"Apakah kamu mengerti tentang laut?" tanyamu sambil berlalu melewati lalu-lintas yang terus bertambah padat
Dulu aku berpikir tentang hujan yang berlarian ke laut
Melewati lekukan-lekukan kecil
Lalu berkumpul di ceruk-ceruk yang lebih besar
Sebelum kemudian berlari melalui palung-palung sungai mencapai laut
Seiring banyak perjalananmu ke selatan, ke dekat laut, aku sesekali berjalan ke tepian luas laut
Melihat gemuruh yang berlari ke pantai
Dan hanya menjumpai sunyi yang dalam setelah pantai memecahkan setiap debur ombak
Tidak ada yang lebih sunyi dari gemuruh yang dipecahsebarkan oleh pantai
Meninggalkan percikan-percikan kecil
Lalu sepi merentang-panjang pada garis pantai
Sepi yang teramat dalam
Setelah ombak kembali ke tengah laut
Lalu pantai kembali menjalani takdirnya
Ombak dan pantai sekali waktu bersisian
Dekat, seperti embun di kelopak mawar
Lalu matahari membawa embun pergi, secepat ombak meninggalkan pasir-pasir pantai
Lalu sepi bergegas hadir
"Laut adalah gemuruh yang begitu sepi," kataku
Ia juga merupa ruang luas yang hanya mampu diisi oleh sepi
Seberapapun riuh kita membuatnya
Seriuh celoteh di ruang dapur, di sisi-sisi tungku
Ketika air dijerang untuk menyambut Natal, lalu diletakkan gula-gula batu di dasar cangkir-cangkir panci
Tetapi nyatanya sepilah yang memiliki dapur
Ketika api tidak menyala dan asap tidak membumbung
Ketika celoteh tidak ada, dan hanya sepi yang  mengisipenuhi seruang dapur
"Kapan kamu bertemu laut?" tanyamu di dekat lampu yang menyala merah
Senyatanya aku memang lebih sering bertemu sepi
Seperti dapur tanpa nyala api dan asap yang membumbung
Seriuh apapun aku mengisipenuhi ruang
Dengan kalimat-kalimat tanpa titik di atas kertas
Atau dengan warna-warna di langit, yang dengan susah payah kutangkapgambarkan
Aku memang pernah bertemu laut, pada sisinya yang paling tepi
Pada bagiannya yang paling riuh
Mungkin sesungguhnya aku belum pernah bertemu laut
Aku hanya bertemu pantai yang riuh sekali waktu
Lalu sunyi mengisi
"Aku belum pernah bertemu laut," jawabku. Akhirnya
Aku hanya bertemu air laut dan pasir pantai
Yang sekali waktu begitu dekat
Tetapi tidak pernah bersama
"Bukankah takdir seringkali selucu itu. Hanya sesaat membawahadirkan kedekatan, lalu selebihnya sunyi yang semakin dalam," sambungku
Tetapi aku akan berjalan lagi ke sisi laut
Sedekat ombak dan pasir laut bersapa
Sebelum lalu masing-masing berlalu menggandeng takdirnya
Laut adalah hanya sunyi yang dalam
| Kalasan | 19 Februari 2020 | 07.16 |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H