"Oke, maaf ya. Kalau disini aku terlampau ikut campur urusan kalian bertiga. Perlu di garis bawahi, kalian melakukan tindak membully pada salah satu anak siswa sekolah Garuda ini," mengangkat telapak tangan menahan mereka untuk berbicara. Safira belum menyelesaikan ucapan.Â
"... Itu termasuk hak bagi mereka untuk dilindungi. Peraturan sekolah kayak gitu dan lakuin kekerasan di sekolah? Disini tempat belajar, bukan tempat adu tinju. Kalo mau lebih baik adu otak itu jauh lebih bermanfaat!"Â
"Ya terus gimana, Saf? Dia nyari masalah sama kita, ya masa kita diemin," sahut Eva.Â
"Betul, kita udah coba bicara baik-baik. Dianya aja yang gak mau dengar, kita jelas gak terima, apalagi dia remehan kita," timpal Laura.Â
"Terus, gimana sama Karrel?"Â
"Karrel kok di bawa-bawa sih?" ujar Jesslyn tidak suka. "Dia gak tahu apa-apa, Saf. Runi yang bikin masalah! Masih aja deket-deket sama Karrel. Dia kan cowokku."Â
Safira menyorot penuh Jesslyn. "Bisa aja si Karrel udah bosen sama kamu. Makanya dia nyari yang lebih baik."Â
"Runi punya pelet apa sih sampai orang-orang bela dia banget."Â
"Sikapmu," balas Safira memaksa Jesslyn menatap padanya. "Sikap kamu bikin orang berpikir perlu dibela apa enggak?"Â
"Gak ngerti ah."Â
"Dengar! Semua manusia di sekolah ini sama. Gak ada perbedaan derajat. Mau kamu itu anak pejabat, konglomerat, miskin apa anak desa, semuanya sama! Sama-sama niat datang ke sekolah buat belajar supaya pintar, nuntut ilmu biar punya masa depan!"Â