Akan tetapi, Susi yang sejak tadi hanya berdiam diri tiba-tiba berteriak dengan suara jeritan yang sangat melengking memekakakan telinga. Membuat semua orang terkejut. Peserta yang sedang beristirahat di tenda masing-masing terdengar riuh, berhamburan keluar mencari tahu apa yang terjadi.
"Pergilah ke luar dan kondisikan peserta!" perintah Arin kepada Bimo. Pemda itu mengangguk dan memberikan kode kepada Randy. Keduanya duduk memakai sepatu lapangannya di depan tenda.
Arin berusaha menenangkan Susi yang semakin menjadi. Dua teman perempuannya sigap mengambil kitab suci dari tas. Lalu mengaji.
Sesaat kemudian terdengar jeritan di luar tenda utama berasal dari tenda peserta. Tangisan histeris bersahutan.
"Kerasukan masal!" ucap Bimo. Lelaki itu langsung memberikan kode kepada Arin bahwa ia dan Randy akan melihat situasi di luar. Sementara Arin harus meminta pertolongan sambil menunggu Axel dan Susi sadar.
Situasi perkemahan seketika mencekam, tidak terkendali. Beberapa yang sadar berusaha menolong dan membacakan doa-doa. Para peserta yang kerasukan dibawa paksa ke tenda utama yang berukuran besar. Panitia yang berada di pos kesehatan dan keamanan juga dapur umum telah berkumpul semua.
"Pastikan semua tidak ada yang pergi dari sini. Berusaha tetap sadar, terus berzikir dan bantu temannya sadar!" perintah Bimo yang bertugas sebagai koordinator lapangan dengan tegas. Jeritan meraung-raung bersahutan. Panitia dan peserta yang masih sadar berusaha mendampingi korban dengan sekuat tenaga dan segala usaha. Â
Arin, sekretaris kegiatan tidak henti-hentinya mengajak semua orang berdzikir. Menuntunnya membacakan kalimat-kalimat tauhid dan istighfar. Bimo dan Randy berlari menuruni bukit dengan keadaan licin mencari pertolongan dari warga terdekat.
Axel kembali siuman. Meminta sosok itu pergi dan menjauh.
"Aku mohon, pergilah!" ucapnya lirih.
Arin melihat Axel yang kepayahan, menatapnya dengan iba.