kehilangan figur bokap yang ninggalin gua dari kecil. Bokap kurangajar yang ga tau namanya kasih dan kesetiaan, dia malah pergi sama wanita muda taee dan pindah keluar negri. Lu tau Ra sakitnya kaya apa? Lu tau sakitnya ga? Tangan gua dibeset atau putus, masih lebih sakit kehilangan orang yang sebenernya penting bagi kehidupan gua. Tapi lihat dimana dia sekarang? Dia ga ada Ra, dia ga ada !! Nyokap gua sakit-sakitan banting tulang, tapi apa? Bokap bajingan itu tetep ga peduli, dia tetep ga peduli.

Amarah Gerald akhirnya meluap bersatu didalam heningnya malam, jeritan hatinya yang terbalutkan tawa serta kehangatan dipaksa mencuat ke permukaan, tumpukan kesedihan, amarah dan dendam pun berbaur menjadi satu sehingga terjadinya sebuah aksi protes terhadap dirinya sendiri yang berakhir emosi dan makian kepada masa lalunya.

Gerald: Ra, gua emang ga bisa lupa sama masa lalu gua yg perih, sakit dan tanpa kasih setia bokap gua. Tapi gua bertahan disini, gua bertahan menjadi orang yg peduli. Karena gua tau Tuhan ga akan tinggal diem tentang keadaan gua. Emang keliatan munafik klo gua bawa-bawa nama Tuhan disini, tapi emang bener Ra, Tuhan yg nguatin gua sampe sekarang. Walo bokap gua pergi, gua tetep punya nyokap yg sangat sayang sama gua, dia adalah Surga buat gua. Selain itu gua punya sahabat-sahabat yg selalu nguatin gua, Aldy, Reva sama Alvin selalu ngebantuin gua, walo kadang sering juga sih gua dikerjain karena gua terlihat cupu. Tapi semua itu gua bersyukur, gua bangga jadi diri gua, gua merasakan kehangatan bersama mereka, karena alesan itu gua bertahan di dunia ini sebagai Gerald. Ra, lu cuma butuh kasih sayang, lu butuh seseorang yang selalu ada bwt lu disaat lu ngebutuhin pertolongan. Cinta. Ya, cinta Ra.. Lu butuh itu..

Rara: Sory Rald, gw minta maav klo nyinggung elu (Rara menghapus titikan air mata disudut matanya) Gw ga tau klo lu juga sama deritanya sama gw. Gw jg ga punya bokap dan ga punya nyokap. Gua sendiri di dunia ini. Gw ngerasa sendiri dan sendiri, kayanya ga ada orang yg mau bantuin gw. Gw, gw seperti sebuah kayu yang gampang patah dan ga kokoh. Gw, hancur Rald. Bokap nyokap gw meninggal dalam kecelakaan di jalan tol menuju puncak, gw selamat dari kecelakaan itu cuma bekas luka ini yg selalu ingetin gw ke mereka (Rara memperlihatkan bekas luka di sekitar paha dan punggung tepat dibawah lehernya). Itu kenang-kenangan dari mereka ke gw rald. Gerald: Gua jg minta maav soal keluarga lu, ikut belasungkawa gua terhadap keluarga lu. Kita sama ya Ra (Gerald tersenyum sambil menepok kepala Rara dengan lembut) Rara: Rald, gw begini karena gw kurang kasih sayang dan perhatian, makanya gw jadi kupu-kupu malam klo kata orang-orang. Gw memutuskan bergelut didalamnya karena gw frustasi karena ga ada uang. Awalnya gw punya segalanya, tetapi setelah kematian orangtua gw, gw ga tau mesti bwt apa. Jadilah gw begini, memutuskan semuanya sendiri. Dan gw juga ikut dalam bisnis ecstasy yg gw kasih ke elu tadi, gw emang di instruksikan untuk ngejerat anak-anak muda seperti lu Rald biar masuk kedalam bisnis tai mereka itu. Sory ya Rald. Dan... lagu ituu.. Mmmmm.... Karena seorang cow.....(Rara menarik ucapanya). Gerald: Lu tau kupu-kupu kan Ra? Bukan kupu-kupu malem tapinya, ini kupu-kupu beneran. Sebelum jadi kupu-kupu, ia adalah ulet yang makanin daun pohon. Setelah lama hidup menjadi ulet akhirnya mereka berubah wujud menjadi kepompong. Putih seperti benang sutra, lalu pada saat nya yg tepat ia keluar dari kulit kepompongnya menjadi seekor kupu-kupu indah bersayap tanpa cacat. Ra, kehidupan lu bisa seperti itu. Jangan liat dari buruk dan sakitnya masa lalu lu, tapi gimana lu bisa jalanin proses perubahan itu. Lu ga mau kan begini terus? Lu mau kan jadi kupu-kupu? Rara: HEHEHEHE, lu udah kaya profesor aja Rald, tau segalanya gitu.. Brati gw masih jadi ulet donk? Bener ga? Gerald: Ia Ra, lu masih jadi ulet. Tiba saatnya lu berubah wujud jadi kepompong. Nah, lu mesti melakukan perubahan terlebih dulu untuk menjadi kepompong. Keluar dari sini lakukanlah kegiatan positiv selain ini. Gua bantu lu keluar Ra, gua bantu sebisa gua. Berhenti jadi wanita malam, berhenti

bisnis narkoba. Lu bisa Ra !

Rara: Rald, ga bisa segampang itu. Disini peraturanya, kalau udah masuk ga akan bisa keluar. Lu ngerti kan? Ini udah seperti sebuah sindikat, ini mafia Rald. Gw hanya pion disini. Gw ga bisa keluar seenaknya karena gw bagian dari organisasi tai disini. Gerald: Klo lu mau pasti ada jalan, pasti ada Ra. Gua bantu lu, temen-temen gua jg pasti mau bantu lu. Pliss lu percaya sama gua. Percaya? Rara: Ga bisa !! Gw ga bisa Rald !! Gerald: Klo lu ga bisa, gua bakal memaksa !! Rara: Mo maksa apa? Gw bukan siapa-siapa elu !! Udahlah, Rald buang keinginan lu itu !! Suasana memanas, perbincangan yang menjadi sebuah perdebatan itu membuat Gerald bingung. Saat itu ia membuat keputusan gila dibenaknya, ia melepas jubah pengecut dari watak plagmatisnya. Ia menyerahkan segala sesuatu terhadap kepercayaan dirinya, bahwa ia mampu membuat Rara berubah menjadi lebih baik. Detik itu, menit itu, ia tidak lagi peduli terhadap kengerian sebuah organisasi yang mengatas namakan mafia atau gangster semacamnya, ia hanya perduli terhadap Rara. Itu saja. Gerald: Sekarang lu udah jadi siapa-siapa bwt gua !! Gua ga tau ini salah apa engga, gua ga peduli lu pion organisasi, gua ga peduli mafia ditempat ini dan gua ga peduli terhadap semua yg terjadi disini. Gua peduli sama lu. Nih bukti klo gua emang berniat bawa lu pergi !! Lu liat Ra, lu liat !! Ini tindakan care gua untuk lu !! BODOOOH !! GERALD MEMANG BODOH !! Tentara Surgawi di atas langit ke tujuh menangis melihat Gerald yg tersulut emosi melakukan sesuatu kebodohan seperti melewati para penyair yg mati di medan perang saat melintas mencari jawaban. Pil yang Rara kasih, ia tegak dengan penuh keyakinan. Matanya tertutup, mencoba merasakan tablet tersebut memasuki wilayah kerongkonganya. Pintu besar panas menunggu di bawah tanah para penghuni neraka bersorak sorai melihat kemenangan mereka atas Gerald yang sudah membuka pintu untuk menuju kesana. Lalu Gerald secara perlahan membuka mata, ia melihat seorang Rara yang bertubuh mungil dihadapan matanya, Ia melihat buah dadanya yg besar tertempel erat di dadanya, dan lengan kiri Rara menyentuh pipi kanan Gerald yang sudah memerah karena tablet itu telah masuk kedalam lambungnya. Tenggorokanya serat, ia seperti kehilangan nafas Rara yang mengetahui itu langsung lari mencari air dan mengisinya. Ia berikan air tersebut lalu Gerald meminumnya. Jeeeeeezzzzzz, sensasi sebuah tablet magis memutar seluruh otaknya. Ia seperti di alam lain, disitulah kegembiraan semu tanpa realita menunggu didepan matanya. Halusinasi membawa ia terbang menjauh dari dunia, ia sampai di titik dimana ia tidak bisa berpijak lagi. HANGOVER. Bagi orang indonesia itu berarti MABOK PARAH

Alvin dan Reva sepertinya sudah usai melakukan hal seronok, mereka terlihat sedang berbincang di pinggir ruangan lantai 2. Mereka seperti sedang asik ngobrol soal "permainan" mereka. Wajah Reva terlihat merah padam hasil dari sebuah botol super bernama Jose Cuervo anak dari tequila dan Alvin juga masih menampangkan wajah bodoh ganteng yang memerah seakan terkena tamparan pedas dari seorang wanita suku pedalaman. Mereka masih tinggi. Tetapi masih bisa berpijak diatas bumi. Lalu Reva melihat jam di lenganya, jam sudah pukul 4 pagi, walaupun ia masih dalam pengaruh alkohol, ia masih sadar. Lalu ia berbicara.

Reva: Vin, cabut yuk. Kasian Aldy nunggu lama-lama diluar. Yuk Vin. Asli tampang tolol lu itu kalo ketauan sama anak-anak kampus pasti abis dicengin lu. HAHAHAHAHA. Apalagi sama Aldy. HAHAHAHA Alvin: Taee lu Va, gua emang mabok, tapi masih sadarkan diri neh. Muka lu aja kaya cempedak goreng ntuh, meraaah beneer !! WKWKWKWKWKWK Reva: Haaalaaaaah becanda mulu kita, udeh Vin kita mesti balik. Aldy kasian. Eh, ngomong2 si belalang sembah mana? Si Gerald mana? Lu liat Vin? Alvin: Gerald? Kayanya terakhir dia ada di kamar nomor 5 seberang dari kita. Kesana yuk!! Dia lagi asik mungkin. Reva: Oooh gitu, okay. Kayanya ni anak bahagia bener, mungkin aja dia dapet cewek cantik. Kasian, dia jarang kan punya cewek cantik. Ga kaya gua, HEHEHE. Alvin: Gaya lu kaya orangutan Va. Yaudah, samperin aja. Gua tlpon deh biar cepet. Mereka berdua melangkahkan kaki menuju kamar nomor 5 diseberang. Langkah mereka pasti tetapi sedikit terayun karena efek dari Alkohol. Walaupun begitu mereka masih terlihat steady dan still enough power to walk in the path. Mereka tidak tahu apa yg terjadi dengan Gerald, ia telah terbawa menuju Surga gravitasi tinggi ecstasy yg penuh dengan sinar putih kebahagiaan semu. Tuuuuuuuuuuuuuut...tuuuuuuuuuut....tuuuuuuuut.. Bunyi suara handphone Alvin yang sedang memanggil keberadaan Gerald melalu saluran telepon genggamnya. Sudah 2 kali ia mencoba untuk menghubunginya tetapi tidak ada jawaban. Reva terus mencoba menghubunginya, tetapi tidak ada jawaban. Sosok mereka berdua akhirnya muncul disebuah kamar berpintu kayu. Disana tertulis angka nomor 5. Reva mencoba mengetuk pintu sebanyak 3 kali, tetapi tidak ada jawaban. Alvin pun terus menelpon dengan gencar untuk mendapatkan jawaban. Mereka berdua panik karena tidak ada jawaban. Gerald merupakan sohib mereka, SAHABAT mereka, seperti SAUDARA mereka !! Dan tiba-tiba saja... Klik...Pintu tersebut terbuka...lalu seorang wanita berparas cantik nan imut, putih mulus, mungil dan berdada besar tanpa bra keluar dari dalam pintu. Ia terlihat menangis tersedu dengan memapah seorang pria bodoh karena kelakuanya sendiri. Berat Gerald memang melibihi kapasitas Rara, ia terlihat bergulat melawan berat badan Gerald. Dengan niat tinggi Rara memapahnya, dan ia terkejut ketika dua anak muda berdiri didepan pintu kamarnya. Rara: Hah? Sory lu siapa? Reva: Waaaaaah, eeheeeemmmm, abis main tik, cantik? PLLLAAAAAKKKK!! Pukulan alvin memajukan kepala Reva kedepan dan langsung terjatuh menimpa Rara dan Gerald. Reva bertubuh besar itu meniban keduanya. Alvin yang sudah geram dengan perbuatan Reva yang seronok cuek itu membuatnya marah. Jarang sekali ia memukul seperti Aldy, tapi kali ini berbeda situasi. Reva: Vin, Gilaa lu !! Sakit pala gua tau !! Lu sekarang dah mirip Aldy ya, tangan nya ringan dah !! Alvin: Lagian lu juga sih Va, tu lu liat, tuh cewe lagi mapah siapa, Gerald itu. Bukanya lu bantuin malah lu godain tuh cewek. Goblok jangan dipelihara donk makanya. Reva: Iyee, iyee, Big Boss.. Sory, lu ga apa-apa non? Si Aldy kenapa? (sembari bangun dari lantai dan membantu membangunkan Rara) Gerald yang sudah tinggi hanya bisa terdiam terpaku tidak bergerak di atas lantai. Mungkin karena pengaruh berat alcohol, tablet setan itu bercampur dan menimbulkan side effect yang bener-bener berat bagi Gerald. ia sudah seperti bangkai dikerumunan komodo yang kelaparan. Tertidur pulas. Atau?? Tidak sadarkan diri. Rara: Gua Rara, yang nemenin Gerald. Dia, dia...dia.. Reva: Gerald kenapa? mabok? Yaaah, anak cupu begini mana kuat mabok. Yo, sini gua papah ke mobil. Rara: Bukan, eeeehhhmmm... diaa... diaa.... diaaa... Alvin: Udah tenang aja, nama lu siapa? Ra..ra, Rara ya? Iya Ra tenang aja, kita aja yg handle disini. Va yuk kita balik. Rara: Ahhh,, eehmmmm, okay. Kalo Gerald bangun, kasih tau ke dia, terima kasih soal kupu-kupu. Alvin: Ha? Kupu-kupu? Mang ada kupu-kupu ditempat ini? Yaudah, nanti gua kasih tau. Yuk Va, kita jalan, kasian si Aldy dah nunggu. Benak Rara menjadi tidak menentu, ia pun berjalan menjauh dari mereka berdua yang sudah turun melalui tangga memapah Gerald. Ia berdiri sendirian, sambil mengusap air matanya yang bergelinangan di sekitar pipinya. Ia tidak tertolong, tetapi ia ditolong oleh sebuah kuasa yang tidak lain kuasa dari langit ketujuh, Tuhan. Ia merasa bahwa ia seperti telah menemukan sebuah mimpi yang sudah 2 tahun ia idamkan. Seorang penolong. Seorang pangeran. Dan seorang sahabat. Ia kembali membuka kisah kenangan lama, yang akan membuat ia kembali perih atau menjadi kuat akan itu. Karena filosofi tentang kupu-kupu ia terbuka matanya. Didalam genangan air mata, mental spiritualnya bangkit dari tidur. Didalam hatinya, seorang Rara sudah seperti bangkit dari kubur. "Gerald Terima kasih, kita akan bertemu lagi, disebuah malam yg dipenuhi oleh kupu-kupu, bukan kupu-kupu malam, tetapi kupu-kupu indah yang melindungimu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun