Mohon tunggu...
Dian Triana
Dian Triana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Tugas, semangat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisahku

9 November 2021   22:29 Diperbarui: 9 November 2021   22:33 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Di sebuah rumah tingkat dua, bergaya betawi bercat putih, laki laki dengan kacamata tertahan di hidung nya itu sedang menikmati malam yang lenggang, dibawah bulan purnama yang sinarnya menyinari semua penduduk bumi, tidak ada satu titik pun awan yang menghalangi cahaya bulan malam ini, malam yang sangat tenang, damai dan udara Jakarta yang dingin. Laki laki itu menghirup udara dalam dalam sampai rasa dingin membasuhi paru parunya. 

Dalam keadaan lenggang di akhir tahun 78, dingin menyeruak kulit , terdengar suara langkah kaki mendekat. " Kakek, kakek kenapa melamun? Ini kan sudah malam, seharusnya kakek tidur" Tanya anak kecil itu sambil memegang tangan kakek nya. " Kakek tidak melamun ko, Tan kenapa bangun?" Tanya balik sang kakek. " Tan tidak bisa tidur ke, kakek bisa tidak bercerita agar tan bisa tidur", " Tentu saja bisa, kakek akan ceritakan tentang hal yang Tan tidak ketahui tentang kakek", " Sebelum tidur bukan nya Tan harus minum susu ya? "Lanjut sang kakek, " Iya hehe sebentar ya Tan minta ke nenek", anak kecil itupun berlari kecil menghampiri neneknya yang sedang duduk mengobrol dengan ibu dari anak itu. " Nenek Tan mau susu" , kata anak itu sambil melihat neneknya " Eh, ko ke nenek, sini biar mama yang bikin kan, sebentar ya", jawab sang ibu sembari berjalan ke arah dapur. " Tan tidak bisa tidur ya? " Tanya nenek, " Iya nek, jadi sekarang mau minum susu dan mendengarkan cerita kakek" Jawab nya. " Tan ini susunya" Teriak ibu anak itu. Anak kecil itupun mengambil susu dari ibunya, dan dengan hati hati membawa gelas berisi susu hangat dengan tangan putih kecil nya. " Kakek, yu cerita" Ucap sang anak sambil tersenyum menghadap kakeknya. 

.......

Perkenalkan, aku Mohammad Hatta lahir di Fort de Kock, Hindia Belanda pada tanggal 12 Agustus 1902. Aku lahir dengan nama yang berbeda dengan yang sekarang, nama asli ku Muhammad Athar,kenapa berbeda? Karena aku tidak bisa menyebutkan athar dengan baik, jadi ku panggil diriku sendiri dengan nama Hatta. Ayahku bernama Muhammad Djamil dan ibuku bernama Siti Saleha. Ayahku berasal dari Batu Hampar mungkin sekitar 16 kilometer dari Fort de Kock. Sedangkan ibuku merupakan keturunan campuran dari Minang dan Jawa. Sayangnya ayahku meninggal dunia di usinya 30 , saat aku masi berumur 8 bulan.

Kakek ku seorang ulama besar, namanya Datuk Syekh Abdurrahman, ia adalah pendiri surau di Batu Hampar dekat Bukit Tinggi. Aku di besarkan di keluarga islam yang sangat taat, tentu saja karena kakek ku seorang ulama besar. Aku memanggil kakek ku dengan sebutan Geak.

" Athar! Jangan melamun, dengarkan apak mu mengaji " Ucap Geak yang membuat jantungku langsung berdegup sangat kencang. " Iya Geak,ini Hatta mendengarkan", aku terus mendengarkan apak ku mengaji, hingga akhirnya aku pun di tanya tentang arti Al' quran yang di baca Apak oleh Geak, " Artinya."Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang " Betul kan? "

" Pintar nya keponakan Apak ini, nanti sudah besar Athar ingin menjadi apa? ", " Hatta ingin menjadi ulama seperti Apak, Apak hebat sekali, punya banyak sekali buku, tulisan nya bahasa Arab pula, Hatta ingin seperti apak boleh? ", " Tentu saja boleh, rajin rajin lah belajar, agar bisa meraih cita cita mu" Timpal sangat kakek.

Selesai mengaji, Geak menyuruh ku untuk menyimpan Al-Qur'an di pojok mesjid, dan bersiap untuk sholat isya, Geak yang menjadi imam di mesjid ini, mesjid inipun dibangun dengan kerja keras Geak, hebat bukan. 

Selesai sholat isya akupun kembali ke rumah, menyimpan sejadah ku "cepat sini, makan" Kata kakak ku, oh ya aku belum memperkenalkan kakak ku, namanya Rafiah, umurnya beda 2 tahun dengan ku, kata orang lain wajah kami mirip sekali, tapi kataku wajah kami tidak ada mirip mirip nya sama sekali. "Iya, ini Hatta baru pulang, sabar lah sedikit" Jawab ku, langsung kakak ku pergi ke tempat makan untuk membantu ibu menyimpan makanan di tempat makan. Akupun makan dengan sayur yang ibu buat, Geak dan Apak baru makan selesai kami makan, karna baru pulang dari mesjid. 

Setelah makan malam yang biasa saja itu, aku langsung belajar, diajari oleh kakak ku, karna dia sudah masuk ke kelas 1 di Sekolah Rakyat. Dia mengajari ku ilmu ilmu dasar yang iya pelajari, ada yang aku mengerti dan ada yang tidak, karna kakak ku menjelaskan dengan cepat dan cara bicaranya sedikit menyebalkan menurut ku. " Mengerti tidak Athar? ", " Sedikit karna kakak menjelaskan sangat cepat, Hatta tidak bisa mengikuti" Jawab ku, " Hatta Hatta, namamu itu Athar bukan hatta" Ledek kakak ku, "suka- suka ku lah, aku yang berbicara pun" Jawab ku, " Pintar pintar lah kau ini menjawab, sampai mana tadi? ".

...... 

"Sudah dulu ceritanya sampai sini, besok dilanjut kan lagi ya, sekarang tan tidur, biar besok bisa cepat mendengarkan cerita kakek lagi", ucap sang kakek, " Eh, rupanya sudah tidur anak ini " Lanjutnya sambil mengelus ngelus rambut hitam cucu pertamanya. " Kamu akan tahu cerita kakek tan, mungkin nanti kisah ini akan di buku kan" Ucap kakek berbicara sendiri. 

Pagi pun menjelang , laki laki yang sudah berusia 77 tahun itu menghadap jendela kamar yang masih gelap, menunggu istrinya yang sedang berwudhu untuk melaksanakan sholat subuh bedua. Sholat subuh yang selalu berdua tidak pernah terlewatkan satu hari pun " Pak, ayo" Ucap sang istri. Mereka pun melaksanakan sholat subuh dengan khusyu dan seksama, saling menyerahkan diri kepada yang Maha Kuasa, memohon ampunan atas dosa dosa yang telah di perbuat selama ini. 

Selesai sholat istrinya mencium tangan suaminya, dan suaminya mengecup dahi istrinya dengan penuh kasih sayang, sang istri pin bertanya " Bapa semalam bercerita apa ke tan? Ko kelihatan seru sekali", " Ah, bapa hanya bercerita tentang masa kecil bapa, sepertinya tan akan bertanya lagi nanti siang, dia anak yang sangat ingin tahu banyak hal haha"." Ya sudah ibu siap siap ke dapur dulu ya, bapa mau teh atau kopi? " Tanya sangat istri dengan lembut. " Teh saja, bapa sedang tidak ingin kopi subuh subuh begini, , tolong buat kan susu juga untuk tan ya" timpal sang suami. " Iya tunggu ya" Jawab istrinya, sambil bergegas menuju dapur. 

Tak selang berapa lama tan pun bangun, matanya yang menyipit dan tangan nya mengucek mata , baru tersadar dari bunga tidur . Lenggang sejenak karna tan masih belum sepenuh nya sadar " Kakek " Panggil sang cucu dengan suara serak bangun tidur , " Iya Tan".tiba tiba mata Tan membelalak, setelah melihat jam, baru menyadari bahwa sekarang sudah jam 6 " Kakek jam berapa ini" Sambil mengibaskan selimut nya dan pergi sambil berteriak " Mamaaaa, aku belum sholat". Sang kakek hanya bisa geleng geleng kenapa melihat tingkah cucu nya itu

Trekkkkk, suara pintu terbuka, Sang istri mengantarkan teh dan susu serta beberapa cemilan untuk suami dan cucu nya, " Loh, mana Tan pak? ", " Cucu mu itu loh bu, baru bangun langsung kagek lihat jam haha, katanya dia belum sholat subuh", "dasar anak itu" Timpal sang istri

" Lihat Tan tadi, teringat masa kecil bapak, sama persis seperti Tan"

........ 

" Bundooooo, kenapa tidak membangun kan Hatta, Hatta telat kan, tidak ikut sholat subuh dengan Geak dan Apak ke mesjid" Teriak ku karna bangun kesiangan. "Salah mu sendiri lah itu, bangun kesiangan, kenapa teriak teriak, cepat sholat subuh dirumah saja habis itu sarapan, kau kan nak pergi ke sekolah", jawab Bundo. " Iya, iya ".akupun beranjak ke bilik mandi, untuk mandi dan berwudu, setelah itu akupun sholat, " Bundooo, baju sekolah ku dimanaaa? Di lemari tidak ada" Teriak ku sambil mencari cari baju sekolah ku, " Itu Bundo taruh di mejamu, semuanya ada disitu Athar" Aku pun langsung memakai pakaian sekolah ku, lalu siap sarapan. 

Setelah sarapan aku berangkat menggunakan sepeda yang sudah agak usang ke sekolah, aku bersekolah di sekolah swasta karna umur ku belum cukup untuk masuk ke sekolah swasta ,di sekolah ini aku belajar bahasa Belanda, akupun sudah bisa membaca dan menulis karna di ajari oleh Apak ku dari jam 3 sampai jam 4:30 sore. Setelah belajar membaca dan menulis dengan Apak ku, sore hari nya aku belajar mengaji,dengan temen teman ku di ajari oleh Geak, rata rata teman ku disini tidak bersekolah pagi hari nya jadi walaupun mereka tidak belajar biasa, mereka bisa mengaji. 

" Hatta, coba ajari kami Bahasa Belanda yang kau pelajari di sekolah mu itu" Tanya Amir teman sebaya ku. " Eh, eh tapi jangan yang gampang ya, yang gampang kami juga tau, Goedemorgen haha" Timpal Abdul, temanku juga " Emm apa ya, tunggu kejap, ah ini Heb Je Gegeten? , coba tebak apa" Tanya ku pada mereka berdua. " Apa Hatta, coba ulangi" Muka Amir kelihatan binggung. " Heb je Gegeten" Ulang ku, " Ah susah sekali, apa memang artinya" Kata Amir sedikit kesal,  " Artinya apakah kamu sudah makan" Jawab ku, " Ohh sudah" Angguk mereka berdua. " Apalagi Hatta, jangan terlalu susah" , "laten we gaan spelen" Ucap ku tersenyum melihat muka mereka yang kebingungan " Spelen itu kan main benarkan Hatta" Tanya Amir, " Iya betul" Kata ku, " Berarti kamu mengajak kami bermain, bukan begitu Hatta" Jawab Amir lagi. Aku terkejut " Woah, bagaimana kau bisa tau mir" Tanganku takjub melihat Amir bisa menjawab itu, " Aku hanya menebak saja hehe, kebetulan" Kata Amir tersenyum malu. Kami pun tertawa dan bermain sampai Geak menyuruh ku masuk ke rumah. 

Aku hanya bersekolah di sekolah swasta selama 6 bulan saja , Bundo memindahkan sekolah ku ke Sekolah Rakyat,sekolah yang sama dengan kaka ku Rafiah, karna di sekolah Rakyat banyak bangku kosong jadi aku bisa masuk kesana. 

Setelah itu aku bersekolah di sekolah Rakyat ,dan sekelas dengan kaka ku Rafiah, walaupun kami berbeda 2 tahun. Kami sering sekali bertengkar layaknya adik kaka pada umumnya, meributkan hal yang bahkan tidak penting " Nanti kau di sekolah jangan macam macam ya, karna kau sekelas dengan ku,kau harus menurut apa kata ku, agar tidak dimarahi guru" Kata kakak ku " Ya kalau tidak mau Di marahi guru, dengarkan kata kata guru bukan mendengarkan kaga kata kakak" Jawab ku sambil pergi meninggalkan nya. 

Aku sering belajar dengan kaka ku seperti saat ini, kami sedang tanya jawab Bahasa Belanda " Apa artinya Stop je boek in je tas" Tanya kakaku " Masukan bukumu ke dalam tas " Jawab ku, kakak ku mengacungi dua jempol nya, " Tunggu tunggu mari kita belajar dasarnya, apa kau masih ingat apa tidak " Tantang kakak ku. " Ah, kata dasar lagi, aku sudah sangat mengerti kakak, halo, doey, ja, nee, dankuwel, graag gedan, aku sudah mengerti itu, itu untuk anak kecil aku sudah besar " runtuy ku. " Ohh, sudah besar rupanya" Ledek nya. " Sudah lah aku ingin belajar dengan apak saja, dah" Kata ku sambil meninggalkan nya pergi. 

Aku pergi menemui Apak di tengah rumah, bukan untuk belajar Bahasa Belanda, tapi untuk mendengarkan cerita nya, mendengarkan cerita apak ku adalah yang terbaik. Apak sering bercerita masa kecilnya dulu, dan cerita ketika dia sekolah di sekolah islam. 

Di sekolah Rakyat aku hanya bertahan hingga kelas 3 semester 1,sekolah ku pun pindah ke ELS ( Europeesche Legere School) , ELS itu sekolah yang diperuntukan untuk anak anak Belanda dan Indo saja, sebagian pribumi seperti ku hanya sedikit, itupun dari kalangan orang yang berpengaruh, aku bisa masuk kesini karna geak ku seorang ulama besar di Batu Hampar. 

Setibanya disana banyak teman yang menyapa ku " Hatta, Hatta" Teriak Adri dia salah satu teman yang paling dekat dengan ku " Sudah mengerjakan tugas sekolah minggu lalu? " Tanya Adri, " Tentu saja sudah, jika belum maka Geak ku akan mengomeliku dari pagi hingga menjelang tidur haha" Jawab ku, " Geak mu benar benar haha" Sambil menaikan 2 jempol nya. 

Aku sekelas dengan Adri dia orang Indo , hidung nya pesek, berkulit putih, bermata coklat, rambutnya pirang, itulah Adri. Nama aslinya Adrianus Dirk sangat sangat nama Belanda, Bapak nya orang Belanda dan Ibunya orang pribumi, aku memanggil nya Adri agar mudah saja, dan nama Adri sangat lah seperti pribumi, walaupun kulit nya tidak. 

Setibanya di kelas aku langsung duduk bersebelahan dengan Adri, dikelas ini ada 3 anak yang asli pribumi , aku, Budi, dan Aminah, keluarga Budi dan Aminah adalah pedagang yang cukup besar, jadi mereka bisa bersekolah disini. Aku dekat dengan Budi tapi tidak dengan Aminah. 

Aku, Adri, dan Budi selalu ber 3,sampai suatu hari Adri harus pindah ke Belanda ikut bapaknya yang akan pulang ke Negara nya, ibunya pun ikut karna bapanya Adri sangat mencintai ibunya. Adri pindah saat kami kelas 5,aku menangis saat mengantar kepergian Adri, dia adalah teman baik ku, dan kami ber tiga dekat sekali. Walaupun dia orang Indo, dia mau bermain dengan kami. 

Sekolah di ELS pun berjalan begitu saja, kami sekarang berdua hanya aku dan Budi, sekolah sampai Kelas 6,dan kami pun berpisah karna Budi melanjutkan sekolah ke sekolah yang berbeda dengan ku. 

Aku menjalani sekolah dasar ku dengan baik, antara sekolah dasar dan agama pun baik tidak tumpang tindih. Aku melanjutkan sekolah ku di MULO ( Merr Uitgebreid Lager Ounderwijs) atau bisa di sebut juga dengan SMP berbahasa Belanda . Untungnya aku gampang bersosialisasi dengan siswa yang lain nya, banyak sekali siswa orang Belanda, bahkan banyak juga orang Indo (keturunan orang Indonesia dan Belanda), ada juga seperti ku sepenuhnya keturunan Hindia Belanda, beda sekali dengan ku mereka berkulit putih bersih , sedangkan aku berkulit coklat kekuningan, aku dan teman teman asli Hindia Belanda terlihat sangat menonjol disini. 

Ada pembagian kelas di MULO, siswa yang dulunya sekolah di ELS akan langsung masuk ke kelas 1,sedangkan yang sekolah nya bukan di ELS akan masuk ke kelas Vorkslasse bisa di sebut juga kelas persiapan. Aku langsung memasuki kelas 1 karena aku lulusan ELS. 

Ada banyak pelajaran disini, ada Bahasa Belanda, Bahasa Arab, Aljabar, Geometris, Sejarah alam, Sejarah, Geografi, Menggambar, Bahasa Melayu, dan Bahasa Daerah. Aku lumayan bagus dalam kelas Bahasa terutama Bahasa belanda dan Melayu dan daerah, aku pun mengerti Bahasa Arab karena keluarga ku sangat menekuni islam. Pelajaran paling ku sukai adalah sejarah, senang saja saat membaca hal hal yang sudah terjadi pada zaman dahulu, rasanya seperti aku ditarik ke zaman itu, sangat luar biasa. 

Saat di MULO pun aku mengikuti organisasi namanya Jong Sumatra Bond cabang Padang, dikenal juga sebagai (JSB) , JSB adalah persatuan Pelajar di Sumatra. Aku mengikuti ini karena aku tertarik dengan politik, aku pun ingin menjadi salah satu orang yang bisa merubah bangsa ini, agar merdeka, tidak terus di jajah seperti ini. 

Di JBS aku mendapatkan mandat untuk menjadi Bendahara, mengatur keuangan organisasi, mereka mempercayai ku menjadi Bendahara karena kata Bang Yusuf kaka tingkat ku aku berasal dari keluarga yang mengerti keuangan dan keluarga pedagang pula, banyak orang yang mengenal ku di MULO, aku pun punya teman orang Belanda, sekarang berbahasa Belanda pun aku sudah fasih dan lancar sekali, tidak perlu lagi di ajari oleh kakak ku Rafiah. 

Sebenarnya sebelum bersekolah di MULO, aku sudah di terima di HBS ( Hogereburgerschool) di Batavia, tetapi karena umur ku masih 13 tahun, Bundo tidak mengizinkan ku untuk bersekolah di sana, dan menyuruhku untuk tetap di padang, dan bersekolah di MULO. 

.... 

Pagi hari, setelah selesai sholat subuh Hatta duduk di halaman depan s, menyaksikan anak anak memakai seragam merah putih menggunakan sepeda , ibu ibu yang membeli sayur di pinggir jalan, dan para bapak bapak yang menaiki motor nya, berangkat untuk bekerja, " Pagi pak" Ucap salah satu orang yang lewat, Hatta menggangguk sambil tersenyum ke arah orang yang menyapanya tadi. Istrinya membuka pagar rumah, baru saja selesai membeli sayur untuk makan keluarga " Beli sayur apa bu? " Tanya Hatta " Kangkung , sawi beli tahu juga" Jawab sang istri. 

" Pak Hatta, mobil nya sudah siap, mari".ucap supir itu, " Ah iya tunggu sebentar , Tan ayo nak, mobilnya sudah siap " Teriak Hatta memanggil cucu nya, tak seberapa lama tan turun dari lantai dua rumah nya " Iya kakek ini tan sedang jalan" Teriak pula sang cucu sambil turun. " Mau kemana kek? " Tanya Tan," Mau beli roti buat Tan" Jawab Hatta. Mereka pun menaiki mobil itu dan berangkat menuju toko roti kesukaan Hatta yaitu toko roti Tak Ek Tjoan. 

Di perjalanan cucunya tiba tiba bertanya " Kakek, apa kakek pernah pindah sekolah? Tan tidak ingin pindah dari sekolah tan kakek, tapi kata ibu tan harus pindah karena sekolah baru itu lebih baik", " Tentu saja bahkan kakek pernah pindah sekolah yang jauh sekali dari sekolah lama kakek" Jawab sang kakek. " Pindah sekolah itu bukan hal yang buruk nak, kita bisa belajar lingkungan baru, orang orang baru, bukan kah tan ingin mempunyai banyak teman?, tan akan punya teman baru nanti jika pindah sekolah, tapi bukan berarti teman lama dilupakan"

....... 

Sekolah di MULO sangat memberikan pengalaman yang hebat untu ku dalam mempelajari ilmu politik, walaupun sedikit tapi aku mengerti bagaimana cara beroganisasi dengan baik, kedepanya pun mungkin aku akan terus berhubungan dengan dunia perpolitikan. 

Setelah selesai bersekolah 3 tahun di MULO aku melanjutkan sekolah ku ke HBS (Hogere burgerschool), sekolah menengah atas berbahasa Belanda.di Batavia, Bundo mengizinkan ku sekolah di Batavia karena aku sudah bisa hidup mandiri dan umur ku pun sudah bertambah, kini usia ku 17 tahun. Aku pun berangkat ke Batavia sekitar bulan Juni 1919 , aku di antar oleh Apak ku menggunakan kapal KPM , setelah sampai di Batavia aku di jemput oleh bang Dahlan, setelah memeriksa barang barang ku takutnya ada yang tertinggal apak ku kembali lagi ke Sumatra sedangkan aku naik taksi, berangkat ke Weltevreden. 

Disini, di Batavia sangat berbeda dengan kampung halaman ku fort de Kock, disini lebih ramai, pusat nya Hindia Belanda. Banyak tentara yang lalu lalang, banyak penduduk yang berkulit putih bersih, ada pula yang berkulit putih kuning, banyak juga orang yang sama seperti ku. 

Sama seperti sekolah ku sebelumnya ELS dan MULO, di HBS pun siswa pribumi yang dapat bersekolah disini hanya siswa dari keluarga yang terpandang dan mempunyai derajat yang tinggi. Perbedaan yang besar membuat ku harus lebih berusaha lagi dalam bersosialisasi dengan siswa siswa disini, ada juga yang seperti ku merantau dari pulau yang jauh. 

Di sini ada lebih banyak pelajaran yang di berikan, dan tentunya semua siswa di haruskan berbahasa Belanda, pelajaran yang di berikan yaitu berhitung, aljabar, matematika, botani, biologi, sejarah, geografi, bahasa Belanda, bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Jerman, menggambar tangan, dan olahraga, olahraga adalah pelajaran wajib, tadi di anggap sebagai pelajaran tambahan saja . Lalu pada kelas 3 sampai kelas 5 diberikan 6 pelajaran tambahan yaitu fisika, kimia, undang-undang negara, ekonomi,tata buku dan menggambar garis. 

Disini aku mulai mendalami ekonomi dan tentunya sejarah, dari sini aku mulai tertarik dengan perekonomian tentunya di dukung juga oleh keluarga bundo ku yang merupakan keluarga pedagang. 

Karena banyak nya pelajaran disini, dan tekanan dari luar, banyak siswa yang tidak mampu menyelesaikan pelajaran nya di HBS, teman teman ku pun banyak yang keluar dari sini, karena tidak kuat dengan banyak nya pelajaran yang di pelajari. " Hatta, Ben je klaar met je economiewerk?" Tanya Dedrick, dia temen ku dari kelas 1 di HBS ini, dia menanyakan apa tugas ekonomi sudah selesai apa belum " Sudah, Waarom is het zo?" Jawab ku. "nee nee, het is gewoon dat mijn economische taak nog niet af is, ik wil de jouwe zien", kata dia, ingin melihat tugas punya ku. " Vraag het maar aan Lucht, hij zag de mijne" Jawab ku, menyuruh nya untuk melihat tugas milik lucht saja. 

Di HBS pun aku mengikuti JSB yang ada di Batavia, seperti sebelumnya aku ditunjuk sebagai bendahara, mengurusi keuangan organisasi, karena saat aku menjadi Bendahara di JBS padang, keuangan organisasi berjalan lancar tanpa hambatan. JBS awal nya adalah perkumpulan pemuda pemuda Sumatra, tapi beberapa tahun kemudian pemuda Batak keluar dari JBS, karena banyak dari anggota JBS adalah pemuda Minangkabau, dan mereka mendirikan organisasi sendiri, yaitu Jong Batak. 

JSB di sini mengeluarkan surat kabar, bernama Jong Sumatra, Jong Sumatra terbit pertama kali pada bulan Januari 1918. Aku mengurus surat kabar ini hanya setahun , dari 1920-1922. Dengan jargon Organ van Den Jong Sumatranen Bond, surat kabar ini terbit secara berkala dan tak tetap, kadang bulanan, kadang triwulan, bahkan pernah terbit setahun sekali, karena kesibukan pemuda pemuda yang tidak hanya mengurusi JBS saja, jadi surat kabar itu di terbitkan tidak tetap. Surat kabar Jong Sumatra ini menggunakan bahasa Belanda, walaupun ada juga surat kabar berbahasa Melayu, tetapi Bahasa Belanda adalah bahasa yang paling banyak dipakai disini. Surat kabar ini kami dicetak di Weltevreden, Batavia, sekaligus pula kantor redaksi dan administrasinya.

Pemimpin redaksi pertama yaitu Mohammad Amir dan pemimpin perusahaan dijabat Bahder Djohan. Surat kabar ini memperagakan peranan penting sebagai media yang menjembatani segala wujud reaksi atas konflik yang terjadi. Di surat ini pun banyak pendapat pendapat warga pribumi yang di masukan, banyak juga suara hati dari pemuda pemuda organisasi yang di tuliskan dalam surat kabar ini. 

...... 

Hatta dan cucu nya keluar dari mobil menuju bangunan tingkat dua,dengan nuansa putih dan coklat, wangi roti hangat menyeruak ke dalam hidung, " Hah, ini dia roti hangat" Ucap Hatta sambil menghirup udara dalam dalam, " Kita sering sekali kesini kakek, tapi kakek selalu berbicara seperti itu ketika masuk toko ini" Ucap sang cucu sambil melepaskan tangan kakek nya dan mencari roti coklat kismis yang sangat ia suka. " Tan, Tan" Kata Hatta sambil terkekeh. 

" Pak Hatta" Ucap sang pemilik toko roti, toko roti ini sudah berdiri lama, Hatta sering sekali mampir atau sengaja membeli roti ke toko ini, seperti sekarang. " Eh bu Nio, sedang disini? " Tanya balik Hatta, " Iya Pak, bapa membeli roti kesukaan bapak bukan? Tanyakan saja kepada pelayan pak, tidak usah sungkan" Lanjut nya, " Baik-baik, terimakasih banyak bu" Jawab Hatta, " Saya ke belakang dulu ya pak, silahkan dipilih pilih saja" Kata sang pemilik toko sambil pergi meninggal kan Hatta. 

Setelah memilih, hatta membeli 2 roti gombang kesukaan nya, roti pisang dan roti tawar untuk keluarga di rumah, sedangkan Tan membeli 4 roti coklat kismis berukuran sedang " Tan kenapa beli banyak sekali, untuk siapa" Tanya Hatta " Tan beli untuk tan sendiri kakek, di rumah tidak ada roti seperti ini, yang ada itu hanya roti tawar, Tan kan suka roti ini" Jawab Tan. Hatta pun mengelus ngelus rambut cucu nya itu dengan gemas. 

Setelah membeli roti yang cukup banyak, Hatta dan cucu nya pun pulang kembali ke rumah nya, mobil di simpan di halaman depan, dan roti ia simpan di dapur agar dipotong potong oleh istrinya " Ibu, tolong potongan roti gombang ini untuk bapa, nanti simpan di depan ya" Perintah nya kepada sang istri, " Iya pak, Tan sini nenek bukakan rotinya" Jawab sang istri. 

Hatta pun pergi ke halaman depan rumah nya sambil membawa teh di gelas hijau yang selalu iya gunakan, di letakan lah teh itu di meja yang berada di samping nya , di depan tidak seramai pagi tadi karena orang orang sedang sibuk beraktivitas, " Pak ini" Kata sang istri meletakan roti yang baru ia potong tadi " Terimakasih bu" Jawab nya. 

Di meja itu ada satu foto kenangan, saat iya dan sahabat dekat nya yang kini sudah tidak bisa iya lihat lagi, sedang berdiri gagah di depan ratusan orang, dan tentu saja ia sangat merindukan sahabat seperjuangan nya itu " Bung, sudah lama sejak kau tiada, banyak sekali yang kita lakukan bersama untuk negeri ini bukan, rasanya baru kemarin aku mengenal mu sebagai pemimpin dari sebuah organisasi mahasiswa, sekarang semua orang mengenal mu sebagai seorang pemimpin negara"

........ 

Nilai - nilai sekolah ku di HBS baik, bahkan lebih baik dari siswa siswa Belanda yang lain. Di JSB pun aku tetap di andalkan, dan semakin lama aku di JBS semakin banyak juga ilmu politik yang aku dapatkan, dan aku pun semakin tertarik dengan dunia politik. Dan ini menjadi titik awal ku untuk terjun ke dunia politik kelak. 

Setelah selesai di HBS, perjalanan sekolah ku tidak berhenti, setelah lulus dengan nilai yang memuaskan aku masuk ke Prins Hendrik School atau sekolah tinggi dagang, aku memperdalam ilmu perekonomian ku disini. Biaya ku sekolah disini sepenuhnya nya di tanggung oleh Mak Etek Ayub , dari mulai dari biaya sewa kawar, biaya membeli buku dan biaya lainnya. Mak Etek ini kenalan kelurga ku, ia seorang pedagang dari Fort de Kock, sama dengan ku. 

Setelah daftar di PHS, aku banyak membeli buku membeli buku ,aku membeli buku ke toko Kolff & Co, lalu ke toko Visser & Co untuk mencari buku yang belum ku dapatkan dari toko toko sebelumnya. Setelah membeli beberapa buku yang aku cari aku pun membeli beberapa roti untuk Mak Etek sebelum pulang. 

" Mak, ini Hatta" Sambil mengetuk pintu rumah bernuansa putih dan krem itu, lelaki paruh baya yang membayar semua keperluan ku itupun membuka pintu rumah nya " Sini Hatta masuk" . Aku pun masuk ke rumah nya sambil menyimpan roti untuk nya di meja " Hatta tidak akan lama mak, hatta harus pulang lagi ke asrama, hendak bersiap untuk mulai masuk PHS besok", kata ku, " Besok kah sudah mulai sekolah mu Hatta, cepat sekali. Jangan hiraukan orang yang memandang rendah dirimu mengerti, karena aku tau kamu lebih tinggi dari mereka" Jawab Mak etek memberi motivasi untu ku. " Ya sudah ya Mak, aku pergi dulu, rotinya dimakan ya, ini pakai uang ku sendiri tau, sudah ya, assalamu'alaikum " , " Waalaikumsalam " Jawab Mak Etek. Aku pun pulang ke asrama sekolah ku. 

Keesokan pagi nya hari yang ku tunggu, hari dimana aku masuk ke PHS, Sekolah Dagang yang di impikan aku dan keluargaku. Sekolah dengan dinding berwarna putih dan atap berwarna itu ada di depan ku sekarang, sedikit sekali siswa asli Hindia Belanda seperti ku, kebanyakan siswa Belanda bahkan sangat banyak, dan sisanya siswa Indo, dan seperti yang aku bilang sedikit sekali siswa seperti aku asli Hindia Belanda. 

      Di PHS, aku menemui cara pembelajaran yang berbeda dari cara belajar di sekolah sekolah ku sebelumnya. Disini aku tidak mempelajari semua mata pelajaran yang ada, karena disini pelajaran dipusatkan di perekonomian dan perdagangan. Aku pun semakin banyak membeli buku terutama tentang perekonomian dan perdagangan. Mulai dari situ perkenalanku degan buku dimulai, sebab sebagai seorang murid sekolah dagang ia harus mempelajari banyak hal dan juga ditambah dengan perannya di pergerakkan pemuda mengharuskannya membaca buku dan memperluas wawasannya. 

Banyak sekali buku yang aku beli dan aku pelajari, tidak hanya buku untuk sekolah seperti buku perekonomian dan perdagangan, aku pun membeli dan membaca buku buku politik dan sejarah. Di antara banyak buku,yang aku pelajari pertama saat masuk PHS adalah Staathuishoudkunde dua jilid karya N. G. Pierson; De Socialisten, enam jilid karya H. P. Quack; dan Her Jaar 2000 karya Bellamy, yang berisikan pemahaman pemahaman negara Republik. 

Dari buku-buku tersebut aku pun mulai mempelajari mengenai sistem negara dan sistem perekonomian negara terutama mendalami apa yang diuraikan secara singkat oleh Quack dalam bukunya mengenai tulisan Plato dalam bukunya Republic. Buku ini benar benar sebuah buku yang sangat luar biasa, sebuah buku yang tidak berakar pada kenyataan dan sangat sangat idealis. 

Pada salah satu buku berjudul De Socialisten aku mempelajari mengenai pemikiran Sosialisme, mulai dari Sosialisme Greek, Sosialisme Roma, sosialisme Zaman Tanah, Sosialisme Jerman di masa Pembaruan, sossialisme pada kaum Kristen di Inggris abad ke-17, jejak sosialisme dalam abad ke-17 pada Republik Persekutuan Belanda, sosialisme dalam "Roman-Roman Negara" di masa Renaisans, sosialisme dalam abad ke-18 di Perancis dan tanda-tanda sosialisme pada Revolusi Perancis, percobaan Babeuf untuk melaksanakan sosialisme kira-kira dekat pada perpisahan abad ke-18 ke abad ke-19, sosialisme agama pada abad ke-18, Jezuit, Quaker, Golongan Shaker dan Golongan Hernhutter, Badwinm dan Marie Wallstonecraft pada akhir abad ke-18; ekonomi dan sosialisme.

Banyak sekali buku yang ku beli dan kubaca, hingga semua buku itu menumpuk hingga tak ku sadari. Semenjak membeli buku-buku itupun , ku mengurangi waktunya untuk bersepeda keluar dan lebih banyak menghabiskan waktu kosongku untuk membaca buku, kecuali untuk hari sabtu sore, aku akan pergi ke STOVIA untuk menemui Bahder Djohan ,temanku dan sesuai kesepakatan kita akan keluar bersama di setiap hari sabtu. Dari gedung STOVIA dengan berjalan kaki ke Pasar Baru untuk makan nasi goreng dan sate ayam serta minum kopi sambil berbincang-bincang. Setelah selesai kita akan pergi ke Bioskop Pasar Baru untuk menonton. Seusai menonton kita akan berjalan kaki mengitari kota Weltevreden sampai pukul 23.00. Pada akhir jalan mereka biasa minum kopi di Senen tempat yang biasa didatangi oleh "klepek", yaitu panggilan bagi murid-murid yang bersekolah di STOVIA.

Biasanya setelah bertemu Bahder Djohan aku akan langsung tidur karena capek setelah seharian menghabiskan hari sabtu ku, tapi lain hari ini, aku merasa tidak terlalu capek, sehingga aku membaca buku-buku yang belum ku baca, ku ambil buku bersampul coklat itu, buku itu berisikan bagaimana cara membagi waktu belajar dan berorganisasi dengan baik, dan kumpulan organisasi-organisasi pada masa silam. 

Setelah membaca sampai halaman tengah, kantuk ku datang menghampiri, aku mengambil udara banyak banyak, mengambil udara dingin malam hari. Setelah itupun aku bersiap untuk tidur, membenahi kasur ku dan tenggelam di bawah bantal putih ini, berenang bersama mimpi mimpi yang tidak akan ku ingat besok paginya. 

Ke esokan pagi nya, aku terbangun jam 4 , lalu aku ke bilik mandi, berwudhu dan siap untuk sholat subuh. Aku sholat subuh dengan khidmat, dan berdoa agar semua jalanku dilancarkan. Setelah sholat ku rapihkan kasur, dan bereskan buku yang berserakan yang semalam ku baca. Ku taruh di rak yang berada di atas kasur ku, ku rapikan dan ku tata dengan benar. 

Hari minggu ini adalah hari libur bagi semua siswa PHS, aku sudah ada acara untuk hari ini yaitu rapat dengan anggota Jong Sumatra Bond, cabang batavia. Setelah aku sarapan aku pun langsung berangkat ke tempat berkumpul nya anggota organisasi menggunakan sepedaku. 

Sesampainya disana ternyata sudah ada beberapa orang anggota organisasi, " Bung Hatta, akan ada apa hari ini" .tanya salah satu anggota organisasi " Hanya berbincang saja, bukan kah sudah lama sejak kita berkumpul pada hari minggu seperti ini, ah tapi maaf ya jika kedatangan kalian kesini itu mengganggu kegiatan kalian di luar" Jawab ku. Setelah semuanya berkumpul, dimulai lah rapat itu. 

" Pertama, maaf sekali untuk kalian yang terganggu waktu nya hari ini, saya hanya ingin melakukan pengecekan tentang organisasi, sudah lama bukan tidak ada pengecekan" Tanya ku, semua orang organisasi mengganggu setuju. " Mari kita lihat keuangan dulu" Tanya ku kepada Bendahara yang menjabat sekarang " Keuangan kita aman Bung, pemasukan dan pengeluaran terkontrol dengan baik, bahkan kita pun mendapatkan beberapa pemasukan dari orang orang yang mendukung organisasi kita " Tutur sang bendahara, " Lalu kehadiran orang organisasi, dan keaktifan bagaimana " Lanjut ku, " Kehadiran anggota organisasi pun baik Bung, tidak ada yang keluar, tapi ada beberapa orang yang masuk organisasi baru baru ini, sekitar 2 orang " Jawab salah satu anggota organisasi. Rapat pun berlanjut dengan penuturan penuturan anggota organisasi lainya, menjelaskan keadaan organisasi yang semakin hari semakin baik. 

Setelah selesai rapat aku tidak mampir ke mana-mana dulu, dan langsung kembali pulang, untuk mengerjakan beberapa tugas ku yang belum ku selesaikan. Aku mengerjakan tugas yang di berikan beberapa hari yang lalu oleh guruku, ini adalah soal akuntansi yang baru baru ini ku pelajari. 

Selesai mengerjakan tugas, aku keluar rumah bersepeda menikmati ramai nya orang yang lalu lalang, sampai lah aku di tempat makan, karena perut ku sudah beronta sejak tadi, minta untuk di isi makanan yang mengenyangkan. Ini adalah warung pinggir jalan, dengan banyak kursi dan meja panjang untuk orang-orang makan di tempat. Aku pun memesan beberapa lauk dan nasi hangat, untuk makan sore ku. Setelah selesai makan dengan nikmat aku langsung membayar makanan ku yang telah ku makan, lalu kembali bersepeda, berangkat ke toko buku, karena ada beberapa buku yang harus ku beli untuk belajar. 

Setelah membeli beberapa buku aku pun kembali ke asrama karena hari mulai gelap, dan tampak nya cuaca tidak memberi ku izin untuk bersepeda lebih lama karena sudah ada rintik hujan yang membasahi baju ku. 

........ 

Beberapa tahun berlalu, aku sudah menyelesaikan sekolah ku di PHS, sekarang aku sudah terbang ke Netherland ( Belanda) untuk melanjutkan perjalanan sekolah ku. Sekarang aku bersekolah di Netherland Handelshoge School Roterdam di Roterdam, Netherland. 

Disini pergerakan politi ku dimulai, di sini aku masuk organisasi lagi bernama Indische Vereniging, setelah beberapa lama pun organisasi ini menjadi organisasi politik, di ubah oleh kakak tingkat ku yaitu Suwardi Suryaningrat. Organisasi ini awalnya hanya perkumpulan mahasiswa Bumi Putra di Netherland, tetapi saat ini sudah menjadi Organisasi Pergerakan Politik. 

Awal nya aku menjadi Bendahara di organisasi ini, di angkat saat pergantian anggota, aku dipilih langsung oleh ketua organisasi yaitu Bang Sutomo , dan di gantinya nama Indische Verenigin menjadi Indonesische Vereeniging. Setelah itu aku dan para anggota pun sepakat untuk memulai kembali majalah Hindia putra, dengan aku sebagai orang yang mengurusinya. Majalah ini terbit dwibulanan, dengan 16 halaman dan biaya langganan seharga 2,5 gulden setahun, dengan diterbitkan kembali Hindia Poetra ini, aku harap dapat menjadi sarana untuk menyebarkan ide-ide antikolonial. Dalam 2 edisi pertama, aku menyumbangkan tulisan kritik mengenai praktik sewa tanah industri gula Hindia Belanda yang merugikan petani.

Tahun ini, tahun 1925 aku dipilih sebagai ketua Indische Partij , tetapi jika diterjemahkan kedalam Bahasa Melayu artinya Perhimpunan Indonesia, aku juga memperkuat program politik ketua PI sebelumnya, Soekiman Wirjosandjojo, untuk menyebarluaskan propaganda kemerdekaan Indonesia di dunia internasional.Tujuan kemerdekaan Indonesia yang berusaha dicapai organisasi ini lewat strategi solidaritas, swadaya, dan nonkooperasi, tidak hanya perlu memperhatikan aspek "kesatuan nasional" tetapi juga "kesetiakawanan internasional".

....... 

Setelah kurang lebih 11 tahun di Netherland, aku pun kembali ke tanah kelahiran ku, tanah kebanggan ku, Hindia Belanda. Aku memang terlambat dalam menyelesaikan sekolah ku, karena aku fokus pada organisasi dan pergerakan organisasi di Netherland. 

Sekembalinya aku dari Belanda, aku ditawarkan masuk kalangan Sosialis Merdeka (Onafhankelijke Socialistische Partij, OSP) untuk menjadi anggota parlemen Belanda, dengan segenap hati dan jiwa ini, aku menyatakan tidak pada tawaran tersebut. 

Tidak lama setelah kembali, aku pun langsung bertemu dengan Soekarno ,orang yang hanya ku dengar namanya itu sekarang ku temui langsung di Bandung. Dari situ banyak kejadian yang terjadi sampai akhirnya puncak dari segala hal yang telah aku lalui pun terjadi. 

..... 

Setelah mengalami beberapa tahun yang sulit menghadapi jajahan Netherland di tambah Nipon mengambil alih kekuasaan. Akhirnya kami pun, aku, Soekarno dan para pejuang lain nya mendapatkan titik terang. Setelah di turunkan ya bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, Jepang pun mengalami penurunan, sehingga membuat bangsa ini bisa sedikit bernafas, dan memulai pergerakan untuk kemerdekaan yang sebenarnya. 

Setelah pengeboman itu terjadi 3 hari setelahnya, Jendral Terauchi mengundang aku, Soekarno, dan Radjiman untuk pergi menemuinya di Dalat, Vietnam. Lalu tidak menunggu lama kami pun langusng berangkat menuju Dalat.

" Bung, menurutmu apa yang Nipon ingin kan ", tanyaku kepada Soekarno dan Radjiman, " Entahlah, tapi sekarang Jepang sedang dalam keadaan kritis, mereka tidak akan mungkin mengancam ataupun memaksa agar kira berpihak padanya " Jawab Soekarno. " Betul, itu tidak akan mungkin terjadi " , setelah beberapa lama di dalam pesawat, akhirnya pesawat pun landing di Bandara. Lalu kami bertiga pun lekas berangkat ke Dalat. 

Tiba di Dalat, tepatnya di markas Jendral Terauchi, seorang tentara Nipon menghampiri dan mengantarkan kami ke tempat Jendral Terauci. " Selamat sore Soekarno, Hatta, Radjiman. Senang bertemu kalian disini " Sambut nya kepada kita ber tiga. " Langsung saja pada intinya Jendral, apa yang kalian inginkan dari kami " Jawab ku dengan tegas. " Bersabarlah Bunga, duduk dulu" Ucap Jendral. " Gesuto no tame ni nomimono o motte kite kudasai " Lanjut Jendral ke bawahanya. 

" Seperti yang kalian ketahui, Negara kami dibom atom dan sekarang kami sangat terpuruk, kami memutuskan untuk menarik semua tentara kami di Hindia Belanda sesegera mungkin, dan kami seluruh pemerintahan Jepang memutuskan untuk memberikan Kemerdekaan kepada Indonesia. Serta Wilayah Indonesia adalah semua wilayah yang dulu dijajah oleh Netherland" Ucap Jendral Terauchi

" Benarkah ini Jendral?, benarkah bangsa kami bisa merdeka sepenuhnya" Tanya Soekarno kepada Jendral Terauchi dengan nada yang hampir menangis " Iya benar, merdekakan lah bangsa kalian begitu kalian sudah siap" Jawab Jendral Terauchi. 

Kami bertiga senang bukan main , semua perjuangan yang telah kami semua lakukan tidak berakhir sia sia, kemerdakaan sudah di tangan kami, kami akan mempersiapkan nya dengan sangat baik. 

Kami pun kembali ke tanah air dengan perasaan yang sangat bergembira, tapi kami tidak memberi tahu dulu kalangan muda, karena kalangan muda sangat terobsesi dengan kemerdekaan, jika mereka mendengar ini, mereka akan langsung mengambil tindakan tanpa mempersiapkan apapun. 

Tidak selang beberapa waktu, Kaisar Hiroshima mengumumkan kepada dunia bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu. Namun semua radio di tutup, tidak boleh ada yang mendengarkan radio sehingga sulit untuk mendapatkan kabar itu. Namun dengan keuletan dan semangat muda yang membara, mereka bisa menyabotase radio, sehingga berita itu terdengar oleh kaum muda. Setelah mendengar berita itu kaum muda tidak ingin bersabar, mereka segera datang ke tempat para kaum tua berkumpul. 

Brakkk, pintu terbuka dengan kencang, membuat aku dan yang lainya langsung menoleh ke arah pintu, para golongan muda dengan wajah yang tidak dapat di artikan itu maju 

" Bung, apakah kalian sudah tahu tentang Jepang sudah menyerah kepada sekutu" , tanya Chaerul Saleh , " Sudah, kami pergi ke Dalat untuk menemui Jendral nya langsung, memang kenapa? " Tanya ku balik kepada para golongan muda. " Kenapa kalian tidak memberitahu kami? Apakah kami tidak penting bagi bangsa ini? Apakah karena kalian lebih tua jadi kalian bisa memutuskan semuanya secara sepihak?" Emosi Sukarni meluap - luap. " Sekarang Bung, sekarang! Malam ini juga kita kobarkan revolusi!" kata Chaerul Saleh . Bahkan dia juga menyakinkan kami semua bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang. " Kita harus segera merebut kekuasaan!" tukas Sukarni berapi-api." Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami!" seru mereka bersahutan .      

Tiba-tiba seseorang berbicara dengan lantang " Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari," ucap Wikana. Semua orang terkejut, aku yang sudah menahan amarah dari tadi hendak menjawab ucapan mereka tapi Soekarno lebih dulu mengeluarkan amarahnya, ia langsung berdiri dan menghampiri Winaka sambil berkata ." Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!" Sejenak suasana pun mencekam, semua orang merasa tegang. 

" Kalian pikir kemerdekaan ini gampang untuk dilaksanakan? Semuanya butuh persiapan tidak bisa kalian seenaknya datang kemari langsung bertindak seenaknya seperti ini" Kata ku pada mereka yang diam kikuk. " Setidaknya kita harus menunggu dulu kabar dari Jepang, lebih baik kota menunggu hingga tanggal yang telah mereka janjikan, kita pun harus mempersiapkan segalanya, tidak bisa terburu buru seperti ini " Lanjut Soekarno sambil menepuk pundak Wikana. 

" Sudah lah, yang kami inginkan hanya kemerdekaan, harusnya kalian mengerti, bagaimana perasaan semua rakyat yang telah menanti nanti kebebasan ini" Ucap Chaerul Saleh, merekapun pergi meninggalkan tempat ini tanpa menoleh sekali pun. 

Jam 3 dini hari, ketika kami sedang beristirahat pintu rumah tempat perkumpulan kami terbuka, aku yang sedang terbangun hendak menutup pintu tiba-tiba satu tangan menyergap ku. " Bung, ikutlah dengan kami" Ucap orang itu sambil menundukan kepalanya " Aku tahu kau siapa, chaerul tahukah kamu sedang melakukan apa? " Tanya ku dengan tenang, " Aku tau, aku tahu, sekarang Bung hanya perlu mengikuti kami saja, mengerti "

Aku dibawa dengan Soekarno entah kemana, pagi pagi buta didalam mobil berisikan aku, Soekarno dan 3 orang lain nya. " Kenapa kalian membawa kami? " Tanya Soekarno dengan tenang " Tunggu kita sampai Bung, baru kita bicarakan semuanya" Jawab Winaka. 

Kita pun sampai di sebuah rumah kayu berwarna putih dan hijau, mungkin sekarang sudah jam 5 pagi, karena cahaya matahari mulai terlihat. " Masuk lah Bung" Salah seorang dari mereka membukakan pintu. Kami pun duduk melingkar di atas meja bundar dengan keadaan yang aku sendiri tidak memahaminya. 

" Bung, kalian tidak boleh berfikir lagi Bung, kita merdeka karena diri kita sendiri, bukan pemberian dari Jepang, tidak perlu menunggu lagi perintah Jepang untuk memerdekakan Negara kita " Ucap Sukarni dengan tegas. " Bung berdua fikirkan lah lagi permasalahan ini, demi negeri kita" Lanjut Chaerul menimpali. Mereka bertiga pun pergi meninggalkan aku dan Soekarno berdua di rumah ini. Untung nya kita para golongan tua telah berunding tentang kapan tepatnya akan diumumkan kemerdekaan. 

Aku dan Soekarno berada disini hingga sore hari, blm ada kabar apapun dari pusat yang membuat kami tetap pada pemikiran kami masing masing. " Menurutmu apakah mereka sudah mengambil kesepakatan? " Tanya Soekarno kepadaku. " Aku pun tidak tahu Bung, sampai sekarang tidak ada yang menjemput kita, apa artinya itu? Bukan kah artinya mereka masih merundingkan itu" Jawab ku, aku pun bingung dengan situasi sekarang, karena semuanya tidak seperti aku dan Soekarno harapkan. 

Beberapa jam pun berlalu, akhirnya Ahmad Soebardjo menjemput kita berdua untuk kembali ke Jakarta, dia mengatakan bahwa golongan muda dan golongan tua telah mencapai kesepakatan bahwa kemerdekaan akan dilaksanakan besok pagi, dan kamipun segera berangkat ke Jakarta, untuk menyiapkan kemerdekaan yang akan dilaksanakan besok. 

Setelah kita sampai di Jakarta, kita langsung pergi ke rumah Laksamana Maeda, sesampai nya disana kita menemui Maeda dan Miyosi , lalu aku dan 4 orang lainya langsung berangkat ke rumah Mayjen Otoshi Nishimura untuk membicarakan tentang rapat PPKI. Namun, setelah sampai disana dan menanyakan berbagai hal, kamipun mendapatkan jawaban bahwa Mayjen Nishimura tidak dapat membantu apapun lagi untuk kita, langsung saja setelah mendengar kabar tidak mengenakan itu, kami segera kembali ke rumah Maeda. 

Segera setelah sampai, aku ,Soekarno dan Soebardjo langsung beruntung tentang bagaimana isi dari teks proklamasi yang akan diumumkan beberapa jam lagi. Banyak pendapat yang kita ber 3 berikan, kertas pun sudah banyak coretan, hingga kamipun mendapatkan teks yang sempurna untuk kemerdakaan. Di tengah rumah sudah menunggu Di ruang B.M. Diah, Sayuti Melik, Soekarni, dan Soediro. Sekeluarnya kami bertiga dari ruang makan, mereka langsung menghampiri kami , lalu Sayuti Melik langsung mengambil mesin ketikan nya, dan menulis naskah teks yang sudah aku, Soekarno dan Soebardjo tuliskan, setelah di ketik Soekarno dan aku segera menandatangani naskah tersebut. 

Tepat pada pukul 10.00 , aku mendampingi Soekarno untuk membacakan naskah yang sangat di dambakan oleh semua rakyat, aku berada di belakang nya sambil melihat pemandangan orang-orang yang sedang menunggu kebebasan nya, Soekarno akhirnya membacakan dengan lantang. " Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia , hal hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l, dilaksanakan dengan cara seksama dengan tempo yang sesingkat - singkatnya, Jakarta Hari 17 Bulan 8 tahun 05, Atas nama Bangsa Indonesia Soekarno Hatta. 

Setelah itupun Bendera kebanggaan bangsa ini akhirnya dikibarkan, dengan lantunan semua orang yang menyanyi lagu kebangsaan kami Indonesia Raya, semua orang terhanyut dengan kegembiraan, bersorak sorak mengatakan " Merdeka, merdeka" , tidak terasa air mataku ikut turun, akhirnya semua pengorbanan kami akhirnya terbayar sepenuhnya, kemerdekaan yang kami dambakan akhirnya terbuka lebar di depan mata. 

" Kita semua berhasil, rakyat dan semua pejuang berhasil, mencapai sampai titik ini, kemerdekaan, bukan sesuatu yang mudah untuk kita raih, tetapi kita semua dapat meraih nya, karena kita selalu bersama, kita kuat karena bersama, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, MERDEKA! " ucapku dan dijawab oleh mereka " MERDEKA! ".

......... 

" Akhirnya ya pak, walaupun itu sudah terjadi beberapa puluh taun, tapi masih terasa kegembiraan merdeka, kebebasan semua masyarakat yang di impikan sedari dulu, ibu bersyukur bapak bisa menggapai cita - cita bapak, bisa memerdekakan Negara ini, ibu harap kita semua dapat bahagia, menikmati kemerdekaan ini dengan penuh syukur dan gembira" Ucap istrinya yang sedang duduk di samping suaminya di tengah malam dengan bulan bersinar di atas sana. " Terimakasih telah selalu bersama bapak bu" Jawab Hatta dengan lembut dan membelai rambut istrinya yang sudah memutih. 

Selesai~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun