Tanpa ombak, laut bukanlah laut
Tanpa tikungan dan tanjakan, jalan bukanlah jalan
Tanpa pertumbuhan, pohon bukanlah pohon
"Aku pernah menduga, berjalan bersama teman searah perjalanan membuat tujuan akan menjadi terasa lebih dekat," katamu ketika hujan seperti dituang dari langit malam
Hujan deras membuat dini hari tadi menjadi semakin sepi
Hawa dingin masuk melalui celah-celah jendela
Suara riuh air hujan bahkan hanya membuat dini semakin bertambah senyap
"Toh, tidak juga itu terjadi," suara gelakmu menghangatkan pagi
Waktu yang banyak dilalui mengajarkan untuk tidak mudah terkejut
Sore yang banyak dilewati membawahadirkan keberanian untuk menunggu sampai saatnya tiba
"Sudahlah, lebih baik kita bergegas," katamu pada akhirnya
Aku suka mendengar sedikit keluhmu, yang hanya dalam sejurus waktu
Secepat tangan mengusap air mata
Sesegera anjak meneruskan langkah
Akhirnya, kita hanya belajar untuk tidak terkejut dengan diri sendiri
Ketika diri tidak sepandai yang pernah diduga
Dan tidak sebodoh yang pernah dikuatirkan
"Biar aku menebak," tukasmu di jelang tengah hari
"Kita hanyalah pejalan di hamparan pasir. Dengan jejak bukan milik kita ketika tempat-tempat sulit sudah terlampaui," gelakmu ikut menjauh, seperti pada saat misa belum dimulai. Dulu
| Semanggi | 5 Maret 2020 | 12.28 |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H