Cerita Sebelumnya : Misi Terakhir Azazil (6)
12
Pertemuan pertama yang penuh bencana. Tidak ada yang bisa diperbincangkan lagi lebih lama. Agustian merasa lelah dengan arogansi para penyidik dari kepolisian ini. Namun sedikit banyak ia sudah menyadari bahwa situasi seperti ini bakal ia hadapi.
Ia cuma seseorang dari negeri antah berantah, yang kebetulan punya kenalan seorang Komisaris Jendral Polisi,kemudian ia melihat bagian dari masa lalunya tengah bangkit mengejarnya.
Sekarang ia dituntut menjelaskan itu semua pada dua orang perwira Polisi yang menyambut kedatangannya dengan kecurigaan dan tanpa niat mau bekerjasama sedikit pun.
Bagaimana mungkin ?
Kedua Polisi itu bahkan kini hendak menangkap dan menginterogasinya. Ipda Gunawan, yang pistolnya telah ia bedah itu mulai berteriak memanggil bantuan. Agustian sadar bahwa dirinya terlalu sembrono telah mempermalukan seorang polisi di markas komandonya, bagai menantang serigala ditengah kawanannya. Namun saat itu ia tidak punya banyak pilihan.
Maka dengan gerakan cepat ia pun berlari keluar ruangan itu. Baru saja pintu ditutup olehnya, Ipda Gunawan telah keluar dari ambang pintu sambil menunjuk kearahnya sambil berteriak kalap, “Tangkap orang itu !”
Situasi menjadi rumit. Beberapa polisi berpangkat tamtama tampak mulai mengejarnya. Agustian pun terpaksa berlari menuju pintu keluar, namun tentu saja tindakan itu mengundang reaksi banyak pihak.Beberapa orang polisi telah menghadangnya di pintu keluar. Wajah mereka tampak keras.
Tidak ada pilihan, Agustian pun berhenti dari larinya. Aku telah mengambil keputusan yang salah, pikirnya. Ternyata kata-kata Komjen Harun Ar Rasyid tidaklah sesakti yang ia bayangkan. Alih-alih disambut sebagai narasumber, malah kini ia terancam akan dibui.