Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kalimat pada Sebuah Kata

20 April 2020   07:47 Diperbarui: 20 April 2020   07:55 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mampirlah ke selatan," katamu

Ketika daun-daun jati mulai berserak di dekat akar
Dan embun pagi menggantung di ujung daun rumput-rumput kecil

Aku lalu mencari selatan semenjak itu

Menyusuri bibir-bibir pantai berdaun pandan pada tebingnya
Juga menyusuri jalan-jalan yang berkelok di punggung bukit

"Pada pertengahan waktu, aku juga di selatan," sambungmu

Aku lupa bagaimana kalimatmu mengintonasi, tetapi aku mengingat bagaimana setiap karakter berjejer sebelum berakhir dengan sebuah titik, atau koma

Sekali waktu kalimatmu berakhir dengan tanda tanya, sebelum dengan cepat engkau menghapusnya kembali

"Mengapa lebih kau sukai tanda titik untuk mengakhiri kalimat ?" tanyaku

"Sudahlah," hanya itu kalimat jawabanmu

Aku melihat jauh ke dalam matamu yang murung, merupa telaga untuk diselami

Aku tahu kamu menyimpan banyak kalimat yang terdiri hanya dari sebuah kata
Sebagian tersembunyi di balik kabut-kabut di matamu yang murung
Sebagian kau siapkan di ujung bibirmu untuk mengakhiri senyum
Sebagian kau bawa serta pada jenjang ayunan langkah kakimu yang terus bergegas

"Jadi ?" sekata yang menjadi kalimat sekali waktu hadir seperti matahari menghangatkan pagi pada tebing dengan akar-akar sulur
Di mana arus sungai lebih terdengar jelas
Dan cicit burung kecil tetap nyaring meski melompat di dahan-dahan berduri

Kadang kubiarkan kalimat sekatamu menggantung sepanjang sore, karena kalimat tanya tidak selalu memerlukan jawaban
Seperti kalimat dengan tanda titik tetap saja menghadirkan kalimat-kalimat berikutnya

"Mengapa kalimatmu hanya terdiri dari sebuah kata ?" selidikku pada sebuah waktu

"Sudahlah," hanya begitu penjelasanmu
Lalu hening hadir sepanjang waktu, seperti akar-akar sulur menyesap air dan memanjangkan dirinya

Hening memang selalu terdengar riuh pada jarak yang akan terus menjauh

Sebatang pohon talas tumbuh di antara akar-akar sulur
Entah bagaimana ia di sana, bertumbuh dan melebarkan kedua daunnya

Sepertinya selalu ada yang mekar dalam hening
Melebar dan memanjang di antara tetes-tetes air
Seperti pagi hadir begitu saja, tidak mengeluhkan hujan yang hadir sepanjang malam

"Mampirlah ke selatan," katamu dengan kalimat yang harus kutebak dengan tanda apa ia diakhiri

| Posong | 19 April 2020 | 23.30 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun