Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[71th RI] Kemerdekaan yang Perlu Dikelola dengan Kebebasan dan Kemakmuran

12 Agustus 2016   23:11 Diperbarui: 13 Agustus 2016   19:56 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: abiummi.com

Sekarang  semakin banyak gerombolan-gerombolan cerdik-tak-pandai yang ingin dengan singkat mengukur-tunjukkan keberhasilan dengan menampung-tambahkan jumlah roda kendaraan yang terparkir di garasi kekuasaannya.

Meskipun terasa sebentar ada ditengah kita, almarhum Husni Kamil Manik seperti datang dari tempat dan waktu yang berbeda dari kebanyakan generasinya. Terima kasih, Pak Husni. Tugasmu untuk menunjuk-nyatakan kenegarawanan sudah dianggap cukup dan selesai.  Terima kasih untuk selera humormu yang bagus, yang terdengar sangat kocak ketika hadir bersama kesungguhan dan kerelaan.

Rasa Memiliki Karena Negara (Sangat) Bukan Sebuah Komoditi

Terima kasih, Bu Susi. Dibalik keteguhannya, justru ternyatakan kemarahan dan ketidak-relaan negerinya dijarah-miskinkan. Juga tertangkap kesedihan mendalam dibalik kapal-kapal yang meledak dan hancur. Kesedihan tidak terperi seorang ibu yang melihat ladang keluarganya hanya dapat ditumbuhi ilalang. Padahal seharusnya dan semestinya tumbuh subur bulir padi yang merunduk bernas. Air mata seorang pejuang dapat berwujud api yang berkobar-membakar-hanguskan.

Karena Kehormatan Bangsa adalah Segalanya

Nusantara bukan lagi putu-manikam yang hanya dijanjikan. Nusantara adalah kolam susu dan madu yang sudah diberikan dengan percuma. Tetapi tetap dibutuhkan rasa bangga dan hormat untuk dapat memiliki dan mengolahnya.

Nusantara adalah rumah besar doa bagi rakyatnya. Bukan hanya doa yang mengalun dari balik tembok-tembok yang menyekat-bedakan. Doa yang tidak hanya cukup didaraskan di bawah kubah. Doa yang dibutuhkan adalah doa yang bergerak bersama tangan yang memungut sampah. Doa adalah energi yang mengalir bersama air pada laku untuk menjaga setiap pantai dan danau. Doa adalah lompatan dalam langkah menjaga setiap meter hutan dan ladang. Doa adalah ketidakraguan mengayunkan palu vonis bagi para pembalak, pencuri dan perongrong. Doa adalah laju yang berhenti di belakang nyala lampu merah. Doa adalah sabar laku berdiri dalam barisan antrian. Doa adalah...

Bangsa ini membutuhkan banyak sekali doa.

www-ourglobaltrek-com-1-57adf459f196738819c515c8.jpg
www-ourglobaltrek-com-1-57adf459f196738819c515c8.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun