Mohon tunggu...
Diantikasari Agrianingsih
Diantikasari Agrianingsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Literasi yang membangun adalah literasi yang mampu memotivasi dan mengubah gaya hidup menjadi lebik baik bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah OSIS vs Pembully Sekolah

11 Maret 2024   09:23 Diperbarui: 11 Maret 2024   09:40 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Raut muka ketiga perempuan disidang osis itu sudah terlihat suram. Safira tidak peduli, toh,  sudah terlatih mendapati orang-orang seperti ini yang malas mendengar nasihatnya. Safira hanya menjalankan kewajiban memberitahu mana yang benar, agar mereka setidaknya bisa ambil pelajaran dan hikmah. 

"Tindakan bully itu sangat mengganggu orang-orang. Kalian bisa dijerat ke persidangan karena aksi bullying itu udah tercantum pada kekerasakan. Kalian bisa dituntut sama orang tua Runi. Walaupun kalian masih di bawah 19 tahun, orang tua kalian bisa jadi korban buat masuk penjara, mau?" 

"Aduh bawa-bawa tuntutan segala lagi," sahut Laura setengah begidik. "Ngeri banget deh!" 

"Memang faktanya gitu. Jadi, kalian mesti hati-hati." 

"Tapi, Saf. Kita bully si cupu..." 

"Panggil namanya!" potong Safira dari perkataan Eva yang langsung bungkam. 

"Apa kalian gak bisa nyelesaiin masalah baik-baik? Atau enggak jangan ketahuan publik deh. Harus ya pake acara permaluin orang sampai segitunya? Apalagi ini di sekolah kalo semisal mereka menilai cap buruk kalian, gimana? Apalagi Runi udah terkenal pintar!"  

Jesslyn, Laura, dan Eva, bungkam. 

"Hidup itu berputar. Kalau kalian di posisi paling rendah terus dibully, gimana perasaan kalian?" 

"Berisik deh! Kita tahu!" ketus Jesslyn. 

"Ingat apa yang aku omongin barusan. Kalian bisa nyeret orang tua kalian ke penjara. Kasihan atas kelakuan anaknya yang malu malah orang tuanya. Udah ya, setelah jalanin hukuman kalian harus minta maaf sama Runi kalo nggak mau nemuin pak Komat!" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun