**
Jaman sudah berubah dalam banyak tatanilainya. "Sanepa" mungkin dapat tidak lagi menarik. Semua perlu cepat diputuskan dengan terang-benderang. Masalah perlu diatasi secepat dan sekilat menuang bumbu mie instan.
Lalu dalam sekejab didapat rasa mie goreng, rasa rendang, rasa soto ayam, rasa kaldu ayam dan seterusnya. Tidak perlu ditanyakan mengapa saya hafal. Untuk hal yang kriuk dan gurih, tentu terminologinya tidak akan jauh dari saya.
Hidup yang dapat tidak sederhana perlu dipecahkan dengan segera. Setidaknya didapat substitusi dengan rasa artifisial yang dijajakan di toko-toko waralaba.
Seolah-olah tetapi bukan sebenarnya. Mirip tetapi berbeda. Sama tetapi lain. Enak tetapi kurang nikmat. Heboh tetapi hampa. Aroma tidak sesedap rasanya. Eh, rasanya tidak sesedap aromanya. Halah!
Pokoknya semua harus cepat dan segera. Seperti mimpi Orde Baru di masa lalu tentang "tinggal landas" tetapi toh berujung pada "tinggal di landasan".
Apalagi pada masa sekarang ketika semua harus cepat terjadi dan terealisasi "at any cost".
Coba simak sedikit silang-kata dan silang-pendapat tentang ciri-ciri seorang pemimpin yang dilontarkan oleh Presideng Jokowi yang kemduian ditanggapi oleh Partai Demokrat.
Tempo.co mengutip tanggapan dari Partai Demokrat atas pernyataan Presiden Jokowi tentang "sanepa" untuk "rambut putih dan wajah yang berkerut" sebagai ciri-ciri pemimpin yang peduli kepada persoalan berbangsa.
Seperti ditayangkan pada tautan https://nasional.tempo.co/read/1661727/demokrat-kritik-analogi-jokowi-keriput-dan-rambut-putih-tanda-penuaan
Kutipan dua paragrafnya adalah sebagai berikut: