"Arin, tolong aku," ucap Axel dengan suara tercekat sesampainya di tenda panitia. Matanya sempat melihat bahwa ternyata sosok hitam itu mengikutinya sampai ke lokasi perkemahan. Axel lalu terkulai lemah tidak sadarkan diri.
Arin dan dua rekannya Bimo dan Randy, segera memindahkan tubuh Axel dan membaringkannya di tenda. Dengan perasaan campur aduk, Arin memohon agar Axel bangun dari pingsannya, "Axel tolong bangunn! Ada apa ini?" tanya Arin berulang kali sambil mengoleskan aroma therapy di area hidung Axel.
Axel siuman. Kekuatan fisiknya masih tersisa, hingga pingsannya tidak terlalu lama. Semua panitia yang ada di tenda utama mengucap rasa syukur bersamaan.
"Coba cerita, Lo ini kenapa, Bro?" tanya Bimo.
"Iya, bikin kita panik aja," timpal Randy.
Axel terdiam seolah mengumpulkan tenaga untuk bercerita. Teman-temannya tidak sabar menantinya bercerita.
Namun kemudian, matanya kembali menangkap sosok hitam menyeramkan itu di hadapannya. secara bersamaan, dari arah tenda peserta terdengar teriakan dan jerit tangis puluhan anggota perkemahan terdengar bersahutan, mengerikan.
"Tolong kembali, jangan ganggu kami!" ucap Axel dengan mengibaskan tangannya dan tampak sangat ketakutan.
"Lo ngomong sama siapa, Xel?" tanya Bimo heran.
Semua orang yang ada di sana saling berpandangan. Arin mengangkat bahu, tidak mengerti apa yang terjadi pada Axel. Tidak lama kemudian, Axel kembali terkulai, kehilangan kesadaran menyisakan tanda tanya besar dalam hati orang-orang yang sedang berada di tenda panitia.
"Aku mohon, jangan sampai ada peserta yang tahu kondisi Axel. Cukup kita saja. Jangan sampai yang lain panik," ucap Arin.