"Bapak saya sudah di dalam. Saya juga nanti akan dikuburkan di sini," kata kerabat keluarga besar pemilik makam Londa. Londa adalah salah satu kompleks makam gua tua di Rantepao.
Pekuburan adalah bagian penting dari sebuah kesatuan hunian di Rantepao, yang biasanya terdiri dari rumah tinggal, tempat penyimpanan panenan, sawah, pengembangbiakan kerbau dan pekuburan.
Sebuah cerita begitu singkat yang merangkum sebuah perjalanan kisah hubungan asmara yang tragis. Dua tengkorak dan dua buah tulang diletakkan bersisian di gelap gua. Kebersamaan yang berjalan jauh justru ketika secara fisik diakhiri lebih cepat.
"Saya sudah menabung untuk Ibu. Nanti akan ada seratus ekor kerbau yang dipotong. Saya sudah mengumpulkan sedikit demi sedikit dari penghasilan saya untuk Ibu," kata seorang anak yang mencintai ibunya.
Kelak, uang tabungannya akan diambil untuk pesta pemakaman yang menyembelih seratus ekor kerbau. Harganya? Satu ekor kerbau dapat mencapai sekian puluh juta rupiah dalam persyaratan kualitas tertentu.Â
Lalu tinggal dikalikan seratus ekor kerbau yang akan disembelih. Kerbau albino bahkan dapat mencapai harga yang sangat fantastis: sekian ratus juta rupiah!
"Kalau di Yogya, mungkin hape ini hanya seharga dua ratus ribu ya. Di sini tiga ratus lima puluh ribu. Tetapi baterainya awet. Ini sudah satu minggu," katanya sambil terbahak.
Menyusuri Rantepao adalah menelusur kematian yang menghidupkan. Roda ekonomi berputar lebih cepat termasuk karena segala hal terkait kematian. Pesta-pesta adat digelar dengan biaya besar dan mengundanghadirkan banyak wisatawan. Ekonomi terkerek naik. Uang lebih banyak dibelanjakan.
"Saya bermimpi akan berada di Toraja saat ada pesta pemakaman. Tempat yang eksotik. Tahun lalu sudah saya susun rencana perjalanan, tetapi agaknya bukan rezeki. Saya batal berangkat," tulis Sandra, katakan saja begitu, dalam aroma gelisah atas perjalanan yang tertunda.
Yosephine, salah satu pemilik penginapan di Jalan Sam Ratulangi bercerita. Semasa sebelum pandemi, kamar-kamar hotel selalu penuh pada waktu tertentu. Rumah orangtuanya disepakati diubah sebagai penginapan bersama saudaranya. Pilihan yang tidak keliru. Kematian nenek-moyangnya telah menghidupi mereka dan kerabatnya.
"Anak-anak saya di Jakarta. Mereka bekerja sambil menabung untuk pesta adat. Anak-anak saya meyakini, uang yang mereka keluarkan akan dikembalikan berlipat oleh semesta. Dan itulah yang terjadi, rezeki anak-anak lancar," katanya tentang bagaimana semesta dihubungkan oleh sebuah energi yang menggerakkan, hal yang pasti tidak mudah dijelaskan.
"Tidak ada yang miskin karena memberi, kan?" tanya Yosephine dalam kalimat retoris. Masih terlihat sehat di usia 70-an.
"Waktu saya di Papua, teman Batak saya mengatakan bahwa kami pelit. Tapi saya bilang: bukan bagitu ki. Kami harus menabung untuk pesta adat keluarga besar. Saat pesta nanti, semua kami persembahkan untuk masyarakat," cerita Fransiskus sambil mengatakan bahwa nomor selularnya masih nomor untuk wilayah Papua tempatnya bekerja dulu.
"Memang kami tidak menanam padi. Sawah kami tanam rumput untuk kerbau. Uang lebih cepat kembali," kata kerabat pemilik pemakaman Londa, sambil mematikan lampu petromax yang kami pakai untuk menerangi gelap di dalam gua makam. Di depan pemakaman Londa, ada wilayah datar yang dikhususkan untuk menumbuhkan rumput sebagai pakan kerbau.
Kehidupan bergerak dan juga digerakkan oleh tradisi tua terkait kematian. Kehidupan dan kematian berjalan bersama. Mereka yang bekerja di luar daerah Rantepao, maupun yang menetap di Rantepao.
Komunikasi dengan kerabat yang meninggal begitu intens. Sesering mereka menyelinap diantara peti-peti mati keluarga. Atau berjalan di sisi belulang yang tersisa.
Kematian bukan lagi sekira sosok yang gelap, misterius dan menakutkan. Kematian adalah perayaan akan kehidupan dan kefanaan itu sendiri. Kehidupan menuju kematian adalah sebuah kepastian. Tetapi ketika kematian dirawat sedemikian rupa oleh kehidupan, kematianlah yang akhirnya menghidupkan kehidupan.
Di Rantepao, kematian menghidupkan kehidupan. Memberi energi untuk terus berbagi kasih kepada sesama. Dan terus mencintai keluarga. Di Rantepao, kehidupan juga dijaga oleh kematian.
| Rantepao | 22 Oktober 2020 | 07.00 |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H