Suamiku adalah seorang aktivis sekaligus seorang pengajar di sebuah perguruan tinggi di kota kami. Ia adalah seorang yang sangat cerdas, mudah bergaul dan memiliki kemampuan public speaking yang sangat baik. Soal meloby, jangan pernah meragukan suamiku. Negosiasi apapun nyaris selalu berhasil. Ia sangat pandai menaklukkan lawan bicara dengan cara bicaranya yang luar biasa.Â
Kemampuan itulah yang nyatanya membuat aku jatuh cinta berkali-kali sejak pertama kali mengenalnya di sebuah seminar yang aku ikuti saat menjadi mahasiswa dulu. Dia adalah pembicara dalam acara tersebut. Seperti halnya orang-orang yang hadir di sana, aku pun tidak berhenti berdecak kagum karena terpukau dengan pesonanya.Â
Handy, suamiku memang tidak terlalu tampan. Tubuhnya pun tidak seatletis lelaki yang sering didefinisikan sebagai lelaki ideal versi para gadis kekinian. Namun lihatlah, ketika puluhan perempuan begitu terang-terangan melakukan pendekatan kepadanya, mas Handy malah memberikan sinyal yang lebih kuat kepadaku. Aku sendiri tidak percaya, saat akhirnya ia datang langsung kepada ayahku; untuk melamarku.Â
Bagaikan mimpi di siang bolong, sang pembicara seminar kini sudah menjadi suamiku. Ia begitu bijaksana dalam menentukan pilihan-pilihan hidup. Bagaimana tidak, ia adalah manusia yang paling cerdas dan bijak yang pernah kutemui.Â
Tidak perlu menunggu waktu lama, ia kemudian menghadiahiku sebuah rumah mewah sebagai hadiah pernikahan. Ketika aku bertanya perihal dari mana uang yang dia dapatkan untuk membeli rumah sebagus ini, ia menjawab kalau aku tidak perlu tahu.Â
"Biarlah ini menjadi urusan lelaki. Kalau semua aku beri tahu, nanti saat aku bersama yang lain, masa kamu juga harus tahu?" katanya disertai dengan tawa.
Deg! Kenapa jawabannya seperti itu?Â
Berhari-hari aku memikirkan omongan mas Handy. Aku begitu khawatir dia bersama perempuan lain di luar sama. Terlebih ia kini semakin sering pulang larut malam ke rumah. Namun kemudian kecurigaanku terbantahlan ketika aku melihat beberapa postingan di media sosial milik mas Handy dan juga milik kampus tempatnya mengajar. Ternyata mas Handy semakin aktif di kegiatan organisasi, kegiatan kampus bahkan beberapa kali terlihat berfoto dengan para petinggi partai tertentu.
"Mas sekarang terjun ke politik?" tanyaku saat sedang makan malam. Momen langka yang sudah sangat lama tidak terjadi di rumah ini.Â
"Kamu baru tahu ya?" jawabnya malah memberikan pertanyaan balik.Â