Mohon tunggu...
Dian Triana
Dian Triana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Tugas, semangat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisahku

9 November 2021   22:29 Diperbarui: 9 November 2021   22:33 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Disini, di Batavia sangat berbeda dengan kampung halaman ku fort de Kock, disini lebih ramai, pusat nya Hindia Belanda. Banyak tentara yang lalu lalang, banyak penduduk yang berkulit putih bersih, ada pula yang berkulit putih kuning, banyak juga orang yang sama seperti ku. 

Sama seperti sekolah ku sebelumnya ELS dan MULO, di HBS pun siswa pribumi yang dapat bersekolah disini hanya siswa dari keluarga yang terpandang dan mempunyai derajat yang tinggi. Perbedaan yang besar membuat ku harus lebih berusaha lagi dalam bersosialisasi dengan siswa siswa disini, ada juga yang seperti ku merantau dari pulau yang jauh. 

Di sini ada lebih banyak pelajaran yang di berikan, dan tentunya semua siswa di haruskan berbahasa Belanda, pelajaran yang di berikan yaitu berhitung, aljabar, matematika, botani, biologi, sejarah, geografi, bahasa Belanda, bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Jerman, menggambar tangan, dan olahraga, olahraga adalah pelajaran wajib, tadi di anggap sebagai pelajaran tambahan saja . Lalu pada kelas 3 sampai kelas 5 diberikan 6 pelajaran tambahan yaitu fisika, kimia, undang-undang negara, ekonomi,tata buku dan menggambar garis. 

Disini aku mulai mendalami ekonomi dan tentunya sejarah, dari sini aku mulai tertarik dengan perekonomian tentunya di dukung juga oleh keluarga bundo ku yang merupakan keluarga pedagang. 

Karena banyak nya pelajaran disini, dan tekanan dari luar, banyak siswa yang tidak mampu menyelesaikan pelajaran nya di HBS, teman teman ku pun banyak yang keluar dari sini, karena tidak kuat dengan banyak nya pelajaran yang di pelajari. " Hatta, Ben je klaar met je economiewerk?" Tanya Dedrick, dia temen ku dari kelas 1 di HBS ini, dia menanyakan apa tugas ekonomi sudah selesai apa belum " Sudah, Waarom is het zo?" Jawab ku. "nee nee, het is gewoon dat mijn economische taak nog niet af is, ik wil de jouwe zien", kata dia, ingin melihat tugas punya ku. " Vraag het maar aan Lucht, hij zag de mijne" Jawab ku, menyuruh nya untuk melihat tugas milik lucht saja. 

Di HBS pun aku mengikuti JSB yang ada di Batavia, seperti sebelumnya aku ditunjuk sebagai bendahara, mengurusi keuangan organisasi, karena saat aku menjadi Bendahara di JBS padang, keuangan organisasi berjalan lancar tanpa hambatan. JBS awal nya adalah perkumpulan pemuda pemuda Sumatra, tapi beberapa tahun kemudian pemuda Batak keluar dari JBS, karena banyak dari anggota JBS adalah pemuda Minangkabau, dan mereka mendirikan organisasi sendiri, yaitu Jong Batak. 

JSB di sini mengeluarkan surat kabar, bernama Jong Sumatra, Jong Sumatra terbit pertama kali pada bulan Januari 1918. Aku mengurus surat kabar ini hanya setahun , dari 1920-1922. Dengan jargon Organ van Den Jong Sumatranen Bond, surat kabar ini terbit secara berkala dan tak tetap, kadang bulanan, kadang triwulan, bahkan pernah terbit setahun sekali, karena kesibukan pemuda pemuda yang tidak hanya mengurusi JBS saja, jadi surat kabar itu di terbitkan tidak tetap. Surat kabar Jong Sumatra ini menggunakan bahasa Belanda, walaupun ada juga surat kabar berbahasa Melayu, tetapi Bahasa Belanda adalah bahasa yang paling banyak dipakai disini. Surat kabar ini kami dicetak di Weltevreden, Batavia, sekaligus pula kantor redaksi dan administrasinya.

Pemimpin redaksi pertama yaitu Mohammad Amir dan pemimpin perusahaan dijabat Bahder Djohan. Surat kabar ini memperagakan peranan penting sebagai media yang menjembatani segala wujud reaksi atas konflik yang terjadi. Di surat ini pun banyak pendapat pendapat warga pribumi yang di masukan, banyak juga suara hati dari pemuda pemuda organisasi yang di tuliskan dalam surat kabar ini. 

...... 

Hatta dan cucu nya keluar dari mobil menuju bangunan tingkat dua,dengan nuansa putih dan coklat, wangi roti hangat menyeruak ke dalam hidung, " Hah, ini dia roti hangat" Ucap Hatta sambil menghirup udara dalam dalam, " Kita sering sekali kesini kakek, tapi kakek selalu berbicara seperti itu ketika masuk toko ini" Ucap sang cucu sambil melepaskan tangan kakek nya dan mencari roti coklat kismis yang sangat ia suka. " Tan, Tan" Kata Hatta sambil terkekeh. 

" Pak Hatta" Ucap sang pemilik toko roti, toko roti ini sudah berdiri lama, Hatta sering sekali mampir atau sengaja membeli roti ke toko ini, seperti sekarang. " Eh bu Nio, sedang disini? " Tanya balik Hatta, " Iya Pak, bapa membeli roti kesukaan bapak bukan? Tanyakan saja kepada pelayan pak, tidak usah sungkan" Lanjut nya, " Baik-baik, terimakasih banyak bu" Jawab Hatta, " Saya ke belakang dulu ya pak, silahkan dipilih pilih saja" Kata sang pemilik toko sambil pergi meninggal kan Hatta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun