Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Natal, Antara Harap dan Cemas

25 Desember 2020   10:47 Diperbarui: 25 Desember 2020   10:50 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betapa dramatisnya Maria yang hamil tua harus dan harus naik keledai,  lalu melahirkan Yesus. Maka tak pelak sudah menyedot seluruh emosi. Lalu Bayi Yesus yang adalah Nabi tetapi dilahirkan di atas pakan ternak seperti "menghilangkan" kerja-keras Yusup.

Ketika sensus akan dilaksanakan,  Yusup pastilah memikirsiapkan banyak hal. Tentang keledai yang akan membantu mereka. Tentang bagaimana menjagalindungi Maria dalam perjalanan. Tentang bagaimana menghela keledai supaya tidak membahayakan kandungan Maria. Tentang bagimana ia tidak perlu memikirkan dirinya asal Maria dan bayinya selamat. Tentang bagaimana orang lain "nyinyir" saat ia pergi dengan tunangan yang sudah hamil tua padahal mereka belum menikah. Dan tentang banyak hal-hal yang pasti sangat menguraskeringkan emosi Yusup.

Laki-laki yang "menderita" seperti tidak perlu banyak dicatat. Banyak teks tidak menyediakan ruang untuk "penderitaan" laki-laki. Bisa jadi ini juga karena dominasi kaum laki-laki yang menjadi penyebabnya.

Tetapi terlepas dari konteks laki-laki dan perempuan, kedua belah pihak berjuang keras dengan semua paradoks yang ada.

Ketika kami sudah berpindah di halaman depan, bapak itu melanjutkan cerita.

Setelah semua yang dialami, ia tidak lagi bisa terlalu optimis atas terlalu pesimis. Pengalaman membawa pada pemahaman bahwa tidak semua dapat berjalan sesuai dengan rencananya sebagai manusia.

"Nanging kula kemutan, Pak. Ewodene bapake punika maling,  ananging tetep kemawon piyambakipun adedonga kagem kasaenan para anakipun. Kasaenan kepanggih ing sadaya tiyang,  kadosdene babagan piawon," kata bapak itu.

Tetapi saya ingat pak, meskipun bapaknya seorang maling tetapi pasti mendoakan kebaikan bagi anaknya. Kebaikan ada pada semua orang, seperti halnya keburukan.

Sharing bapak itu mengingatkan pada dua syair lagu. Seperti dalam Ebony dan Ivory: it is good and bad in everyone. Dan juga nyanyian Anggun C. Sasmi. Setiap orang, pada siang dan malam dan dengan kemampuan terbaiknya,  mencariwujudkan bagian yang elok di dalam hidupnya.
 
Bahwa, kemudian, Natal dapat menjadi demikian sederhana tetapi juga dapat menjadi saat mempersembahkan hidup yang sangat kompleks. Dengan banyak persoalan yang menalijalin sedemikian rupa.

Untuk bagian yang dapat dipahami dan tidak dapat dimengerti, Maria memberi rumusan hebat: terjadilah padaku seturut kehendakMu.
 
Selamat Natal.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun