Mohon tunggu...
Diar Ronayu
Diar Ronayu Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger dan Youtuber

Video creator di Channel YouTube Mama Unakira, sesekali menulis di unakira.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Pentingnya Menabung dan Merencanakan Keuangan untuk Masa Depan

14 Januari 2018   11:41 Diperbarui: 14 Januari 2018   19:59 3610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produk pembiayaan Maybank Syariah/screenshot website Maybank

Banyak yang mengatakan bahwa gaya hidup kaum milenial itu identik dengan hedonisme dan konsumtif. Liburan ke pantai, cekrek. Ngopi cantik, cekrek. Beli tas baru, cekrek. Yang penting eksis dan kekinian. Boros? Belum tentu. Selama mampu nggak ada yang melarang kok. 

Barangkali sedekahnya lebih banyak. Atau siapa tau biaya yang dikeluarkan untuk menunjang gaya hidup kekiniannya hanya sekian persen dari total pendapatan, sisanya masuk tabungan atau investasi. Who knows kan?

Yang paling penting adalah, kita tau pasti kemana larinya setiap sen uang kita. Jangan sampai setiap akhir bulan meratapi dompet yang gersang dan buku tabungan yang nilainya jalan di tempat. Jadi, perencanaan keuangan itu penting.

Menabung dulu lega kemudian

Dulu, saat pertama kali menyandang status sebagai karyawan baru, saya selalu diingatkan oleh ayah untuk menyisihkan sebagian uang untuk ditabung. Saat itu sedang hangat - hangatnya konsep keuangan syariah didengungkan, dan saya pun tertarik menggunakan jasa perbankan syariah karena sesuai dengan prinsip yang saya anut.

Menurut ayah waktu itu, mengingat saya masih single dan tidak ada tanggungan cicilan atau kredit, seharusnya saya bisa menyisihkan uang untuk tabungan sebesar 40% dari total pendapatan. Rekening tabungan juga harus dibuat terpisah dan tidak dibuatkan ATM supaya saya tidak bisa bebas memanfaatkannya.

Jadi, setiap gajian turun hal pertama yang saya lakukan adalah menabung di awal. Uang yang tersisa harus dicukup - cukupkan selama sebulan untuk membayar sewa kos dan kebutuhan sehari - hari termasuk kebutuhan untuk jalan - jalan dan kulineran. Syukur - syukur jika masih tersisa, meskipun seringnya selalu habis tak bersisa..hahaha.

Menabung di awal memang menolong saya untuk membuat dana cadangan. Tapi, konsekuensinya jadi tak bisa mengikuti pergaulan gaya hidup teman - teman karena uang yang dipegang terbatas. 

Alhasil saya sering melewatkan acara hangout bareng kawan - kawan kantor, karena dana saya tidak cukup untuk itu. Mungkin bagi teman - teman yang lain saya terlihat tidak asik, karena selalu menentang tas yang sama setiap waktu, sementara mereka bergonta ganti tas setiap hari. Atau saya lebih suka membawa bekal  untuk makan siang, sementara mereka selalu jajan di luar.

Keteguhan hati memang sangat diperlukan ketika kita memegang suatu prinsip. Dari dulu saya selalu berprinsip untuk selalu menjadi diri sendiri. Memaksakan diri untuk eksis dan gaul agar disukai malah membuat diri sendiri jadi tak nyaman. 

Yakin saja selama yang kita lakukan benar. Toh tidak selamanya kita hidup dalam bayang -- bayang pertemanan. Yang penting berkelakuan baik dan profesional dalam bekerja. Begitulah prinsip saya.

Dan ternyata kegigihan saya untuk rajin menabung dan bergaya hidup biasa saja bukan keputusan yang salah. Suatu ketika saya berbincang dengan rekan sekantor yang sama - sama sedang merencanakan pernikahan seperti saya. 

Entah bagaimana mulanya ia mulai bertanya tentang bagaimana cara saya mengatur keuangan. Secara terang - terangan ia mengakui bahwa dari detik pertama menerima gaji hingga saat itu, ia tak memiliki tabungan sepeserpun. Uang gajinya selalu habis tiap akhir bulan, dan hal itu sangat dipermasalahkan oleh calon suaminya. 

Sebenarnya saya tidak kaget mendengarnya, mengingat gaya hidupnya yang menurut saya konsumtif. Sementara besaran gaji kami tidaklah besar. Dan tidak ada solusi lain yang saya berikan selain mulai menabung, berhemat dan belajar menahan diri dari membeli barang - barang yang sifatnya keinginan, bukan kebutuhan.

Dan ya, ketekunan saya dalam menabung bukanlah hal yang sia - sia. Meskipun awalnya tak ada tujuan melainkan hanya untuk menabung saja, uang tabungan yang selama ini saya kumpulkan di rekening tak ber ATM itu akhirnya saya cairkan untuk modal nikah. Alhamdulillah.

Menabung dulu lega kemudian/dok.pribadi
Menabung dulu lega kemudian/dok.pribadi
Perencanaan keuangan setelah menikah ternyata lebih menantang.
Meskipun stabilitas ekonomi setelah menikah sedikit mengalami peningkatan, namun kebutuhan untuk masa depan juga lebih besar. Setelah menikah, hal pertama yang saya dan suami pikirkan adalah segera membeli rumah sebagai bentuk investasi. 

Bagi kami, rumah adalah kebutuhan utama dalam sebuah rumah tangga yang harus segera dipenuhi, karena semakin lama harganya semakin tinggi. Cara satu - satunya yang bisa kami lakukan adalah dengan mengajukan KPR. Karena jika menunggu uang terkumpul dan membeli secara kontan, pasti bertahun - tahun tidak akan terbeli. Akhirnya, kami  menguras seluruh tabungan dan menggunakannya untuk DP rumah.

Seringkali kita mengalami hal - hal diluar ekspektasi. Berkaca dari sebuah kejadian, ternyata dana darurat itu penting dan setiap keluarga harus memilikinya. 

Jadi kamipun mulai mengalokasikan dana darurat setiap bulan yang besarannya akan kami cukupkan saat nilainya mencapai 3x gaji suami, mengingat saya akhirnya memutuskan resign setelah melahirkan anak pertama. Sesuai dengan namanya, dana darurat ini tidak boleh diutak - atik dan hanya boleh digunakan saat darurat. Misalnya sebagai modal usaha, karena kehilangan sumber pendapatan utama dalam keluarga.

Saat kelahiran anak pertama, saya dan suami juga mulai memikirkan untuk membuat tabungan pendidikan untuk anak kami, begitupun saat lahir anak kedua. Ada yang pernah menganggap saya lebay karena anak belum bisa bicara tapi saya sudah mulai mencari info tentang sekolah TK dan SD untuk anak nantinya. Padahal bagi saya, masalah pendidikan anak itu serius. 

Dengan mengetahui sekolah yang ingin dituju, entah itu negeri atau swasta, setidaknya kita sudah ada perkiraan saat anak mulai bersekolah nanti akan butuh dana berapa.

Merencanakan keuangan untuk banyak hal bukan berarti hidup jadi menderita. Saya dan keluarga masih menikmati travelling dan wisata kuliner yang budgetnya memang sudah dialokasikan. 

Boleh - boleh saja belanja - belanja di mall atau jalan - jalan kemana saja. Yang jangan sampai terjadi adalah besar pasak daripada tiang. Jadi, membuat prioritas itu perlu. Karena kita sendirilah yang mengetahui persis bagaimana kondisi keuangan dan kebutuhannya di masa depan.

Bagi saya dan suami, prioritas kami adalah segera melunasi rumah. Karena menurut kami membeli rumah dengan sistem kredit itu "sedikit rugi". Dengan segera melunasi rumah, maka nilai kerugian pun akan berkurang. 

Setiap ada lebihan rejeki, selalu kami kumpulkan dengan tujuan untuk pelunasan rumah. Di tahun keempat, akhirnya kami berhasil melunasi rumah yang saat itu nilainya sudah mencapai 2x lipat dari harga launching dulu. Jadi keputusan kami untuk segera berinvestasi pada rumah sepertinya sudah tepat.

Hingga kini saya masih belajar dalam hal perencanaan keuangan  dari kedua orangtua yang memang pandai berinvestasi, juga belajar dari nasehat orang sukses seperti Warren Buffet yang kesederhanaannya sangat saya kagumi. 

Solusi Perencanaan Keuangan dengan Perbankan Syariah

Selain KPR rumah yang persyaratannya memang diharuskan menggunakan jasa bank konvensional milik pemerintah, dari dulu saya sudah  mempercayakan masalah perencanaan keuangan pada perbankan Syariah. Lagi -- lagi terkait masalah prinsip. Dengan menabung di Bank Syariah saya memperoleh hal yang tidak saya dapati ketika menabung di Bank konvensional, yaitu kenyamanan dan ketenangan batin. 

Diluar itu menurut saya produk - produk perbankan Syariah tidak jauh berbeda dengan produk - produk perbankan konvensional. Sama bagusnya, sama lengkapnya dan sama modernnya. Yang membedakan umumnya adalah akad dan sistem bagi hasil yang merupakan "bunga" atau kompensansi yang diperoleh karena menggunakan jasa Bank Syariah.  

Salah satu Unit Usaha Syariah yang patut diperhitungkan adalah Maybank Syariah yang pada tahun 2017 lalu meraih beberapa penghargaan sebagai bentuk profesionalisme kerjanya. Produk - produk ysng ditawarkan memberikan kemudahan dan kenyamanan pada para nasabahnya dalam merencanakan keuangan. Dan yang paling penting adalah sesuai prinsip syariah.

 Dari segi simpanan, Maybank Syariah menawarkan 14 produk pendanaan Syariah yang bisa kita pilih sesuai dengan kebutuhan menabung kita. Misalnya saja Tabungan Reguler iB yang bisa digunakan untuk kebutuhan umum.

dokpri
dokpri
Jika waktu masih single dulu saya menabung di rekening berbeda dengan cara transfer, Maybank Syariah memberikan kita kemudahan dalam hal perencanaan keuangan melalui produk  Tabungan MyPlan iB dengan sistem autodebet pada tanggal yang sudah disepakati. 

Dengan produk ini kita bisa merencakan dana pendidikan, dana pensiun atau dana ibadah yang waktunya bisa kita tentukan sendiri mulai dari 6 bulan hingga 18 tahun sesuai kebutuhan. Setoran rutin tiap bulan juga dibebaskan sesuai kemampuan. Kita juga bebas menambahkan dana sewaktu - waktu diluar setoran rutin bulanan.

Sedangkan dari segi pembiayaan, Maybank Syariah menyediakan 7 skema yang bisa kita pilih sesuai kebutuhan. Salah satunya Maybank Rumah Syariah iB yang bisa kita manfaatkan untuk pembiayaan rumah/apartemen/ruko/rukan impian berlandaskan prinsip syariah, baik dengan sistem kredit atau cash. 

Untuk sistem kredit, masa pembiayaan bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan hingga 30 tahun. Dalam pelunasannya juga fleksible, bisa sebagian atau keseluruhan.

Produk pembiayaan Maybank Syariah/screenshot website Maybank
Produk pembiayaan Maybank Syariah/screenshot website Maybank
Jadi, Maybank Syariah merupakan salah satu alternatif bagi kita dalam merencanakan keuangan sesuai dengan prinsip syariah.

 ***

Bagaimanapun juga menabung dan merencanakan keuangan itu penting untuk masa depan. Mungkin kita bisa merenungkan nasehat Warren Buffet yang bagi saya sangat menginspirasi ini :

 "Do not save what is left after Spending, but spend what is left after Saving."

Sharing on twiiter account

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun