Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Jadi Penyebab Seseorang Tidak Bersyukur

14 Mei 2022   07:48 Diperbarui: 14 Mei 2022   07:50 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Unspash/Jason Leung

Sedikit banyak, perasaan itu pasti muncul di benak mereka. Sudah tenang-tenang dalam hidupnya. Bersyukur sama apa yang dijalani, didapatkan, dimiliki dalam keluarga, karir dan hidupnya. Eh, ketika dikomentari malah menjadi kepikiran. Melihat diri terlalu dalam. Lalu menyimpulkan, "Iya ya, kok hidup aku berbeda", "Iya ya, kok keluarga aku begini", "Iya ya, kok apa yang aku jalani tidak semudah yang dijalani orang lain?" dan lain sebagainya. 

Jadi, kalau ada yang suka menggunjing seseorang karena banyak mengeluh dan menganggap ia tidak pandai bersyukur atas hidupnya, jangan-jangan mulut kamu lah penyebabnya.

2. Yang dikomentari hidupnya menjadi rendah diri.

Perkataan itu ibarat cabe rawit. Jika dimakan, pedas atau tidaknya tergantung pada kesanggupan seseorang pada level kepedasan. Ada yang makan sambel dengan dua cabe rawit sudah begitu kerepotan. Namun ada juga yang makan sepuluh masih santai saja. 

Perkataan pun sama saja. Ada yang tahan dengan perkataan pedas, ada pula yang gampang tersinggung, gampang sedih dan menangis. Akhirnya timbul keinginan menarik diri dari lingkungan. Minder, merasa rendah diri. Karakternya terbunuh oleh komentar-komentarmu. 

Lalu, "ah, dia nya aja baperan. Gitu aja tersinggung!"

Hai, jangan terlalu mudah mengatakan hal itu. Latar belakang orang yang satu dengan yang lainnya tidak pernah sama bukan? Kamu yang terlatih makan pedas sejak kecil tentu akan memiliki lambung dan lidah yang kuat. Namun bagi mereka yang memang gak bisa makan pedas, apa jadinya? Makan cabe dua saja, lidah terasa panas. Perut pun mules, sakit melilit. So, jangan terlalu gampang mengomentari. 

Pertama karena kehidupan orang lain tidak bisa diukur dengan kehidupan kita. Kedua, ketika komentar yang kamu sampaikan itu ternyata menyakitkan, kamu hanya akan menjadi bagian pemicu ketidakbersyukuran seseorang pada apa yang telah Allah berikan kepadanya. 

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun