Di Jepang, telah dilakukan survei dan evaluasi indera terhadap daging kambing. Hasilnya salah satunya adalah agak sulit untuk menyebarluaskan masakan kambing kepada penduduk karena bau khas daging kambing, yang sepertinya tidak disukai oleh masyarakat.Â
Persepsi negatif bahwa daging kambing berbau tidak sedap ditunjukkan oleh banyak responden, bahkan oleh mereka yang belum pernah makan daging kambing sebelumnya. Dalam penelitian sensorik yang dilakukan dengan menggunakan panelis yang tidak terlatih, daging kambing umumnya dinilai kurang diminati daripada daging merah lainnya.
Ada rumor bahwa mengkonsumsi hidangan daging kambing dapat meningkatkan tekanan darah, namun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung. Telah dilakukan percobaan untuk mengklarifikasi apakah tekanan darah meningkat atau tidak bersamaan dengan mengkonsumsi hidangan daging kambing. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa, tidak ada perubahan tekanan darah pada tikus yang diberi makan daging kambing setiap hari selama tiga setengah bulan.Â
Namun, konsumsi garam dalam jumlah tinggi yang digunakan dalam sup daging kambing sebagai bumbu dapat meningkatkan tekanan darah. Sehingga disimpulkan, mengkonsumsi daging kambing dalam jangka waktu lama tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah, tetapi jumlah garam yang digunakan dalam pengolahan daging kambing-lah yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Berdasarkan percobaan tersebut, diperkirakan bahwa tekanan darah tinggi pada orang yang mengkonsumsi hidangan daging kambing, disebabkan oleh bumbu yang digunakan untuk membumbui masakan, dan bukan disebabkan oleh daging kambing itu sendiri.
Daging kambing merupakan alternatif yang lebih sehat dibandingkan dengan jenis daging lainnya (daging sapi, domba, ayam). Meskipun daging kambing memiliki rasa dan bau yang kurang dapat diterima, tetapi nilai gizinya sangat baik. Daging kambing mengandung lebih sedikit lemak dan kolesterol, serta mengandung asam lemak jenuh yang lebih rendah daripada daging merah lainnya. Daging kambing juga mengandung asam lemak omega-3 yang bermanfaat untuk mengurangi risiko masalah jantung dan arteriosklerosis. Kandungan isomer asam linoleat terkonjugasi (CLA) dalam daging kambing memiliki sifat antikarsinogenik dan antiarterogenik.
 Bagi pecinta daging merah, kambing adalah alternatif yang sangat baik. Karena daging kambing adalah daging merah, maka kadar zat besinya tinggi (bagus untuk sel darah merah pembawa oksigen). Selain itu, kadar proteinnya juga tinggi, sehingga membantu merasa kenyang lebih lama dan mendukung perbaikan sel tubuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H