Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Membaca Pancasila dari Sila Ke-V

5 Februari 2019   09:51 Diperbarui: 5 Februari 2019   18:43 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sila ke-V tentang keadilan sosial hanya akan dapat terwujud bila ada musyawarah-mufakat yang berkualitas. Musyawarah-mufakat yang berkualitas hanya dapat dinyatakan bila terjadi persatuan. Persatuan hadir bila manusia (baca: seluruh warga negara) meninggikan kemanusiaan secara adil dan beradab. Keberadaban yang adil hadir bila Tuhan menjadi sendi nilai kehidupan.

Indonesia adalah sebuah rumah besar. Tidak saja rumah untuk penduduk yang berjumlah ratusan juta, tetapi juga untuk ratusan etnik dengan ragam budaya dan bahasa. Sebuah kekayaan yang luar biasa. Rangkaian zamrud di garis katulistiwa adalah gambaran yang sudah banyak dipakai untuk memersonifikasikan kekayaan yang luar biasa itu.

Dalam analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat) segenap sumberdaya dapat dipahami dari setidaknya empat sisi. Secara internal dapat untuk melihatpetakan kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness). Secara eksternal, dapat untuk merefleksikan sumberdaya internal dalam menangkap peluang (opportunity) pun menghadapi tantangan (threat).

Tidak selalu mudah dipahami bahwa keberagaman adalah kekuatan (strenght) sebagai modal demi kemajuan bersama. Dalam banyak kesempatan, keberagaman juga terkomunikasikan sebagai kelemahan (weakness). Ini terjadi manakala keberagaman dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang tidak selalu positif oleh pihak yang tidak bertanggung-jawab.

Beruntungnya adalah Indonesia memiliki Pancasila. Sebuah filsafat hidup bersama yang menghidupi dan dihidupi keindonesiaan.

Dr (Hon). Ir. Soekarno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia, terlibat begitu intens dalam pergulatan melahirkan Pancasila. Bersama para bapak bangsa lainnya. Pancasila adalah bukti betapa kemajuan teknologi tertinggal dibandingkan dengan kemajuan olah pikir. Pada saat teknologi belum berkembang pesat, values pemikiran para bapak bangsa sudah jauh melampaui zamannya. Melampaui pemikiran sebagian anak bangsa pada saat ini.

Indonesia, Pancasila dan Soekarno adalah sebuah trilogi. Ketika membaca Indonesia maka di sana ada Pancasila dan Soekarno. Ketika membaca Pancasila maka di sana ada Indonesia dan Soekarno. Ketika membaca Soekarno maka di sana ada Indonesia dan Pancasila. 

Indonesia yang berkeadilan adalah narasi besar dan darah dari hidup pejuang besar Soekarno. Di tangan Soekarno-lah bangsa besar ini membangun jati dirinya pada usia kemerdekaan yang masih belia. Lahir, belajar berjalan dan kemudian tegap melangkah menjadi bangsa yang besar dan bermartabat. Setelah dijajah sekian ratus tahun oleh bangsa lain. Fakta menyatakan demikian.

Mencermati sila-sila dari Pancasila adalah mengagumkan. Bagaimana sebuah filsafat bangsa dapat dirumusnyatakan dengan ringkas dan kuat. Dengan bahasa yang padat berisi. Melihat Pancasila seperti melihat fungsi organisasi dari tubuh manusia. Satu sila adalah daya bagi sila lainnya. Sila lainnya adalah penopang dari satu sila. Sehingga sebagai satu kesatuan, Pancasila adalah filsafat berbangsa yang utuh dan bermartabat. Yang membawa Indonesia pada kebesarannya pada saat ini.

Keadilan sosial adalah wujud nyata dari keindonesiaan yang diperjuangkan bersama-sama. Indonesia adalah rapat gandengan tangan anak-anak suku bangsa dari Sabang sampai ke Merauke, dari Timor sampai ke Talaud. Keadilan dan kemerataan menyebar dari Sabang sampai ke Merauke, dari Timor sampai ke Talaud.

Marak tertangkapnya banyak koruptor oleh Komisi Pemberantasan Korupsi karena melakukan tindak pidana korupsi adalah cidera dan luka bagi narasi besar Indonesia yang berkeadilan sosial. 

Ironisnya adalah mayoritas para pelaku tindak pidana ini adalah mereka yang berlatar pendidikan baik dan bahkan pejabat publik. Dan sebagian juga bagian dari partai politik yang merupakan bagian integral dari sistem demokrasi yang dilakujalankan.

Kualitas keterwakilan di lembaga negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat, baik pusat maupun daerah, agaknya menjadi salah satu kunci dari tegaknya kualitas musyawarah yang membawa kepada mufakat.

Kualitas musyawarah tidak akan tercapai ketika tidak tumbuh rasa persatuan yang kuat. Persatuan yang kuat mengidealkan adanya ide senasib sepenanggungan dari seluruh warga negara untuk membangun kebesaran bangsa agar semakin termashur. Tidak boleh ada bagian yang hanya menjadikan negara sebagai kuda troya untuk tujuan sempit kelompok tertentu.

Pemufakatan lembaga-lembaga negara yang dipilih secara dan dalam mekanisme demokrasi saat menjalankan roda bernegara secara bersih, transparan dan dalam akuntabilitas yang berkualitas adalah bentuk pemuliaan akan kemanusiaan secara adil dan beradab.

Sendi yang mendasari semua usaha berkebangsaan adalah pemaknaan dari nilai yang memuliakan Tuhan Semesta Alam. Tuhan yang Maha Esa. Di samping laku-laku ritual untuk membersihkan diri sebagai bentuk bakti dan cinta kepada Tuhan yang sudah lebih dahulu mencintai manusia, tindakan yang dilakukan untuk kebesaran bangsa adalah pengejawantahan sila pertama. Nafas dan darah yang mengalir ke keseluruhan sila untuk menemukan Tuhan dalam segala. Dalam kemanusiaan. Dalam persatuan. Dalam pemusyawarahan. Dan dalam laku adil secara sosial.


Di manakah posisi kita saat ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun