Mohon tunggu...
Diar Herdyan
Diar Herdyan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang pembelajar seumur hidup, sambil sesekali pesiar berwisata kuliner

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Misi Terakhir Azazil (7)

25 November 2014   22:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:52 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para Polisi berhasil mengejarnya dan kini telah membelenggu kedua tanganya. Ipda Gunawan tampak mendekat.  Ekspresinya hanya menyiratkan satu hal, pembalasan.

Ditatapnya Agustian dengan pandangan mendelik. Sesaat kemudian tangannya terayun menghantam ulu hati Agustian dengan telak.

Agustian mengeluh pendek, tubuhnya tertekuk ditopang oleh para polisi yang memegangi tangannya. Ulu hatinya terasa meledak saat pukulan penuh dendam Ipda Gunawan mendarat dengan telak.

Ipda Gunawan sudah menyiapkan pukulan yang kedua ketika Iptu Ajisaka berlari keluar dari ruangan sembari berteriak, “Cukup, cukup !”

Direngkuhnya kedua lengan Ipda Gunawan, kemudian diputarnya tubuh mitranya itu. “Cukup, Jangan konyol !” desisnya tajam. Setajam matanya yang memandang Ipda Gunawan.

Ipda Gunawan mendengus-dengus menahan emosi. Wajahnya merah bara. Diperhatikannya mata Iptu Ajisaka yang melirik kekiri, memberi isyarat. Ia pun melirik kekanan, tampak beberapa wartawan tengah memotret kejadian yang baru saja terjadi.

Ipda Gunawan menghembuskan napas panjang, kemudian memberi isyarat pada Iptu Ajisaka untuk melepaskan dirinya. Mendadak ia menoleh kearah wartawan dengan wajah beringas, “Kamu potret-potret apa, hah !!??! Pergi kamu, pergi !!”

Beberapa orang polisi berteriak-teriak pada para wartawan itu, memintanya untuk menyerahkan kamera. Wartawan-wartawan itu mundur sambil berusaha melindungi kameranya, sementara para polisi mendekat sambil membentak-bentak menyuruh mereka menyerahkan kamera.

“Sudah, sudah ! Biar saja !” Terdengar kembali suara Ipda Gunawan. Ia sadar, merampas kamera wartawan dapat mengundang masalah bagi korps Kepolisian. Diluar sana, banyak pihak yang menanti berita pemukulan wartawan oleh Polisi bagaikan burung nazar mengintai mangsa. Sekali terekspos, ia dan satuanya akan menghadapi situasi yang jauh lebih rumit.

Iptu Ajisaka memandangi Agustian yang terkunci oleh cengkraman para tamtama. Ia menyesali kejadian kali ini. Ini adalah sesuatu yang tidak perlu, keruwetan yang dibuat sendiri oleh pihaknya. Dirinya, Ipda Gunawan dan para Polisi yang lain sudah terlanjur dilatih untuk mengedepankan kewaspadaan dalam melakukan kontak dengan pihak lain. Kewaspadaan yang sering kali berubah jadi kecurigaan dan terkadang dapat menimbulkan masalah. Seperti sekarang ini.

"Bawa dia ke ruang komando," ujarnya pendek pada tamtama yang mengunci tangan Agustian. Agustian pun digiring menuju ruangan tempat ia tadi keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun