"Mampirlah ke selatan," katamu
Ketika daun-daun jati mulai berserak di dekat akar
Dan embun pagi menggantung di ujung daun rumput-rumput kecil
Aku lalu mencari selatan semenjak itu
Menyusuri bibir-bibir pantai berdaun pandan pada tebingnya
Juga menyusuri jalan-jalan yang berkelok di punggung bukit
"Pada pertengahan waktu, aku juga di selatan," sambungmu
Aku lupa bagaimana kalimatmu mengintonasi, tetapi aku mengingat bagaimana setiap karakter berjejer sebelum berakhir dengan sebuah titik, atau koma
Sekali waktu kalimatmu berakhir dengan tanda tanya, sebelum dengan cepat engkau menghapusnya kembali
"Mengapa lebih kau sukai tanda titik untuk mengakhiri kalimat ?" tanyaku
"Sudahlah," hanya itu kalimat jawabanmu
Aku melihat jauh ke dalam matamu yang murung, merupa telaga untuk diselami
Aku tahu kamu menyimpan banyak kalimat yang terdiri hanya dari sebuah kata
Sebagian tersembunyi di balik kabut-kabut di matamu yang murung
Sebagian kau siapkan di ujung bibirmu untuk mengakhiri senyum
Sebagian kau bawa serta pada jenjang ayunan langkah kakimu yang terus bergegas