Tetapi nyatanya sepilah yang memiliki dapur
Ketika api tidak menyala dan asap tidak membumbung
Ketika celoteh tidak ada, dan hanya sepi yang  mengisipenuhi seruang dapur
"Kapan kamu bertemu laut?" tanyamu di dekat lampu yang menyala merah
Senyatanya aku memang lebih sering bertemu sepi
Seperti dapur tanpa nyala api dan asap yang membumbung
Seriuh apapun aku mengisipenuhi ruang
Dengan kalimat-kalimat tanpa titik di atas kertas
Atau dengan warna-warna di langit, yang dengan susah payah kutangkapgambarkan
Aku memang pernah bertemu laut, pada sisinya yang paling tepi
Pada bagiannya yang paling riuh
Mungkin sesungguhnya aku belum pernah bertemu laut
Aku hanya bertemu pantai yang riuh sekali waktu
Lalu sunyi mengisi
"Aku belum pernah bertemu laut," jawabku. Akhirnya
Aku hanya bertemu air laut dan pasir pantai
Yang sekali waktu begitu dekat
Tetapi tidak pernah bersama
"Bukankah takdir seringkali selucu itu. Hanya sesaat membawahadirkan kedekatan, lalu selebihnya sunyi yang semakin dalam," sambungku
Tetapi aku akan berjalan lagi ke sisi laut
Sedekat ombak dan pasir laut bersapa
Sebelum lalu masing-masing berlalu menggandeng takdirnya