Mohon tunggu...
Dian Wijayanti
Dian Wijayanti Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Nutrisionis

Seorang nutrisionis yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Daging Kambing Bukan "Kambing Hitam"

13 Agustus 2019   15:00 Diperbarui: 13 Agustus 2019   15:17 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Daging kambing memiliki rasa yang khas. Sebagai lauk hewani, daging kambing mengandung banyak protein, vitamin dan mineral, tetapi mengandung sedikit lemak dan kolesterol. Daging kambing tidak bertentangan dengan aspek konsumsi agama dan budaya.

Daging kambing mengandung sekitar 75,42% air, 3,55% lemak, 19,95% protein dan bahan mineral 1,06%. Setiap 100 g daging kambing mengandung energi sebesar 143 Kalori, lemak 3 gram, lemak jenuh 0,9 gram, lemak tak jenuh ganda 0,2 gram, lemak tak jenuh tunggal 1,4 gram, kolesterol 75 miligram, natrium 86 miligram, protein 27 gram, kalsium 17 miligram, vitamin B12 1,2 mikrogram, dan zat besi 3,7 miligram.

Protein dalam daging kambing memiliki kadar asam amino esensial dan non-esensial yang seimbang. Komposisi asam amino esensial pada daging kambing sangat mirip dengan daging sapi. Dalam daging kambing terdapat asam amino esensial seperti lisin, treonin, triptofan. Daging kambing juga mengandung taurin, karnitin, dan inosin yang penting bagi kesehatan manusia. Taurin adalah agen antihipertensi yang efektif untuk hipertensi yang diinduksi oleh garam.

Karena rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan kolesterol, daging kambing adalah alternatif yang lebih sehat dibandingkan dengan jenis daging merah lainnya. Kandungan asam lemak tak jenuh pada daging kambing berkorelasi dengan penurunan risiko stroke dan penyakit koroner. Lemak dalam dalam kambing mengandung sekitar 50% asam lemak jenuh dan 50% asam lemak tak jenuh dengan kadar asam oleat yang tinggi.

Lemak jenuh merupakan penyebab peningkatan kadar kolesterol. Jumlah kolesterol dalam makanan memiliki efek pada jumlah kolesterol dalam aliran darah. Lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke.

Menurut Harvard School of Public Health (2008), lemak jenuh (lemak jahat) meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit kronis lainnya, sementara lemak tak jenuh (lemak baik) dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, mengurangi peradangan, menstabilkan irama jantung, dan memiliki banyak efek bermanfaat lainnya.

Studi klinis menunjukkan bahwa lemak jenuh yang berasal dari makanan berperan meningkatkan kadar kolesterol LDL, sementara lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda dapat membantu mengurangi kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL dalam darah.

Berdasarkan temuan ini, ada kemungkinan bahwa daging kambing dapat membantu mengurangi kadar kolesterol darah dan mengurangi risiko aterosklerosis dan penyakit koroner.

Daging kambing adalah sumber vitamin B, mineral dan unsur mikro. Vitamin B tidak memberikan kalori dan energi secara langsung, tetapi penting bagi tubuh karena berfungsi untuk mengubah makanan menjadi energi.

Dalam 100 gram, daging kambing memiliki kandungan zat besi yang lebih tinggi (3,7 mg) jika dibandingkan dengan daging sapi (2,6 mg). Daging kambing juga mengandung kadar kalium lebih tinggi (405 miligram) dibanding daging sapi (318 mg).

Terlepas dari nilai gizinya, daging kambing masih kurang dihargai karena bau dan rasanya yang khas. Secara global, konsumsi daging kambing lebih rendah daripada konsumsi daging sapi, tetapi kambing tidak diragukan lagi berfungsi sebagai sumber utama daging merah bagi masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.

Di Jepang, telah dilakukan survei dan evaluasi indera terhadap daging kambing. Hasilnya salah satunya adalah agak sulit untuk menyebarluaskan masakan kambing kepada penduduk karena bau khas daging kambing, yang sepertinya tidak disukai oleh masyarakat. 

Persepsi negatif bahwa daging kambing berbau tidak sedap ditunjukkan oleh banyak responden, bahkan oleh mereka yang belum pernah makan daging kambing sebelumnya. Dalam penelitian sensorik yang dilakukan dengan menggunakan panelis yang tidak terlatih, daging kambing umumnya dinilai kurang diminati daripada daging merah lainnya.

Ada rumor bahwa mengkonsumsi hidangan daging kambing dapat meningkatkan tekanan darah, namun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung. Telah dilakukan percobaan untuk mengklarifikasi apakah tekanan darah meningkat atau tidak bersamaan dengan mengkonsumsi hidangan daging kambing. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa, tidak ada perubahan tekanan darah pada tikus yang diberi makan daging kambing setiap hari selama tiga setengah bulan. 

Namun, konsumsi garam dalam jumlah tinggi yang digunakan dalam sup daging kambing sebagai bumbu dapat meningkatkan tekanan darah. Sehingga disimpulkan, mengkonsumsi daging kambing dalam jangka waktu lama tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah, tetapi jumlah garam yang digunakan dalam pengolahan daging kambing-lah yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Berdasarkan percobaan tersebut, diperkirakan bahwa tekanan darah tinggi pada orang yang mengkonsumsi hidangan daging kambing, disebabkan oleh bumbu yang digunakan untuk membumbui masakan, dan bukan disebabkan oleh daging kambing itu sendiri.

Daging kambing merupakan alternatif yang lebih sehat dibandingkan dengan jenis daging lainnya (daging sapi, domba, ayam). Meskipun daging kambing memiliki rasa dan bau yang kurang dapat diterima, tetapi nilai gizinya sangat baik. Daging kambing mengandung lebih sedikit lemak dan kolesterol, serta mengandung asam lemak jenuh yang lebih rendah daripada daging merah lainnya. Daging kambing juga mengandung asam lemak omega-3 yang bermanfaat untuk mengurangi risiko masalah jantung dan arteriosklerosis. Kandungan isomer asam linoleat terkonjugasi (CLA) dalam daging kambing memiliki sifat antikarsinogenik dan antiarterogenik.

 Bagi pecinta daging merah, kambing adalah alternatif yang sangat baik. Karena daging kambing adalah daging merah, maka kadar zat besinya tinggi (bagus untuk sel darah merah pembawa oksigen). Selain itu, kadar proteinnya juga tinggi, sehingga membantu merasa kenyang lebih lama dan mendukung perbaikan sel tubuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun